Sentimen
Negatif (99%)
22 Apr 2025 : 13.35

Awas! Anak Sering Memiringkan Kepala dan Tidak Fokus Belajar, Ini Tanda Gangguan Mata Myopia - Halaman all

22 Apr 2025 : 13.35 Views 17

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Kesehatan

Awas! Anak Sering Memiringkan Kepala dan Tidak Fokus Belajar, Ini Tanda Gangguan Mata Myopia - Halaman all

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anak Anda tak fokus belajar dan kerapkali memiringkan kepala? Orangtua bisa mencurigai si kecil mengalami gangguan mata myopia.

Myopia atau mata minus atau rabun jauh merupakan kondisi dimana penderita sulit melihat objek yang jauh.

Dokter Subspesialis Pediatric Ophthalmology and Strabismus, Dr. Hasiana Lumban Gaol, SpM, mengatakan, ada beberapa gejala non-verbal yang bisa ditunjukkan anak dalam aktivitas sehari-hari mereka.

Misalkan, anak jika melihat sering memicingkan atau mengecil-ngecilkan mata, anak harus melihat dalam jarak yang dekat.

Anak sering mengucek mata, memiringkan kepala dan juga tidak fokus dalam belajar.

Mata terasa tegang, mata terasa lelah serta sakit kepala.

“Itu adalah tanda orang tahu harus melakukan pemeriksaan mata,” tutur dia dalam kegiatan memperkenalkan Children’s Eye & Strabismus Center (CESC) di RS Mata JEC Kedoya, Selasa (15/4/2025).

Ia menuturkan, umumnya, gangguan penglihatan pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko seperti kelahiran prematur, riwayat keluarga, riwayat kehamilan, trauma, dan nutrisi.

Akan tetapi, dengan kemajuan zaman dan perubahan gaya hidup, anak-anak juga rentan terhadap faktor risiko lain yang dapat mengancam kesehatan mata, seperti penggunaan gawai berlebih, kurang paparan alami dan minimnya aktivitas di luar ruangan.

PEMERIKSAAN MATA PADA ANAK - Dokter Subspesialis Pediatric Ophthalmology and Strabismus, Dr. Hasiana Lumban Gaol, SpM, mengatakan, ada beberapa gejala non-verbal yang bisa ditunjukkan anak dalam aktivitas sehari-hari mereka. Hal disampaikan dia di RS JEC Kedoya Jakarta, Selasa (15/4/2025). (Tribunnews/Rina Ayu)

“Pemeriksaan dini rutin, termasuk evaluasi berkala per 6-12 bulan sekali pada anak usia sekolah, perlu dilaksanakan secara disiplin guna mengenali gangguan penglihatan sejak awal dan memberikan tata laksana yang sesuai,” kata dr Hasiana.

Jika tidak segera ditangani sedari dini ujar dia, akan menyebabkan beberapa komplikasi penyakit mata lainnya seperti mata malas, katarak, glaukoma dan lepasnya retina.

Penanganan gangguan penglihatan secara multidisiplin, antara lain: Terapi ambliopia, perawatan strabismus/mata juling, tindakan operatif, terapi visual dan rehabilitasi visual.

Penanganan gangguan mata pada anak tentu tak bisa lepas dari keterlibatan orang-orang terdekat pasien.

Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics Dr. Gusti G Suardana, SpM(K) menyampaikan, perawatan kesehatan mata sejak dini merupakan investasi untuk masa depan anak. Gangguan penglihatan yang tidak terdeteksi dan tertangani dengan tepat pada masa balita dapat berdampak jangka panjang.

“Tidak hanya pada perkembangan penglihatan, tetapi juga pada kemampuan belajar, sosialisasi, dan kualitas hidup anak hingga dewasa,” kata dia.

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mendapati 0,6 persen anak Indonesia berusia di atas 1 tahun ternyata mengidap disabilitas penglihatan. Dari persentase tersebut, 11,7 persen bahkan perlu menggunakan alat bantu lihat.

Pihaknya meyakini bahwa perawatan mata anak membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, terintegrasi, dan ramah anak.

Proses pemeriksaan, diagnosis hingga terapi pada anak tidak bisa disamakan dengan pasien dewasa.

Seperti teknologi diagnostik meliputi RetCam Screening - untuk deteksi dini Retinopati Prematuritas (ROP) pada bayi prematur; Autorefraktometer Pediatrik -  untuk pemeriksaan gangguan refraksi tanpa memerlukan respons verbal anak; dan Synoptophore Test - untuk mengukur sudut strabismus (mata juling) guna penanganan yang lebih akurat.

Sentimen: negatif (99.6%)