Sentimen
Positif (100%)
30 Apr 2025 : 21.05
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Institusi: Universitas Diponegoro

Kab/Kota: Bekasi, Boyolali, Jati, Kramat, Kramat Jati, Solo, Tangerang

Mundur jadi Pegawai Bank BUMN, Geluti UMKM Hasil Bumi Boyolali di e-commerce Lebih Menjanjikan - Halaman all

30 Apr 2025 : 21.05 Views 24

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Regional

Mundur jadi Pegawai Bank BUMN, Geluti UMKM Hasil Bumi Boyolali di e-commerce Lebih Menjanjikan - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Malam jelang dinihari, mobil box dipenuhi kotak paket pesanan pelanggan telah siap berangkat.

Sebelum hari berganti, Rahma (28), mencatat ada 115 paket pesanan yang akan dikirim dinihari nanti.

"Kami menyiapkan per hari kurang lebih ada 100 kilogram petai kupas. Semua disiapkan untuk pesanan baik pesanan resto atau pesanan online," terang Rahma, pelaku UMKM di Boyolali, Jawa Tengah, saat dihubungi Tribunnews.com pada Senin (7/4/2025).

Hampir setiap hari, rumah Rahma yang berada di Desa Singkil, Boyolali, berubah ramai dengan hiruk pikuk obrolan ibu-ibu paruh baya.

Lima orang karyawan Rahma mulai mengupas petai hasil panen untuk memenuhi pesanan sejak siang hari.

Tentu nuansa yang berbeda dengan 3 tahun silam saat Rahma masih berprofesi sebagai karyawan bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

lihat foto HASIL BUMI BOYOLALI - Suasana rumah Rahma, pelaku UMKM di Singkil, Boyolali saat para IRT berkerja siapkan pesanan online, hasil bumi Boyolali berupa petai kupas dan alpukat mentega pada Senin (7/4/2025)

Suara obrolan hingga teriakan host live menjadi 'nyanyian' merdu yang ia dengarkan setiap hari.

Bisnis online hasil bumi Boyolali awalnya tak terpikirkan oleh Rahma.

Ide tersebut muncul saat harga petai pasaran yang kerap dijajakan ayah mertua, turun drastis. Rahma lantas mencoba peruntungan berbisnis online.

Tentu dengan perbaikan kualitas hingga packaging yang aman untuk kepentingan kirim mengirim ke berbagai daerah.

"Awal mula yang jualan dari nebasi (panen) petai bapak, tapi jualannya di lokalan. Pas (saat) itu jualan harga bener-bener anjlok (murah). Ya aku ide aja, daripada kirim harga ga bisa naik, aku coba naikkan kualitas dan coba jualan online," terang Rahma.

Awalnya, ide petai kupas juga berasal dari pesanan restoran yang meminta Rahma mengupas barang dagangan.

Petai kupas dinilai lebih efisien bagi pedagang restoran.

Rahma juga menyetok petai kupas untuk para pedagang sambal petai yang dijajakan secara online.

Setelah sebulan resign menjadi karyawan bank BUMN, Rahma mendapatkan pesanan pertamanya di e-commerce, termasuk di Shopee.

Pesanan pertama tersebut membuat semangat Rahma terbakar. Ia mulai memperbaiki foto dan kemasan agar aman dikirim ke luar kota.

Nyatanya persiapan Rahma berbuah manis.

Beberapa pesanan petai masuk dari dalam hingga luar kota.

"Banyak pengiriman dari dalam kota (se-Solo Raya). Ada pula yang minta dikirim ke luar kota, termasuk Bekasi, Tangerang, Blaraja, Kramat Jati. Kalau di luar pulau pun juga ada, Kalimantan hingga Papua," jelasnya.

Karena menjanjikan, Rahma mulai belajar ekspor.

Kini, petai kupas hasil bumi Boyolali bisa menjangkau hingga Hong Kong dan Malaysia.

"Paling jauh dikirim ke Hong Kong dan Malaysia, tapi masih melalui pihak kedua," ungkap Rahma.

