Sentimen
Undefined (0%)
21 Jul 2025 : 14.52
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait

Kepala SRMA 17 Solo Ungkap Tantangan Sekolah Rakyat, Salah Satunya Kedisiplinan

21 Jul 2025 : 14.52 Views 35

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Kepala SRMA 17 Solo Ungkap Tantangan Sekolah Rakyat, Salah Satunya Kedisiplinan

Esposin, SOLO — Kepala Sekolah Rakyat Menengah Atas atau SRMA 17 Solo, Septhina Shinta Sari, mengungkapkan sejumlah tantangan dan kendala yang dihadapi pada awal-awal proses pembelajaran sekolah berasrama itu, terutama perihal kedisiplinan siswa.

Septhina mengungkapkan membangun karakter siswa, terutama dari segi kedisiplinan, membutuhkan kesabaran dan ketelatenan ekstra. Menurutnya, hal-hal kecil seperti meletakkan sepatu di rak masih menjadi pekerjaan rumah yang harus terus-menerus diingatkan.

“Harus telaten, harus sabar, harus greteh [ulet], harus setiap hari, setiap detik diingatkan. Perkara kecil saja, mohon maaf, menaruh sepatu, menaruh sandal di rak itu masih enggak karu-karuan, padahal dari wali asuh dan dari guru sudah memberi contoh,” ujar Septhina dalam forum bersama Menteri Sosial di Sekolah Rakyat Solo, Minggu (20/7/2025). 

Ia menambahkan tantangan serupa juga ditemukan dalam menjaga kebersihan asrama, kebersihan badan, hingga etika di ruang makan. Meski begitu, Septhina menegaskan karakter adalah fondasi utama dalam pendidikan yang dijalankan di sekolah rintisan yang ia pimpin itu. Sehingga ia dan jajarannya akan terus berupaya agar karakter siswa bisa terbentuk.

"Ini adalah tantangan besar bagi kami. Jadi ketika karakter belum terbentuk pada anak, kita mau menanamkan apa saja sepertinya akan susah. Jadi memang fondasi awal adalah karakter," tegasnya.

Tantangan itu dirasa semakin berat lantaran di SRMA 17 Solo masih kekurangan wali asuh dan wali asrama.  Sebelumnya, Septhina mengatakan saat ini baru ada sembilan orang dengan perincian enam wali asuh dan tiga wali asrama. Padahal, menurutnya, kebutuhannya mencapai 22 orang sehingga masih kurang 13 orang.

“Mohon izin Pak Menteri untuk menambah wali asuh dan wali asrama, karena ini sangat penting dalam hal pengasuhan dan pengasramaan setelah selesai MPLS [Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah] dan belajar mengajar,” katanya.

Tantangan ini diakui oleh Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, yang hadir pada forum itu. Ia membenarkan adanya banyak laporan terkait masalah kedisiplinan siswa sejak sekolah dimulai pada 14 Juli lalu. Latar belakang siswa yang beragam menjadi salah satu penyebabnya.

“Anak-anak kita ini latar belakangnya berbeda-beda ya. Ada yang bisa tidur cepat, ada yang tidak bisa tidur, pagi ada yang bangunnya gampang, ada yang bangunnya susah,” jelas Saifullah ketika ditemui wartawan di sela-sela kunjungannya ke SRMA 17 Solo, Minggu (20/7/2025).

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Sosial menggandeng personel TNI. Ia mengatakan tujuan melibatkan personel TNI adalah untuk penguatan kedisiplinan di masa-masa awal pendidikan. “Maka itu penguatan kedisiplinan di babak awal ini penting sekali dan itu kita memerlukan teman-teman dari TNI untuk membantu,” kata Menteri Sosial.

Meski begitu, Saifullah mengklaim secara umum seluruh proses MPLS di sekolah rakyat yang berlangsung selama sepekan berjalan lancar. Ia menyebut akan terus melakukan evaluasi.

Sentimen: neutral (0%)