Sentimen
Undefined (0%)
5 Agu 2025 : 16.51
Informasi Tambahan

Kab/Kota: New Delhi

Rupiah Ditutup Menguat, Disokong Sentimen Positif Data Pertumbuhan Ekonomi

5 Agu 2025 : 16.51 Views 16

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Rupiah Ditutup Menguat, Disokong Sentimen Positif Data Pertumbuhan Ekonomi

Espos.id, JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Selasa (5/8/2025) di Jakarta menguat sebesar 11 poin atau 0,07% menjadi Rp16.390 per dollar AS dari sebelumnya Rp16.401 per dollar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada hari ini bergerak di level yang sama seperti sebelumnya, yakni sebesar Rp16.388 per dollar AS.

Mata uang di kawasan Asia Pasifik ditutup bervariasi. Mata uang yen Jepang melemah 0,20%, dolar Hong Kong stagnan, dollar Singapura melemah 0,07%, dollar Taiwan melemah 0,12%, dan won Korea Selatan turun 0,39% terhadap dolar AS hari ini. Kemudian peso Filipina melemah 0,50% rupee India turun 0,18%, yuan China melemah 0,09%, ringgit Malaysia menguat 0,22%, dan baht Thailand naik 0,09% hari ini.

Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Taufan Dimas, mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah ditopang sentimen positif pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang mencapai 5,12%, di atas ekspektasi pasar. "Kinerja ini memperkuat persepsi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap solid, terutama dari konsumsi dan investasi domestik," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertemuan ekonomi tersebut ditopang terutama oleh konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB) yakni sebesar 54,25%. Sektor itu juga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan andil sebesar 2,64% dari total 5,12 persen pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain konsumsi rumah tangga, PMTB menyumbang pertumbuhan sebesar 2,06 persen dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 27,83 persen. Pertumbuhan PMTB tersebut tercatat 6,99 persen yoy, didukung oleh aktivitas investasi yang masih menggeliat, terutama di sektor konstruksi. Adapun konsumsi pemerintah tercatat menyumbang 0,22 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Di sisi lain, kurs rupiah masih mendapatkan sentimen positif berkat pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) pasca rilis data pekerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) yang sangat melemah.

Pasar kini disebut memproyeksikan pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2025. Hal ini mendorong arus modal ke aset negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kemudian, indeks Dollar AS (DXY) yang berada di bawah 99 menambah tekanan terhadap USD secara global. "Dengan tidak adanya tekanan signifikan dari sisi inflasi maupun geopolitik, Rupiah memiliki ruang untuk bergerak stabil dalam kisaran Rp16.350–Rp16.400 per dollar AS," ucap Taufan

Sementara pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyebut sentimen datang dari Presiden AS Donald Trump yang mengatakan AS dapat mengenakan tarif sekunder 100% kepada pembeli minyak mentah Rusia seperti India, setelah mengumumkan tarif 25% untuk impor India pada bulan Juli. Pada hari Senin, Trump kembali mengancam tarif yang lebih tinggi atas barang-barang India atas pembelian minyak Rusia.

New Delhi menyebut serangan Trump "tidak dapat dibenarkan" dan berjanji untuk melindungi kepentingan ekonominya, yang memperdalam keretakan perdagangan antara kedua negara. Para pedagang juga menunggu perkembangan tarif terbaru AS terhadap mitra dagangnya, yang dikhawatirkan para analis dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.  Duta Dagang AS Jamieson Greer mengonfirmasi tarif besar yang diterapkan oleh Presiden Trump terhadap impor dari hampir 70 negara kemungkinan akan tetap berlaku, yang memperkuat kekhawatiran inflasi. 

Untuk perdagangan besok, Ibrahim juga memperkirakan rupiah akan ditutup menguat pada rentang Rp16.350-Rp16.400 per dollar AS. 

Sentimen: neutral (0%)