Sentimen
Positif (100%)
8 Mei 2025 : 18.46
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Tokyo

Tokoh Terkait

Tingkat Kebahagiaan Indonesia Paling Tinggi, Jepang Terendah - Halaman all

8 Mei 2025 : 18.46 Views 19

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Tingkat Kebahagiaan Indonesia Paling Tinggi, Jepang Terendah - Halaman all

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Hasil awal dari studi ambisius selama lima tahun yang melibatkan lebih dari 200.000 orang di 22 negara dan wilayah, yang disebut Global Flourishing Study, diterbitkan pada 30 April 2025 di jurnal Nature Mental Health mengungkap, Indonesia memiliki tingkat kebahagiaan tertinggi berdasarkan negara sementara Jepang mencatat posisi terendah.

Studi ini juga menunjukkan bahwa kaum muda cenderung kurang bahagia di banyak negara.

Byron R Johnson dari Baylor University mengembangkan skala Flourish yang disesuaikan secara ilmiah untuk meneliti kesejahteraan berkelanjutan secara lebih mendalam.

Ia bekerja sama dengan Gallup, perusahaan riset asal AS, dan Center for Open Science (COS), sebuah organisasi nirlaba, untuk meluncurkan Survei Kebahagiaan Global.

Dari 22 negara dan wilayah yang tercakup dalam survei tersebut, Indonesia menempati peringkat pertama secara keseluruhan, dengan skor rata-rata tertinggi pada berbagai aspek kesejahteraan berkelanjutan.

Indonesia memiliki populasi yang mayoritas Muslim dan PDB per kapita sekitar USD 5.250 (sekitar 750.000 yen) pada tahun 2025, yang menempatkannya di posisi ketiga dari bawah secara ekonomi.

Apa yang membuat masyarakat Indonesia merasakan kebahagiaan berkelanjutan?

“Indonesia adalah negara kepulauan dengan keragaman etnis, bahasa, budaya, dan agama yang luar biasa,” kata Johnson.

“Tentu saja ada konflik, tetapi sebagai sebuah negara, mereka berusaha keras untuk mengedepankan rekonsiliasi.”

Desa dan suku tradisional di Indonesia secara historis berupaya membina hubungan damai dengan kelompok berbeda, termasuk dalam aspek keagamaan.

Hal ini diyakini turut berkontribusi pada tingginya tingkat kebahagiaan yang berkelanjutan di Indonesia.

“Di tempat-tempat yang secara ekonomi tertinggal, kita sering melihat adanya orientasi sosial yang kuat dan rasa makna dalam hidup,” tambah peneliti lainnya, VanderWiel.

Sementara itu, Jepang mencatat tingkat kebahagiaan berkelanjutan terendah, meskipun memiliki PDB per kapita sekitar USD 35.600 (sekitar 5,1 juta yen).

Jepang juga berada di peringkat ke-55 dari 147 negara dalam World Happiness Report 2025, di bawah Uzbekistan yang menempati posisi ke-53, meskipun PDB-nya hanya sekitar sepersepuluh dari Jepang.

Hal ini mengindikasikan bahwa Jepang menghadapi banyak tekanan sosial.

Brendan Kayce, Wakil Presiden Riset Program Human Flourishing di Universitas Harvard, menyebut bahwa Jepang sedang menghadapi risiko dari dampak perkembangan ekonomi yang sangat cepat.

Ia menyoroti beberapa isu, seperti menurunnya angka kelahiran, tantangan dalam membentuk keluarga, tingginya jumlah pria yang hidup terisolasi, serta rendahnya partisipasi dalam kegiatan keagamaan sebagai faktor yang turut memengaruhi tingkat kebahagiaan masyarakat Jepang.

“Jepang tampaknya telah mengorbankan banyak aspek kesejahteraan berkelanjutan demi pertumbuhan ekonomi dan perubahan budaya yang cepat selama 150 tahun terakhir,” ungkapnya.

Diskusi mengenai kebahagiaan di Jepang juga ramai dibicarakan di kalangan komunitas pencinta Jepang. Bagi yang ingin bergabung secara gratis, dapat mengirimkan nama lengkap, alamat, dan nomor WhatsApp ke: [email protected].

Sentimen: positif (100%)