Sentimen
Negatif (99%)
23 Apr 2025 : 08.30
Informasi Tambahan

Kab/Kota: New York, Washington

Harga Minyak Naik Imbas Sanksi Baru AS ke Iran - Page 3

23 Apr 2025 : 08.30 Views 18

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi

Harga Minyak Naik Imbas Sanksi Baru AS ke Iran - Page 3

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik lebih dari USD 1 per barel pada Selasa, didorong oleh sanksi baru Amerika Serikat terhadap Iran dan penguatan pasar saham global, yang memicu reli pemulihan setelah aksi jual tajam harga minyak pada sesi sebelumnya.

Dikutipd ari CNBC, Rabu (23/4/2025), harga minyak mentah Brent naik USD 1,18 atau 1,78% menjadi USD 67,44 per barel. Kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei—yang berakhir pada Selasa—menguat USD 1,23 atau 1,95% ke level USD 64,31.

Pada hari yang sama, AS mengeluarkan sanksi baru yang menargetkan pengusaha pengapalan gas dan minyak mentah Iran serta jaringan perusahaannya.

Meskipun pembicaraan antara Washington dan Teheran mengenai program nuklir Iran mengalami kemajuan akhir pekan lalu, kegagalan mencapai kesepakatan dapat menekan ekspor minyak Iran, di tengah pengetatan sanksi AS, menurut John Kilduff, mitra di Again Capital New York.

“Jika tidak ada kesepakatan nuklir, AS akan berusaha menekan ekspor minyak Iran hingga nol, dan saat ini tampaknya skenario nol itu semakin mungkin terjadi,” kata Kilduff.

Pasar Saham Bangkit, Minyak Menguat

Penguatan pasar saham global—indikasi meningkatnya selera risiko dari investor—juga mendukung kenaikan harga minyak, menurut analis Mizuho, Robert Yawger.

Saham-saham AS naik pada Selasa karena investor fokus pada laporan laba perusahaan. Sebelumnya, kritik keras Presiden Donald Trump terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell, telah menyebabkan aksi jual tajam di pasar pada sesi sebelumnya.

Harga minyak Brent dan WTI sempat anjlok lebih dari 2% pada Senin akibat kemajuan dalam pembicaraan AS-Iran dan kejatuhan pasar saham. Namun pemulihan pada Selasa menunjukkan bahwa pasar tetap sensitif terhadap dinamika geopolitik dan makroekonomi.

Sentimen: negatif (99.2%)