Sentimen
Undefined (0%)
1 Jul 2025 : 17.41
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Unilever

BUMN: Bank Mandiri, BNI, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Shanghai

Kasus: zona merah

Tokoh Terkait

IHSG Ditutup Melemah, Saham Sektor Transportasi dan Logistik Turun Paling Dalam

1 Jul 2025 : 17.41 Views 11

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

IHSG Ditutup Melemah, Saham Sektor Transportasi dan Logistik Turun Paling Dalam

Espos.id, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 6.915,36 pada perdagangan Selasa (1/7/2025). Di tengah penurunan indeks, saham dengan kapitalisasi besar seperti AMMN, UNVR, TPIA, dan TLKM masih menguat. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG membukukan penurunan sebesar 0,18% atau 12,31 poin menuju posisi 6.915,36.

Sepanjang hari ini, indeks komposit dibuka pada level 6.954,38 dan sempat menyentuh level tertingginya di 6.971,23. Tercatat sebanyak 245 saham meningkat, 356 saham turun, dan 191 saham stagnan. Sementara itu, kapitalisasi pasar alias market cap mencapai Rp12.200 triliun.

Saham berkapitalisasi jumbo yang mengalami kenaikan dipimpin oleh saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) dengan pertumbuhan 2,66% ke Rp8,675 dan saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) meningkat sebesar 1,38% menuju Rp1.470 per saham. Selanjutnya ada saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) yang terapresiasi 1,27% ke posisi Rp10.000 dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) mencatat kenaikan sebesar 1,08% menuju level Rp2.810 per saham.

Saham market cap besar yang turun di antaranya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dengan pelemahan sebesar 2,67% menuju level Rp4.010, dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terkoreksi 2,66% ke Rp4.750 per saham.

Sementara itu, saham top gainers hari ini dihuni oleh PT Sanurhasta Mitra Tbk. (MINA) yang melompat 34,15% menuju level Rp110 per saham, lalu disusul PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk. (KRYA) dengan kenaikan sebesar 32,21% menjadi Rp197 per saham. Di sisi lain, saham paling boncos atau top losers ditempati oleh PT Buana Lintas Lautan Tbk. (BULL) yang terkoreksi 9,59% menjadi Rp132, sedangkan saham PT Armada Berjaya Trans Tbk. (JAYA) merosot sebesar 9,26% menuju level Rp98 per saham. 

Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor menguat, yaitu sektor barang konsumen non primer naik sebesar 0,77%, diikuti oleh sektor barang baku yang naik 0,16% dan sektor infrastruktur yang naik 0,12%. Sedangkan delapan sektor terkoreksi yaitu sektor transportasi & logistik paling dalam minus 2,23%, diikuti oleh sektor keuangan yang turun 0,84% dan sektor industri yang turun 0,78%.

Pantauan bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei menguat 445,91 poin atau 1,16% ke 39.908,50, indeks Hang Seng menguat 487,65 poin atau 2,06% ke 24.072,48, indeks Shanghai menguat 39,98 poin atau 1,15% ke 3.457,78, dan indeks Strait Times menguat 2,44 poin atau 0,63% ke 3.989,64.

“Bursa regional Asia bergerak menguat mengikuti petunjuk positif bursa Amerika Serikat (AS) seiring meredanya kekhawatiran perang dagang dan meningkatnya taruhan pada pemotongan suku bunga jangka pendek yang mengangkat sentimen,” ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.

Dari dalam negeri, S&P Global Indonesia melaporkan indeks manufaktur mengalami kontraksi tercatat sebesar 46,9 pada Juni 2025 atau turun dari sebesar 47,4 pada Mei 2025. S&P Global melaporkan bahwa kegiatan pasar mengalami penurunan karena pelanggan tidak tertarik untuk melakukan pemesanan baru. Penurunan penjualan terutama disebabkan oleh pasar domestik, sedangkan kinerja ekspor tetap cukup stabil. Penurunan indeks manufaktur menunjukkan tantangan yang dihadapi sektor ini. Sehingga kondisi dalam fase kontraksi tersebut berpotensi mempengaruhi berbagai aspek ekonomi, baik di tingkat mikro maupun makro.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang pada Juni 2025 tercatat surplus US$4,3 miliar atau lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya yakni US$160 juta. Selain itu, BPS juga mengumumkan inflasi Juni sebesar 0,19% secara bulanan sementara secara tahunan inflasi mencapai 1,87% atau masih berada dalam rentang target BI sebesar 1,5% hingga 3,5%.

Data itu akan memberikan momentum ruang untuk BI pangkas suku bunganya, yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi lebih banyak, yang pada gilirannya dapat menopang pertumbuhan ekonomi.

Dari mancanegara, pelaku pasar menantikan jelang tenggat pemberlakuan bea masuk Amerika Serikat (AS) pada 9 Juli 2025. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan ada negara-negara yang sedang bernegosiasi dengan iktikad baik. Namun demikian, tarif dapat kembali melonjak ke level yang diumumkan pada 2 April 2025 apabila tidak mencapai kesepakatan karena mereka bersikap keras kepala.

Perubahan kebijakan perdagangan AS tentunya dinantikan oleh sejumlah negara yang terdampak tarif resiprokal yang diterapkan oleh AS.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif baru pada Jepang, mengkritik penolakan negara untuk mengimpor beras AS, serta mengonfirmasi bahwa tarif 25 persen pada impor mobil Jepang akan tetap berlaku, dengan alasan ketidakseimbangan perdagangan yang terus-menerus.

Peringatan itu datang hanya beberapa hari menjelang tenggat waktu utama, dengan investor mencermati apakah Jepang dapat mencapai perjanjian perdagangan dengan AS sebelum tarif timbal balik 24 persen diberlakukan kembali pada pekan depan.

Sentimen: neutral (0%)