Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Sragen
Kasus: kekerasan seksual
Faktor Pemicu Anak Hamil di Luar Nikah di Sragen Dinilai Kompleks
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, SRAGEN—Banyaknya kasus ibu hamil (bumil) di usia anak-anak atau berusia di bawah 18 tahun menjadi perhatian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sragen. Pada usia masih anak-anak tersebut tingkat kedewasaan psikologisnya belum cukup dan organ reproduksinya belum optimal sehingga berisiko tinggi bila sampai hamil.
Petugas P2TP2A Sragen, Diah Nursari, saat berbincang dengan Espos.id, Kamis (26/6/2025), mengungkapkan banyaknya kasus bumil berusia anak-anak itu memiliki faktor yang kompleks karena faktor pendoronganya banyak. Dia melihat faktor yang menyebabkan hamil di usia anak-anak itu salah satunya pacaran yang kebablasan sehingga sampai hamil. Dia mengungkapkan kemungkinan karena faktor kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, persetubuhan anak di bawah umur. Seperti kasus bocah SD di wilayah Kecamatan Jenar, Sragen, yang hamil diduga karena disetubuhi ayah tirinya itu, jelas Diah, juga menjadi pemicu terjadinya bumil di usia anak-anak.
“Untuk kepastian datanya memang harus dilakukan survei ke para bumil sehingga dapat diketahui latar belakang kehamilannya. Di sisi lain, ada juga semacam kebiasaan di lingkungan suatu daerah bahwa perempuan berusia sekian belum menikah menjadi gunjingan warga sehingga orang tua memilih menikahkan anak perempuannya di usia remaja,” jelas dia.
Dia mengungkapkan penanganan kasus bumil di usia anak ini harus ditangani lintas organisasi perangkat daerah (OPD). Dari sisi kesehatan, jelas dia, dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen. Dari sisi keberlanjutan pendidikan, ujar dia, dapat dilakukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen. Kemudian dari sisi psikologinya, jelas dia, bisa dilakukan pendampingan dari P2TP2A dan Dinas Sosial (Dinsos) Sragen.
“Bumil berusia anak-anak ini tidak bisa hanya didampingi dari sisi kesehatan ibu dan bayinya tetapi juga ada pendampingan dari sisi psikisnya. Ketika psikisnya belum stabil sudah hamil maka berpotensi si bumil stress sehingga memunculya adanya penyakit hipertensi dan berpengaruh pada kondisi bayi di kandungan,” ujar dia.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Sragen, Triyanta, mengatakan banyaknya bumil risiko tinggi ini harus ditekan karena berisiko terjadi kematian ibu. Dia menyatakan pendampingan kesehatan dilakukan secara intensif dengan intervensi sesuai dengan risiko yang dimiliki bumil dari masa kehamilan sampai pada persalinan.
“Persalinan ibu melahirkan sekarang harus minimal dilakukan empat tangan dan tidak boleh hanya dua tangan atau seorang bidan sendirian. Ketika bumil masuk risiko tinggi maka persalinannya wajib dilakukan di rumah sakit. Sekarang sistem rujukan ke rumah sakit juga mudah. Bagi bumil yang tidak risiko tinggi bisa bersalinan di puskesmas atau di praktik bidan mandiri,” ujar dia.
Dia menyatakan pencegahan sudah dilakukan maksimal dan kontinyu mulai dari penyuluhan di sekolah tentang kesehatan reproduksi hingga edukasi ke orang tua bahwa pernikahan dini itu jangan sampai terjadi.
Sentimen: neutral (0%)