Sentimen
Positif (96%)
22 Apr 2025 : 10.43
Informasi Tambahan

Agama: Katolik

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: New York, Tiongkok

Tokoh Terkait
Paus Benediktus

Paus Benediktus

Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Ini 6 Kardinal yang Masuk Kandidat

22 Apr 2025 : 10.43 Views 107

Medcom.id Medcom.id Jenis Media: Ekonomi

Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Ini 6 Kardinal yang Masuk Kandidat

Jakarta: Setelah wafatnya Paus Fransiskus di usia 88 tahun, mata dunia kini tertuju ke Vatikan. Pertanyaan besar pun muncul, siapa yang akan menjadi pemimpin Gereja Katolik selanjutnya? 
 
Sebanyak 120 kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul dalam konklaf untuk memilih pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik.
 
Konklaf ini akan digelar maksimal 20 hari setelah wafatnya paus. Para kardinal akan melakukan hingga empat pemungutan suara setiap hari. 

Jika belum juga terpilih, setelah 30 putaran, hanya dua kandidat teratas yang boleh dilanjutkan. Pemenangnya adalah yang mendapat suara dua pertiga.

Paus selanjutnya bisa dari Afrika, Asia, atau Italia Gereja Katolik bisa saja dipimpin oleh paus dari Afrika, Asia, bahkan Amerika. Namun banyak analis memperkirakan, paus baru nanti akan punya pendekatan yang lebih "konservatif" dan berhati-hati setelah gaya progresif Paus Fransiskus.
 
Paus Fransiskus dikenal mendukung inklusivitas terhadap LGBTQ dan mengurangi penggunaan Misa Latin tradisional, yang membuat sebagian konservatif gereja gusar. Karena itu, para pengamat menduga kardinal akan memilih sosok yang lebih moderat dan menenangkan situasi. 6 Kardinal yang diprediksi paling berpeluang jadi Paus Melansir New York Post, Selasa, 22 April 205, berikut enam nama yang masuk radar para pengamat Vatikan sebagai calon kuat Paus berikutnya:

Kardinal Luis Antonio Tagle (67 tahun)

Kardinal asal Filipina ini adalah salah satu "anak didik" Paus Fransiskus. Namun ia sempat kehilangan dukungan karena isu dalam kepemimpinannya di Caritas International. Ia dikenal berpandangan terbuka soal Komuni bagi pasangan yang tak menikah secara sakramental dan homoseksualitas.

Kardinal Pietro Parolin (70 tahun)

Sekretaris Negara Vatikan ini berasal dari Italia dan punya pengalaman diplomatik luas. Ia dinilai punya peluang besar, meski sikapnya terhadap kerja sama dengan Tiongkok sempat jadi sorotan.

Kardinal Jean-Marc Aveline (66 tahun)

Asal Prancis, ia disebut-sebut sebagai favorit Paus Fransiskus. Ia ramah, terpelajar, dan mendukung desentralisasi gereja. Cocok dengan arah gereja yang lebih progresif.

Kardinal Willem Eijk (71 tahun)

Uskup asal Belanda yang dikenal sangat konservatif. Ia menolak penahbisan perempuan, pemberkatan pasangan sesama jenis, dan terapi gender. Cocok untuk kelompok yang ingin gereja kembali ke doktrin klasik.

Kardinal Malcolm Ranjith (77 tahun)

Uskup Agung Kolombo, Sri Lanka ini dekat dengan pemikiran Paus Benediktus XVI. Ia dikenal peduli terhadap lingkungan dan kaum miskin. Plus, ia datang dari Asia Selatan, kawasan dengan pertumbuhan Katolik pesat.

Kardinal Robert Sarah (79 tahun)

Mantan pejabat Vatikan dari Guinea ini merupakan pilihan kaum tradisionalis. Ia menentang keras pemberkatan sesama jenis dan pembatasan Misa Latin. Bisa menjadi paus Afrika pertama sejak abad ke-5.
  Apakah arah gereja akan berubah lagi? Paus Fransiskus telah mengangkat banyak kardinal dalam konklaf ini, jadi banyak yang memperkirakan paus baru tak akan berbeda terlalu jauh. Namun bukan tidak mungkin akan ada perubahan arah, tergantung siapa yang terpilih.
 
Menurut para ahli, paus berikutnya bisa jadi bukan sosok revolusioner, melainkan seorang "pengurus" yang lebih tenang. Tapi, dalam sejarah gereja, segala kemungkinan tetap terbuka.
 
Siapa saja yang bisa jadi Paus?
 
Secara hukum gereja, setiap pria Katolik yang sudah dibaptis bisa dipilih menjadi paus. Namun jika dia belum ditahbiskan sebagai uskup, maka ia harus ditahbiskan terlebih dahulu sebelum resmi menjabat.
 
Pemilihan paus bukan hanya soal teologi, tapi juga geopolitik dan arah gereja ke depan. Siapa pun yang terpilih, dunia menanti babak baru dari sejarah panjang Takhta Suci Vatikan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(ANN)

Sentimen: positif (96.9%)