Sentimen
Undefined (0%)
25 Jun 2025 : 14.45
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Usia Produktif Solo 'Dikepung' Asap Rokok

25 Jun 2025 : 14.45 Views 14

Espos.id Espos.id Jenis Media: Data

Usia Produktif Solo 'Dikepung' Asap Rokok

Esposin, SOLO -- Pada 2024 lalu disebutkan sebanyak dua dari 10 warga Kota Solo merupakan perokok.

Angka ini diperoleh dengan menghitung data persentase perokok Kota Solo berdasarkan kelompok usia terhadap total populasi penduduk Kota Solo yang diunggah di laman Badan Pusat Statistik (BPS) Solo. 

Hasilnya menunjukkan sekitar 20% dari total penduduk Kota Solo merupakan perokok aktif, atau setara dengan dua dari setiap sepuluh orang.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2022–2024), jumlah perokok di Kota Solo cenderung fluktuatif. Pada 2022 lalu tercatat 79.954 jiwa di Kota Solo merupakan perokok dari berbagai kelompok usia.

Setahun berselang, angkanya melonjak tajam menjadi 98.424 jiwa. Angka ini mencerminkan semakin meluasnya kebiasaan merokok di tengah masyarakat.

Meski pada 2024 jumlah perokok menurun menjadi 85.182 jiwa, angka tersebut tetap menunjukkan bahwa sekitar 2 dari 20 warga Solo merupakan perokok.

Dengan kata lain, meskipun terjadi penurunan, proporsi perokok terhadap total populasi kota tetap konsisten pada kisaran 20%.

Jika data tersebut dirinci lebih jauh, kelompok usia produktif alias 15–64 tahun menjadi penyumbang terbesar populasi perokok di Kota Solo sepanjang tiga tahun terakhir. Pada 2024 terjadi pergeseran signifikan, di mana perokok usia 45–54 tahun meningkat drastis.

Fenomena ini menunjukkan kebiasaan merokok masih kuat mengakar pada usia kerja aktif. Padahal mereka merupakan kelompok yang semestinya menjadi penggerak utama produktivitas dan pembangunan Kota Solo.

Kebiasaan merokok di kalangan usia ini tidak hanya berdampak pada kesehatan dan produktivitas. Tetapi juga berpotensi menormalisasi perilaku tersebut di mata generasi yang lebih muda.

Terutama jika tidak diimbangi dengan edukasi yang berkelanjutan dan pembatasan akses terhadap rokok. 

Sementara itu, kelompok lanjut usia (lansia) dengan usia 65 tahun ke atas tercatat sebagai kelompok dengan jumlah perokok paling sedikit dibanding kelompok usia lainnya.

Meski demikian, tren perokok di kelompok ini menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan sepanjang tiga tahun terakhir.

Hal ini perlu menjadi perhatian khusus dalam konteks kesehatan masyarakat lansia, mengingat dampak merokok pada lansia cenderung lebih berat dan berisiko tinggi terhadap penyakit degeneratif.

Jika ditarik pada level nasional, jumlah perokok aktif di Indonesia diperkirakan mencapai 70 juta orang berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 oleh Kementerian Kesehatan. Dari angka tersebut, 7,4% di antaranya adalah perokok berusia 10–18 tahun.

Sementara menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13–15 tahun meningkat dari 18,3% pada 2016 menjadi 19,2% pada 2019.

Fakta ini menunjukkan kebiasaan merokok tidak hanya mengakar pada usia produktif dan dewasa, tetapi juga mulai menjangkiti generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah.

<div style="position: relative; width: 100%; height: 0px; padding: 228.57% 0px 0px; overflow: hidden; will-change: transform;"><iframe loading="lazy" src="https://e.infogram.com/b0bd6e4e-0f9d-4d0e-9a13-8c672460895c?src=embed&amp;embed_type=responsive_iframe" title="Neon Maps" allowfullscreen="" allow="fullscreen" style="position: absolute; width: 100%; height: 100%; top: 0px; left: 0px; border: none; padding: 0px; margin: 0px;"></iframe></div><div style="padding: 8px 0px; font-family: Arial; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: center; border-top: 1px solid rgb(218, 218, 218); margin: 0px 30px;"><a href="https://infogram.com/neon-maps-1hxj48mnz0lzq2v" target="_blank" style="color: rgb(152, 152, 152); text-decoration: none;">Neon Maps</a><br><a href="https://infogram.com" target="_blank" rel="nofollow" style="color: rgb(152, 152, 152); text-decoration: none;">Infogram</a></div>

Kampung Bebas Rokok

Berdasarkan  informasi dari Yayasan KAKAK, hingga saat ini telah terbentuk sebanyak 130 Kampung Bebas Asap Rokok (KBAR) yang tersebar di Solo.

Inisiatif ini menjadi salah satu langkah strategis untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan meminimalisir paparan asap rokok bagi masyarakat luas.

Selain itu, program Sekolah Keren Tanpa Rokok juga telah dijalankan sebagai model pendidikan antirokok yang berhasil diterapkan di 10 sekolah di Solo.

Melalui program ini, para siswa diajak untuk memahami bahaya merokok sejak dini dan dibiasakan hidup sehat tanpa rokok.

Kedua upaya tersebut menjadi fondasi penting dalam membangun budaya antirokok yang berkelanjutan di Kota Solo, terutama di kalangan generasi muda dan usia produktif.

Sebagai bagian dari upaya menurunkan angka perokok, terutama di kalangan usia lanjut yang rentan terhadap komplikasi kesehatan, layanan Klinik Berhenti Merokok (KBM) menjadi fasilitas penting yang patut dimanfaatkan.

Di Kota Solo, salah satu Puskesmas yang menyediakan layanan ini adalah Puskesmas Penumping.

Layanan KBM di Puskesmas Penumping terbuka bagi siapa saja yang ingin berhenti merokok, termasuk lansia yang selama ini belum tersentuh edukasi maupun pendampingan intensif. 

Di klinik ini, perokok akan mendapat pendampingan medis, konseling, serta strategi berhenti merokok secara bertahap yang aman dan berkelanjutan. Layanan dibuka setiap hari Sabtu, pukul 07.30–11.30 WIB.

Sentimen: neutral (0%)