Siswa MA Al Manshur Popongan Klaten Gelar Karya hingga Luncurkan Buku Antologi
Espos.id
Jenis Media: Solopos
Esposin, KLATEN – Siswa Madrasah Aliah (MA) Al Manshur Popongan, Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten, mengadakan gelar karya sebagai bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5-PPRA).
Selain gelar karya, ada peluncuran buku antologi berisi cerpen karya siswa. Gelar karya serta peluncuran buku itu digelar di madrasah setempat, Selasa (22/6/2025).
Pada kegiatan itu, siswa membuka stan makanan tradisional hingga berbagai produk dari daur ulang sampah yang memiliki nilai jual lebih. Tak hanya itu, kegiatan diisi dengan pentas seni berupa drama dipadukan dengan tetabuhan gamelan.
Kepala MA Al Manshur Popongan, Klaten, Nor Wasilah, mengungkapkan kegiatan itu sudah digelar untuk kali kedua. Rangkaian kegiatan menjadi bagian dari implementasi P5-PPRA.
Nor Wasilah mengungkapkan seluruh kegiatan dikelola para siswa dengan guru sebatas mendampingi. Selain menjadi tempat untuk menampilkan berbagai bakat dan minat siswa, kegiatan itu juga untuk memancing kemandirian siswa.
“Jadi tidak hanya dari segi akademiknya, tetapi para lulusan Aliah Al-Manshur harapannya multitalenta. Bidang pendidikan oke, bidang bakat, kewirausahaan. Sehingga anak-anak bisa menjawab permasalahan hidup di dunia ini. Karena anak yang cerdas itu berarti anak-anak yang mampu memberikan solusi, jalan keluar dari setiap permasalahan,” kata Nor Wasilah saat diwawancarai Espos, pekan lalu.
Wakil Kepala Bidang Kurikulum MA Al Manshur, Ihsani Bintarosiana, mengungkapkan gelar karya menjadi puncak dari pelaksanaan P5-PPRA di MA Al Manshur Klaten. Dia menjelaskan ada beberapa tema dalam P5-PPRA dari setiap jenjangnya.
Dia mencontohkan seperti kelas X menyelesaikan tiga tema seperti Karya Indah sampai Madrasah yang kemudian disingkat Karisma. Tema itu diangkat agar siswa mulai membudayakan gaya hidup berkelanjutan.
Berikutnya bernama Peksi Kepodang akronim dari Pekan Seni Popongan Berkumandang yang mengangkat kearifan lokal. Lantaran berada di lingkungan pesantren, kearifan lokal yang diangkat berkiatan dengan berbagai aktivitas pondok.
“Kemudian dilangsungkan gelar karya ini. Dalam kegiatan ini ada namanya stundent market. Ini bagian dari kewirausahaan. Jadi siswa merancang anggaran dan lain sebagainya secara mandiri. Guru sebatas menjembatani dan memfasilitasi,” kata Binta.
Kewirausahaan hingga Pentas Kreativitas
Pengampu mata pelajaran kewirausahaan, Suratman, mengungkapkan kegiatan diikuti siswa kelas X dan XI. Dia menjelaskan seluruh siswa berkontribusi dalam kegiatan kewirausahaan maupun pentas kreativitas siswa.
“Dalam kegiatan ini kami mengambil tema Sinar Putih di Kaki Langit. Kami sudah persiapan sejak Mei. Saat itu ada sebuah sejarah yang diangkat dari kisah Habis Gelap Terbitlah Terang karya RA Kartini yang merupakan tokoh pahlawan nasional. Dari situ, siswa mulai berkarya,” kata Suratman.
Dalam rangkaian kegiatan itu, Suratman mengungkapkan siswa membikin buku antologi cerpen sesuai tema yang diusung pada gelar karya itu yakni Sinar Putih di Kaki Langit. “Makna dari tema ini adalah selalu ada harapan di kegelapan mendung,” ungkap dia.
Buku itu berisi kumpulan cerpen karya siswa. Ada 25 siswa yang berkontribusi membikin cerpen sesuai tema yang diusung serta terinspirasi dari kisah RA Kartini.
Suratman juga menjelaskan pada gelar karya itu juga ada kegiatan kewirausahaan yang menampilkan berbagai produk karya siswa mulai dari makanan tradisional serta produk olahan sampah. Pada kegiatan itu, siswa menjual sendiri produk-produk tersebut pada market student.
Sementara itu, pentas seni diisi dengan penampilan drama yang mengambil kisah Sokrokartono, kakak dari tokoh emansipasi RA Kartini. Penampilan itu dikolaborasikan dengan pentas perkusi yang diberi nama Saron Balungan Langit.
Sentimen: neutral (0%)