Selain petai, Rahma juga memanfaatkan hasil bumi lainnya, yakni alpukat.

Alpukat jenis mentega merupakan buah yang tumbuh di Boyolali.

Alpulat jenis ini dikenal sebagai buah yang memiliki daging tebal, lembut, dan rasa manis alami.

Berlimpahnya hasil bumi Boyolali membuat Rahma memanfaatkan kesempatan untuk menjajakan alpulat mentega di e-commerce.

Hasilnya pun cukup memuaskan.

"Awalnya kan memang hanya petai, sambil jalan saya inisiatif masukkin alpukat."

"Sekarang, minimal saya menyiapkan alpukat hingga 1 kwintal dan kurang lebih lima karung petai yang belum dikupas," jelas Rahma.

lihat foto HASIL BUMI BOYOLALI - Penampakan mobil box berisi hasil bumi Boyolali, petai dan alpukat sebelum dijual di e-commerce oleh pelaku UMKM, Rahma (28) pada Senin, 7 April 2025

Berkat jerih payahnya selama tiga tahun lebih, Rahma kini mengantongi pendapatan kotor per bulan hingga puluhan juta.

"Untuk pendapatan kotor per bulan, yaa adalah minimal dua digit," sahut perempuan lulusan Universitas Diponegoro tersebut.

Memudahkan, Namun Bukan Tanpa Halangan

Bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti Rahma, digitalisasi memang memudahkan.

Ibarat dua tangan, kita tak bisa meraih seluruh pelosok negeri, namun dengan dunia digital seluruh negeri bisa mengenal produk kita.

Hal itu sangat dirasakan oleh Rahma.

Mencari pelanggan adalah momen tersulit bagi pelaku bisnis.

Namun, dengan hadirnya e-commerce petai dan alpukat hasil bumi Boyolali sampai ke pelosok negeri.

"Pada zaman digital seperti ini sangat memudahkan kita sebagai UMKM ya," jelas Rahma.

"Awalnya kita mencari pelanggan di sekitar susah, harga juga tak stabil. Namun setelah ada e-commerce, mencari pelanggan-pelanggan baru jauh lebih mudah, jangkauan bisa lebih luas," tambahnya.

Diketahui, Rahma memiliki akun Shopee bernama Kaleaaaa.co.

Saat ini, akun Kaleaaaa.co sudah mempunyai 307 pengikut dengan hampir seribu penilaian dari pelanggan.

Rahma juga mengakui sangat terbantu dengan adanya fitur Shopee yang terbukti dapat meningkatkan penjualan.

Tips dari Rahma, penjualan mulai naik setelah ia menggunakan fitur 'Naikkan produk' setiap empat jam sekali.

"Fitur Shopee ini banyak lho yang membantu penjual bisa meningkatkan omset. Satu fitur yang paling berdampak di toko aku adalah 'Naikkan Produk'. Gunakan empat jam sekali, setidaknya barang kita akan muncul di beranda calon pembeli. Jika foto dan harga produk sesuai dan menarik, tentu pembeli tak perlu berpikir lama untuk check out barang kita," terang Rahma.

Selain itu, live Shopee juga ikut membantu branding petai dan alpukat miliknya.

"Oh ada lagi, live Shopee. Rajin-rajin live membuat barang kita mudah dikenal publik," timpal Rahma.

Rahma hingga kini masih berusaha mengoptimalkan fitur Shopee agar bisa meningkatkan omset bulanannya.

Meski terlihat mudah hingga memiliki omset puluhan juta, UMKM Hasil Bumi Boyolali ini tentu bukan tanpa halangan.

Banyak halangan yang didapat Rahma saat memulai bisnis online.

Mulai dari komplain pelanggan hingga masalah produk yang mudah basi.

"Barang kan makanan ya, jadi mudah busuk atau rusak. Jadi kalau pihak jasa kirim lama, bisa berpengaruh dengan kualitas produk kita yang diterima pelanggan," terangnya.

Rahma berprinsip untuk memberikan ganti rugi bagi pelanggan yang mendapatkan petai busuk atau alpukat busuk.

Hal ini dilakukan agar citra toko miliknya baik.

