Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Bogor, Jabodetabek
Kasus: kecelakaan
Tokoh Terkait
3 KA Anjlok dalam Sepekan, Ini Komentar Pengamat
Espos.id
Jenis Media: News

Espos.id, JAKARTA — Dalam satu pekan terakhir setidaknya terdapat tiga kereta api yang mengalami insiden anjlok dan terjadi di wilayah yang berbeda, yakni Jakarta, Subang, dan Lampung.
KA Argo Bromo Anggrek mengalami insiden anjlok tepat di Emplasemen Stasiun Pegadenbaru, daerah Subang, Jawa Barat pada 1 Agustus 2025, sore. Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengaku tengah melakukan investigasi lanjutan untuk menyelidiki penyebab kejadian tersebut. Tak berselang lama, insiden kereta anjlok kembali terjadi. Kali ini melibatkan rangkaian KRL Commuter Line 1189 (Bogor—Jakarta Kota) di jalur IX Stasiun Jakarta Kota sekitar pukul 07.17 WIB.
Masih pada hari yang sama, perjalanan KA Kuala Stabas (KA S5), rute Baturaja-Tanjungkarang mengalami anjlokan di Kilometer 141+2, jalur hilir Negeriagung-Tulungbuyut, Kab. Way Kanan, Lampung, pada 5 Agustus 2025, pukul 16.20 WIB. Imbas dari kejadian ini mengakibatkan perjalanan KA S5 mengalami kelambatan lebih dari 180 menit.
Meski tak ada korban jiwa dalam ketiga insiden tersebut, tetapi penumpang mengalami dampak secara langsung. Mulai dari keterlambatan puluhan kereta, pembatalan puluhan perjalanan KA jarak jauh, hingga rekayasa rute yang harus dilakukan dan mengganggu rencana perjalanan penumpang.
Tiga insiden dalam waktu berdekatan tentu memicu pertanyaan. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian maupun Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Kementerian Perhubungan saat ini masih melakukan investigasi. Utamanya untuk insiden KA Argo Bromo Anggrek.
Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian dan Angkutan Antarkota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menjelaskan pada dasarnya terdapat tiga faktor, yang dominan menyebabkan kecelakaan kereta, yakni faktor prasarana, sarana, dan faktor manusia. Faktor prasarana dapat berupa adanya malfungsi jalur rel kereta, malfungsi peralatan wesel (alat pemindah jalur) ataupun ada benda asing yang berada di sekitar jalur rel, dan dapat juga karena kondisi rel yang kurang baik, misalnya, rel patah, rel melengkung karena pemuaian terkena panas matahari atau ada penambat rel yang terlepas.
Faktor sarana dapat berupa kondisi rangka bawah dan roda kereta yang kurang baik, sedangkan faktor manusia dapat juga berpengaruh. Misalnya, kecepatan kereta yang melebihi batas di titik-titik rawan. Faktor lain selain ketiganya dapat juga karena faktor alam yang dapat berpengaruh misalnya pergeseran rel karena pergerakan tanah akibat banjir atau tanah longsor. Namun, faktor ini tak masuk dugaan Aditya untuk anjlokan yang terjadi di Pegadenbaru dan Jakarta Kota.
“Dalam pandangan saya, faktor alam bisa tidak diperhitungkan karena kejadiannya ada di area emplasemen stasiun dan dalam kondisi cuaca baik,” ujarnya, dikutip pada Kamis (7/8/2025). Di samping itu, Aditya melihat dari sisi faktor prasarana, kecil kemungkinan diakibatkan rel patah dan melengkung sangat kecil karena umumnya pemantauan di sekitar stasiun lebih ketat ketimbang di area bebas.
Menurutnya, lebih besar kemungkinan anjlok terjadi karena adanya malfungsi di peralatan wesel rel atau pun mungkin benda asing di atas lintasan rel. “Faktor sarana kemungkinan kecil untuk anjlok KA Argo Bromo Anggrek karena sarana keretanya masih sangat baru, untuk KRL Jabodetabek hal ini masih terdapat kemungkinan,” lanjutnya.
Untuk itu, bila penyebab utamanya adalah faktor prasarana, maka tentu diperlukan perawatan dan pemantauan kondisi prasarana yang lebih intens dan detail. Bila penyebabnya faktor sarana, tentu harus ada proses penjaminan kelaikan sarana terutama bagian rangka bawah dan roda sarana. Sementara apabila penyebabnya adalah pelanggaran batas kecepatan KA, maka tentu perlu upaya lebih intens untuk meningkatkan kedisiplinan dan kompetensi awak KA.
Meski demikian, semua dugaan tersebut masih perlu menunggu hasil investigasi dari KNKT maupun Dirjen KA Kemenhub untuk mendapat hasil yang pasti. Di samping seluruh penyebab yang mungkin menjadi faktor, Aditya meminta agar pemerintah perlu meningkatkan pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang. “Sistem pemantauan dan pengawasan kelaikan prasarana KA harus lebih ditingkatkan untuk mencegah terulangnya hal serupa, karena dalam banyak kasus anjlok terutama karena faktor prasarana,” jelasnya.
Pemerintah juga perlu didorong untuk memberikan dana Infrastructure Maintenance and Operation (IMO) yang memadai kepada KAI agar sistem deteksi dan pengawasan prasarana dapat lebih intens dilakukan selain itu juga harus mulai melakukan banyak modernisasi prasarana terutama sistem persinyalan dan perpindahan jalur (wesel) serta untuk memperkuat lintasan jalur rel.
Menteri Koordinator (Menko) Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun meminta agar Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dapat segera merampungkan proses investigasi secara penuh. Nantinya, hasil investigasi tersebut bakal dijadikan bahan evaluasi bagi seluruh penyelenggara jaringan transportasi umum.
"Harus diinvestigasi secara penuh. Apakah itu masalah teknis, masalah keretanya termasuk prasarana pendukungnya, termasuk juga untuk kapal, apakah karena kondisinya memang tidak layak atau juga ada faktor fatigue [kelelahan], human error, dan lain sebagainya," tegasnya. Pada saat yang sama, AHY juga meminta agar pelaksana transportasi umum dapat mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi guna menghindari kejadian yang sama terus terjadi berulang.
Sentimen: neutral (0%)