Sentimen
Undefined (0%)
29 Jul 2025 : 08.08
Informasi Tambahan

Agama: Hindu, Islam

Kab/Kota: Demak, Klaten, Mataram, Yogyakarta

Tokoh Terkait

Napak Tilas Benteng Engelenburg, Cikal Bakal Hari Jadi Klaten

29 Jul 2025 : 08.08 Views 30

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Napak Tilas Benteng Engelenburg, Cikal Bakal Hari Jadi Klaten

Esposin, KLATEN – Benteng atau loji yang dibangun pada masa Hindia Belanda pernah berdiri di wilayah yang kini bernama Kabupaten Klaten. Peletakan batu pertama pendirian benteng atau loji Klaten pada 28 Juli 1804 Masehi yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Klaten.

Benteng yang dimaksud bernama Engelenburg. Jejak keberadaan benteng itu kini tak berbekas. Pada kawasan bekas benteng itu kemudian berdiri Masjid Raya Klaten. Masjid tersebut berada di pusat kota dan bersebelahan dengan alun-alun.

Pada prasasti peresmian, tertulis pembangunan Masjid Raya Klaten dilakukan dengan gotong royong masyarakat dan bantuan pemerintah/pemerintah daerah.

Pendirian masjid dimulai pada 1 Januari 1970 dan selesai pada 25 Februari 1980. Masjid Raya Klaten kemudian diresmikan pada 27 Februari 1980 oleh Gubernur Jawa Tengah, Soepardjo.

Sejumlah warga menyebut jika masjid itu dibangun atas gotong royong masyarakat. Hal itu seperti yang diakui salah seorang tokoh masyarakat, K.R.T. Harminto Hadinagoro, 67, saat ditemui Espos di Masjid Raya Klaten, Senin (28/7/2025).

Dia membenarkan pembangunan masjid itu salah satu sumbernya dari urunan warga Klaten. Salah satu sumber urunan diambilkan dari SPP atau Sumbangan Pembinaan Sekolah.

“Pada 1967 itu sudah iuran. Saat itu saya masih kelas II SD,” kata warga Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten, tersebut.

Saat masih SD, Harminto mengungkapkan SPP Rp7 per bulan. Dia mengungkapkan dari nilai SPP itu, sekitar Rp1 digunakan untuk iuran pembangunan masjid.

“Saat saya masih SLTP masih ada iuran itu. Kemudian jadi seperti ini karena dikelola tenanan,” jelas Harminto.

Selain dari SPP, Harminto mengungkapkan dana pembangunan juga bersumber dari iuran lainnya dari masyarakat Klaten. Artinya, pembangunan disokong secara gotong royong masyarakat Klaten.

Masjid Raya Klaten yang berada di Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, berdiri di tanah bekas bangunan Benteng Engelenburg. Foto diambil Senin (28/7/2025). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)
Masjid Raya Klaten yang berada di Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, berdiri di tanah bekas bangunan Benteng Engelenburg. Foto diambil Senin (28/7/2025). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

 

Harminto juga mengungkapkan menara Masjid Raya Klaten bersumber dari bantuan Presiden Soeharto. Pembangunan dilakukan sekitar 1971.

“Itu kan dulu nama menaranya menara Soeharto. Tetapi dulu belum ada mahkotanya. Setelah ada menara itu, kemudian ada greget ngrampungke,” kata Harminto.

Bupati Klaten periode 1985-1995, Suhardjono, mengungkapkan saat sering mengunjungi Klaten pada era 1960an, jejak benteng tak lagi terlihat. Kemudian ketika menjabat sebagai Bupati Klaten, bangunan Masjid Raya Klaten sudah ada.

“Saat saya suka main ke Klaten pada 1960an itu sudah terminal, zaman dulu [kompleks bekas Benteng Engelenburg pernah menjadi terminal]. Dan daerah ini [alun-alun] dulu daerah pertokoan. Kemudian dirobohkan dan difungsikan kembali menjadi alun-alun,” kata Suhardjono.

Pada upacara peringatan Hari Jadi ke-221 Klaten yang digelar di alun-alun, ada pembacaan sejarah berdirinya Kabupaten Klaten, Senin. Seratan Hadeging Kabupaten Klaten itu dibacakan Ketua DPRD Klaten, Edy Sasongko.

Dalam sejarah singkat berbahasa Jawa itu, Edy membacakan jika daerah yang kini secara administratif menjadi Kabupaten Klaten merupakan wilayah kuno.

Berdirinya keraton-keraton masa kerajaan Hindu di tanah Jawa, penyebutan Klaten sudah terdengar. Petilasan-petilasan masa Kerajaan Hindu maupun Buddha dibuktikan dengan keberadaan bangunan candi.

Kemudian penyebutan nama padusunan sudah ada sejak dulu seperti Dusun Pulowatu, Gumulan, Wadihati atau Dusun Wedi, Mirah atau Dusun Muruh. Kemudian Upit yang pada masanya menjadi Cikal Bakal Dusun Ngupit yang merupakan tanah perdikan dibuktikan dengan petilasan yang sudah ditemukan.

Pada masa keraton Islam seperti Demak, Pajang serta Mataram, wilayah Klaten masuk dalam wilayah Negara Agung. Pada kesempatan itu, Edy juga mengungkapkan ada cerita tentang Kiai Melati yang dipercaya menjadi cikal bakal Klaten. Namun, belum ada sumber sejarah kuno atau pada catatan Hindia Belanda yang menyebutkan nama Klaten.

Nama Klaten baru disebut dalam sumber catatan sejarah saat pendirian benteng atau loji pada masa Hindia Belanda. Tanggal pendirian benteng yakni 28 Juli 1804 Masehi kemudian ditetapkan sebagai hari berdirinya Klaten. Pemkab kemudian menetapkan 28 Juli sebagai Hari Jadi Klaten dalam Perda Nomor 12 tahun 2007.

Berdasarkan penelusuran Espos, Benteng Engelenburg yang dibangun pemerintah Hindia Belanda menjadi simbol penengah konlfik antara tiga pusat kekuasaan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam. Ketiga pusat kekuasaan itu yakni Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Mangkunegaran. 

Sentimen: neutral (0%)