Sentimen
Positif (100%)
21 Apr 2025 : 17.31
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Katolik

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Budapest, Kudus, Roma

Tokoh Terkait

Luis Antonio Tagle dari Filipina hingga Pietro Parolin Setneg Vatikan

21 Apr 2025 : 17.31 Views 35

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional

Luis Antonio Tagle dari Filipina hingga Pietro Parolin Setneg Vatikan

PIKIRAN RAKYAT - Kematian Paus Fransiskus pada 21 April menandai berakhirnya sebuah era penting dalam sejarah Gereja Katolik Roma. Sebagai paus pertama dari Amerika Latin, Paus Fransiskus dikenal karena arah progresifnya: membela kaum miskin, membuka pintu bagi dialog dengan dunia sekuler, dan menekankan peran Gereja dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan migrasi.

Kini, mata dunia tertuju pada Vatikan, tempat College of Cardinals bersiap menggelar konklaf rahasia untuk memilih pemimpin baru bagi 1,37 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Kandidat yang terpilih akan menentukan arah teologi dan diplomasi Gereja dalam menghadapi tantangan zaman modern.

Berikut adalah lima tokoh yang dinilai memiliki peluang besar menggantikan Paus Fransiskus.

1. Luis Antonio Tagle (Filipina) Usia: 67 tahun Posisi: Pro-prefek Dikasteri untuk Evangelisasi Peluang: 3:1

Kardinal Tagle dikenal sebagai tokoh yang rendah hati dan bersahaja, sering dijuluki sebagai "Fransiskus dari Timur." Dia telah lama menjadi tangan kanan Paus Fransiskus dalam misi global Gereja. Sebagai kepala Kongregasi untuk Evangelisasi Rakyat, ia memainkan peran penting dalam memperluas pengaruh Gereja di Asia dan Afrika.

"Latar belakang Asia dan semangat pastoral Tagle sangat cocok dengan semangat Paus Fransiskus," ujar Cristina Traina, profesor teologi Universitas Northwestern.

"Pemilihannya bisa menjadi simbol dari Gereja yang semakin mendunia," ucapnya menambahkan.

Tagle juga menjadi wajah Gereja Katolik yang inklusif dan simpatik. Ia mendukung peran perempuan yang lebih besar dalam Gereja serta memiliki rekam jejak kuat dalam membela keadilan sosial.

2. Pietro Parolin (Italia) Usia: 70 tahun Posisi: Sekretaris Negara Vatikan Peluang: 4:1

Sebagai diplomat tertinggi Vatikan sejak 2013, Kardinal Parolin punya pengalaman panjang dalam urusan internasional Gereja, termasuk hubungan dengan China, Rusia, dan negara-negara mayoritas Muslim.

"Parolin memahami betul seluk-beluk diplomasi Vatikan dan birokrasi internal," kata Ulrich Lehner dari Universitas Notre Dame.

"Ia adalah sosok moderat, tidak seekstrem progresif, juga bukan konservatif garis keras," tuturnya menambahkan.

Gaya kepemimpinannya yang diplomatis membuat Parolin digadang-gadang sebagai pilihan kompromi antara faksi progresif dan konservatif dalam konklaf mendatang.

3. Peter Turkson (Ghana) Usia: 76 tahun Posisi: Mantan kepala Dikasteri untuk Pembangunan Manusia Integral Peluang: 5:1

Kardinal Turkson telah lama dikenal sebagai suara Gereja dalam isu-isu keadilan global. Ia vokal dalam perjuangan melawan ketimpangan ekonomi dan perubahan iklim, dan dikenal dekat dengan agenda sosial Paus Fransiskus.

“Paus baru harus bisa melanjutkan fokus pada umat yang tertindas, dan saya percaya suara Afrika harus lebih didengar,” kata Turkson dalam wawancara sebelumnya dengan La Croix.

Jika terpilih, