Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Semarang
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Kisah Ida: Desainer Difabel Semarang yang Buka Butik Inklusif
Espos.id
Jenis Media: Jateng

Esposin, SEMARANG – Di sebuah sudut Kota Semarang, berdiri sebuah butik sederhana yang menyimpan kisah luar biasa tentang semangat, harapan, dan inklusi. Butik Ida Modiste bukan hanya memproduksi kebaya cantik dan elegan, tetapi juga menjadi ruang pemberdayaan bagi penyandang disabilitas.
Di balik usaha tersebut, ada sosok inspiratif bernama Hidayah Ratna Febriani, atau akrab disapa Ida, seorang perempuan penyandang disabilitas daksa yang membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih mimpi. Ia mengalami kelumpuhan sejak usia tiga tahun akibat polio.
Meski sempat bercita-cita melanjutkan kuliah, orang tua Ida memiliki pandangan berbeda. Ia pun akhirnya mengikuti kursus menjahit di Jalan Pandanaran, Semarang. Keputusan yang awalnya terasa seperti keterpaksaan ini justru menjadi pintu gerbang menuju kesuksesan.
“Butik ini berawal dari keterpaksaan. Tapi setelah saya mulai menghafal rumus-rumus pola dan melihat hasil karya saya dikenakan orang lain, saya jadi jatuh cinta pada menjahit,” kenang Ida.
Berawal dari usaha rumahan, kebaya rancangan Ida mulai dikenal dari mulut ke mulut. Pelanggan awal berasal dari tetangga sekitar, kemudian berkembang hingga pejabat dan tokoh publik, termasuk keluarga mantan Wali Kota Semarang dan Siti Atikoh, istri mantan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Namun kesuksesan tidak membuat Ida lupa berbagi. Pada tahun 2014, ia bergabung dengan Komunitas Sahabat Difabel, dan mulai aktif mengajar keterampilan menjahit kepada penyandang disabilitas, mulai dari tunarungu, tunagrahita, down syndrome, hingga autisme.
“Saya merasa ada ruang kosong di hati saya yang terisi saat mengajar teman-teman difabel. Kebahagiaan itu bukan hanya dari menerima, tapi juga dari memberi,” ujarnya.
Dari total 10 karyawan butik Ida Modiste, tiga di antaranya adalah penyandang disabilitas. Untuk mendukung lingkungan kerja yang inklusif, Ida bahkan belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan karyawan tuna rungu. Ia juga memahami bahwa setiap orang memiliki cara belajar yang unik dan membutuhkan pendekatan yang sabar dan empatik.
Beralamat di Jalan Medoho Raya Nomor 61, Sambirejo, Gayamsari, Semarang, butik Ida kini melayani pelanggan dari berbagai kota hingga mancanegara seperti Australia, Jepang, dan Amerika Serikat. Pemesanan pun bisa dilakukan secara online, dengan teknik pengukuran jarak jauh yang dikuasai oleh timnya.
“Setiap orang punya hak untuk berkarya. Kalau bukan kita yang membuka ruang bagi difabel, siapa lagi?” tutup Ida dengan senyum penuh harap.
Butik Ida Modiste kini telah menjadi simbol semangat inklusi, bukan hanya tempat menjahit kebaya, tetapi juga ruang belajar dan tumbuh bagi mereka yang sering terpinggirkan. Dari Semarang, kisah inspiratif Ida terus menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada keadaan.
Sentimen: neutral (0%)