"Bintang lima adalah kunci, kita harus menjaga nama baik toko walaupun harus tombok (rugi), namun itu sebanding dengan toko yang konsisten naik," ungkap ibu satu anak ini.

Selain itu, karena petai dan alpukat tidak selalu mendapat barang yang bagus, Rahma kadang memilih meliburkan tokonya.

Rahma memilih memasok pasar lokal jika tahu kualitas produk belum sesuai yang ia inginkan untuk dijajakan secara online.

"Beberapa hari ke depan mungkin akan offline (jualannya). Karena kalau barang ga bagus, amannya aku lempar ke pasar-pasar," jelasnya.

Rasa Syukur dan Harapan ke Depan

Berada di titik sekarang, Rahma sangat bersyukur.

Pilihan meninggalkan status karyawan Bank BUMN menjadi pelaku UMKM tak pernah salah jika selalu konsisten.

"Beralih profesi dari pegawai menjadi pembisnis sangat menyenangkan, walaupun pasti tidak mudah untuk memulainya. Apalagi menjalaninya agar tetap konsisten," tegas Rahma.

Hati ikut bahagia mendengar suara karyawan dan petani yang merasa mendapatkan manfaat dari upayanya menjajakan hasil bumi Boyolali ke pasar online.

"Alhamdulillah terbantu sekali. Saya yang IRT (ibu rumah tangga) bisa membantu (pendapatan) keluarga. Sebelumnya saya hanya IRT yang nganggur di rumah saja," jelas Sujinah (65) pada Tribunnews pada Sabtu (19/4/2025).

Petani pun ikut merasakan dampak positifnya.

Mereka merasa lebih mudah menjual hasil panen. Bahkan harganya juga bisa di atas harga pasar.

"Lebih mudah ya, karena langsung dibawa ke rumah tidak perlu ke pasar, ditawar-tawarkan ke penjual pasar. Apalagi harganya bisa di atas harga pasar. Ini lebih memudahkan pekerjaan kita," terang Siswanto (55).

Di usia yang masih muda, Rahma tak ingin berpuas diri.

Ia masih belajar bagaimana cara agar hasil bumi Boyolali bisa sampai ke luar negeri.

"Tentu saya ingin memperluas penjualan ke dalam negeri, selain itu UMKM ini pasti ada potensi untuk disalurkan ke luar negeri," terang Rahma.

"Kita sedang belajar bagaimana menyalurkan hasil bumi ini melalui ekspor mandiri. Ya, mulai belajar mendalami bidang ekspor."

"Apalagi di Shopee sudah ada program Ekspor Shopee yang bisa membuat produk kita dijual hingga luar negeri. Itu akan kita pelajari ke depannya," lanjutnya.

"Harapannya dengan ekspor, kita bisa membeli bahan baku ke petani dengan harga yang tentunya di atas pasaran. Selain barang dikenal dunia, petani di Boyolali ikut sejahtera," imbuh dia.

Memulai bisnis dari nol sangat jauh dari kata mudah.

Mulailah melihat peluang kecil di sekitarmu. Berusaha dan berinovasi di jaman digital membuka peluang kecil itu menjadi besar.

Semarakkan UMKM Go Digital

Usaha yang dilakukan Rahma sejak 2021 termasuk menyemarakkan program UMKM Go Digital oleh Pemerintah Indonesia.

Program tersebut sudah diluncurkan sejak 2020.

Menurut data, dari 2020 hingga 2023 jumlah UMKM yang beralih ke digitalisasi terus meningkat.

Bahkan melebihi target dan secara konsisten meningkat.

Dikutip dari GoodStats.id, 27 juta UMKM telah beralih ke bisnis digital.

Pemerintah telah meluncurkan program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang bertujuan untuk mendorong digitalisasi (onboarding) bagi UMKM offline serta mendorong national branding produk UMKM unggulan pada berbagai marketplace.

Selain itu, gerakan ini juga diharapkan dapat meningkatkan ekspor produk UMKM. (*)

(Tribunnews.com/ Siti N)

Sentimen: positif (100%)