Sentimen
Positif (66%)
23 Apr 2025 : 18.17
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Tiongkok

Tokoh Terkait

BI Pertahankan Suku Bunga BI-Rate 5,75 persen pada RDG April 2025, Imbas Perang Tarif AS-China?

23 Apr 2025 : 18.17 Views 22

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Ekonomi

BI Pertahankan Suku Bunga BI-Rate 5,75 persen pada RDG April 2025, Imbas Perang Tarif AS-China?

PIKIRAN RAKYAT - Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) tetap berada pada level 5,75 persen lewat Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan April 2025 yang digelar Selasa, 22 April dan Rabu, 23 April 2025.

Hal ini diumumkan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil RDG BI di Jakarta pada Rabu, 23 April 2025.

Suku bunga deposit facility tetap berada pada level 5 persen. Suku bunga lending facility juga diputuskan tetap berada pada level 6,5 persen.

Perang Tarif

Menurut Perry, ketidakpastian perekonomian global makin tinggi, didorong kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pengumuman kebijakan tarif resiprokal AS awal April 2025, langkah retaliasi Tiongkok dan kemungkinan dari beberapa negara lain meningkatkan fragmentasi ekonomi global, serta menurunnya volume perdagangan dunia.

“Akibatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan akan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen,” ucap Perry Warjiyo.

Ia mengaku penurunan ekonomi yang terbesar terjadi di AS dan Tiongkok, sejalan dengan dampak perang tarif kedua negara.

Pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang lainnya juga diperkirakan akan melambat dipengaruhi dampak langsung penurunan ekspor ke AS dan dampak tak langsung dari penurunan volume perdagangan dengan negara-negara lain.

Dampak Negatif

Perang tarif dan dampak negatifnya pada penurunan pertumbuhan AS, China, serta ekonomi dunia memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, dan mendorong perilaku risk aversion pemilik modal.

Imbal hasil (yield) U.S. Treasury menurun dan indeks mata uang dolar AS ke berbagai mata uang dunia atau DXY melemah di tengah peningkatan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) 2025 dan tahun depan.

Aliran modal dunia bergeser dari Amerika Serikat ke negara dan aset yang dianggap aman atau safe haven asset and safe haven countries, terutama aset keuangan di Eropa serta Jepang, dan komoditi emas.

Aliran keluar modal global dari negara berkembang masih berlanjut sehingga memberi tekanan terhadap pada mata uangnya.

“Memburuknya kondisi global tersebut memerlukan penguatan respon dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” lanjutnya.***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

Sentimen: positif (66.5%)