Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Tokoh Terkait
Kiki Syahnakri Luncurkan Buku "Hingga Salvo Terakhir, Bakti Prajurit TNI" Nasional 26 April 2025
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2025/04/26/680cbe85d5332.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
Kiki Syahnakri Luncurkan Buku "Hingga Salvo Terakhir, Bakti Prajurit TNI" Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Eks Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal TNI (Purn) Kiki Syahnakri meluncurkan buku berjudul "Hingga Salvo Terakhir, Bakti Prajurit TNI" yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas , di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (26/4/2025). Dalam sambutannya, Kiki mengatakan, judul yang diberikan dalam buku ini terinspirasi dari sebuah pidato mantan Kepala Staf Komando Keamanan dan Ketertiban Jenderal TNI Purn Widjojo Soejono. "Beliau mengatakan bahwa sebagai bhayangkhari negara, maka tugas kita baru selesai kalau kita tidak lagi bisa mendengar salvo walaupun ditembakkan di samping telinga," ujar Kiki. "Dari kata-kata itu, saya angkat (judul) 'Hingga Salvo Terakhir,' tapi jangan lupa dibaca di bawahnya juga 'Bakti Prajurit TNI,'" tambah dia. Istilah Salvo sendiri merupakan prosesi kehormatan dalam acara pemakaman kemiliteran sebagai tanda kehormatan dengan tembakan beruntun para prajurit. Kiki mengatakan, buku setebal 352 halaman ini adalah sebuah otobiografi, ditulis sendiri selama dua tahun lamanya. Dia mengungkapkan, pengerjaan yang lama pada buku ini dikarenakan saat menulis, dia sering mendapat telepon atau kunjungan dari kerabat dan kenalannya. Kiki menjelaskan, buku tersebut tidak hanya memuat kisah hidupnya saja, tetapi terdapat nilai- nilai kebangsaan , patriotisme , dan keindonesiaan yang bisa ditemukan. "Mengapa? Karena latar belakang penulisan dalam buku ini ada kekhawatiran lunturnya nilai-nilai tadi, khususnya di generasi mendatang," ucapnya. Dia mengatakan, kekhawatiran ini memang masih jauh dari bentuk kedaruratan, karena dia percaya masih banyak generasi milenial yang punya rasa patriotisme yang besar. Namun, tak bisa disangkal, banyak juga generasi muda yang melupakan nilai kebangsaan dan patriotisme. Kiki bercerita, salah satu contohnya ketika dia didatangi oleh kepala kantor cabang sebuah bank bersama satu orang stafnya, karena dia termasuk nasabah prioritas. Dalam percakapannya, Kiki percaya dua pegawai bank itu memiliki wawasan yang luas, cerdas, dan komunikasi yang baik. Namun, nilai kebangsaan itu terlihat luntur ketika dua pegawai bank itu menanyakan foto Jenderal Ahmad Yani yang ada di ruangan Kiki. "Si pimpinan cabang ini lihat foto Pak Yani, dia tanya, 'Pak, ini foto tahun berapa, Pak?'" kata Kiki menirukan pimpinan cabang sebuah bank tersebut. Kiki terkejut dan menjelaskan kepada pimpinan cabang itu bahwa foto yang dilihat bukan fotonya, tetapi foto pahlawan nasional Jenderal Ahmad Yani. Kiki kemudian menguji kembali wawasan kebangsaan pegawai bank tersebut dengan foto Jenderal Sudirman. Dia berharap tokoh familiar yang menjadi nama jalan protokol di Jakarta itu bisa dikenali. "Masa tidak kenal ini? Dia tanya temannya lagi, enggak tahu juga. Saya jelaskan ini foto Jenderal Soedirman, pemimpin besar kami. Dia bilang, 'Waduh, something di dada, padahal saya setiap hari lewat di jalan (Soedirman), saya lihat patungnya yang begini' (memberi hormat)," kata dia. Menurut Kiki, ini menjadi salah satu indikasi pelunturan nilai perjuangan yang dulu harusnya diwariskan ke generasi muda. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (61.5%)