Sentimen
Undefined (0%)
31 Jul 2025 : 10.22
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Kab/Kota: Demak, Magelang, Salatiga, Semarang, Solo, Sydney

Partai Terkait

Kegiatan Sustainable Development Field School  UKSW & USYD Memberi Banyak Kesan

31 Jul 2025 : 10.22 Views 30

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Kegiatan Sustainable Development Field School  UKSW & USYD Memberi Banyak Kesan

Esposin, SOLO - Setelah dua pekan jalani kegiatan Sustainable Development Field School, 29 peserta gabungan Fakultas Interdisiplin FID) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan The University of Sydney (USYD), Australia, secara resmi menutup rangkaian kegiatan bersama di Revel Eatscape, belum lama ini. 

Seusai menjalani ujian esai pada pagi hari di kampus UKSW, para peserta Kelas Lapangan Pembangunan Berkelanjutan bersama-sama menuju Revel Eatscape Restoran yang terletak di Kelurahan Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. 

Di bawah naungan Center for Sustainable Development Studies (CSDS) FID, acara penutupan berupa pembagian sertifikat dan sesi foto bersama ini terasa hangat dalam suasana keakraban setelah empat belas hari menjalani padatnya program kegiatan. 

Dalam acara tersebut hadir pula Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan Yesaya Sandang, S.H., M. Hum, Ph.D., Wakil Dekan FID Titi Susilowati Prabawa, S.Pd., M.A., Ph.D., Dosen Program Studi Destinasi Pariwisata Linda Susilowati, S. Psi., M.Si., dan Rio Giovano Setiawan, S.Pd., M.Si., serta Dosen Universitas Sydney Associate Professor Jeff Neilson. 

Seusai acara, Dosen pengampu Sustainable Development Field School Linda Susilowati, menjelaskan bahwa kegiatan kolaborasi ini telah memasuki tahun ketiga dalam upaya mengusung isu-isu krusial pembangunan berkelanjutan. Salah satunya yakni fenomena banjir rob di pesisir utara Jawa yang berdampak di beberapa kota, di antaranya Semarang dan Demak. 

“Setibanya di Semarang kita melakukan eksplorasi isu lingkungan dan bertemu dengan stakeholder terkait. Secara khusus kita membicarakan banjir rob serta melakukan observasi langsung di lapangan. Kita juga bertemu Non-Governmental Organization (NGO) WALHI di Demak untuk membahas soal ini,” ujar Linda Susilowati.

Selain studi lapangan dan materi di kelas, CSDS FID juga mengajak peserta melakukan live-in selama tiga hari di Desa Keditan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan riset dampak perubahan iklim serta implikasinya terhadap para petani. 

“Setelah kembali ke Salatiga dan materi kelas, para mahasiswa juga melakukan live-in di Keditan selama tiga hari penuh. Kegiatan ini adalah riset lapangan akan agrarian change, perubahan iklim serta dampaknya kepada para petani kecil di desa,” tambah Linda Susilowati. 

Ia menekankan kerja sama internasional ini memiliki manfaat nyata bagi kedua universitas, yakni mahasiswa USYD dapat mengembangkan isu-isu di negara Global South, sementara mahasiswa UKSW dapat menggali wawasan berbasis kurikulum internasional. 

Daya Kritis dan Wawasan Global

Salah satu peserta dari Program Studi (Prodi) Destinasi Pariwisata, Fiktor Yosua Lobo, mengaku mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan yang berlangsung di tiga kota sekaligus ini.

“Kita tidak hanya melakukan observasi lingkungan, tapi juga berdiskusi, duduk bersama dengan pemerintah, komunitas lingkungan, dan masyarakat. Mencari titik temu dan melihat secara lebih luas realita di lapangan,” tuturnya.

Bagi Fiktor, kegiatan kali pertamanya ini berkesan. Selain dapat melakukan observasi lapangan dan membangun wacana kritis terkait tema pembangunan berkelanjutan, kehadiran mahasiswa internasional dalam rangkaian panjang kegiatan ini menjadi pintu pertukaran wawasan global serta memacu progresivitas pemikiran. 

Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk kontribusi UKSW terhadap program Direktorat Jen-deral Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) Berdampak yang selaras dengan Asta Cita 4 memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, dan pendidikan.

Melalui kegiatan ini, UKSW menunjukkan dukungan nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs ke-4 pendidikan berkualitas, dan SDGs ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. 

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A. 

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (NA) 

Sentimen: neutral (0%)