Sentimen
Undefined (0%)
2 Agu 2025 : 06.00
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Wonogiri

Tokoh Terkait

Monumen Perjuangan 45 Wonogiri, Pengingat Pejuang yang Gugur demi Kemerdekaan

2 Agu 2025 : 06.00 Views 15

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Monumen Perjuangan 45 Wonogiri, Pengingat Pejuang yang Gugur demi Kemerdekaan

Esposin, WONOGIRI — Monumen Perjuangan Nilai-Nilai 45 di Krisak, Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, menyimpan cerita perjuangan rakyat dan tentara Republik Indonesia melawan tentara Belanda pada masa awal kemerdekaan

Warga Wonogiri, Bintoro, kepada Espos, Jumat (1/8/2025), menceritakan berdasarkan cerita dari pelaku sejarah pertempuran itu, Heru Sukirno, bahwa Monumen Perjuangan Nilai-Nilai 45 dibangun sebagai pengingat peristiwa pertempuran darat antara tentara Indonesia dengan tentara Belanda pada agresi militer pascakemerdekaan Indonesia. 

Kala itu tentara Belanda mencoba masuk Wonogiri. Namun dicegat rakyat dan tentara Indonesia di jembatan Krisak. Di sana kedua pihak bertempur saling tembak. Dalam peristiwa itu tentara Indonesia dipaksa mundur. Tentara Belanda pun berhasil merasuk lebih dalam ke wilayah Wonogiri.

Kendati begitu, tentara Indonesia masih mencoba menahan serangan Belanda dengan mencegatnya di wilayah Ponten, Kerdukepik, yang saat ini masuk kawasan pusat Kabupaten Wonogiri. Pada pertempuran tatap muka kedua itu, ternyata tentara Indonesia kembali dipukul mundur.

Akhirnya tentara Indonesia memilih perang gerilya ke wilayah-wilayah pedalaman Wonogiri. ”Untuk memperingati peristiwa itu kemudian dibangun Monumen 45 yang sampai sekarang masih ada,” kata Bintoro.

Informasi yang dihimpun Espos, Wonogiri memang menjadi salah satu wilayah jalur gerilya pada perang kemerdekaan dulu. Daerah ini bahkan diyakini menjadi jalur gerilya Jenderal Soedirman kala itu. Hal ini ditandai dengan adanya Monumen Jenderal Sudirman di Kecamatan Tirtomoyo.

Pantauan Espos, Monumen Perjuangan Nilai-Nilai 45 di Selogiri, Wonogiri, diresmikan pada 4 Mei 1973 oleh Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah. Hal itu diketahui dari prasasti marmer yang terletak di monumen tersebut. Di tengah monumen, terdapat patung seorang yang mengangkat satu orang lain yang telah gugur.

Di area monumen ini juga ditemui tiga relief yang menggambar agresi militer yang dilakukan tentara Belanda kepada rakyat. Dalam relief itu tampak orang-orang tanpa senjata berguguran. Dalam prasasti batu marmer di monumen itu, tertulis sebait puisi sebagai berikut: 

Di sinilah darahku mengalir

di sini pula hidupku berakhir

tapi aku rela, hatiku pun ikhlas

takkan menuntut jasa, tiada 

sedikitpun minta balas

karena aku yakin dan percaya

Indonesia Tetap Merdeka dan Jaya

Sentimen: neutral (0%)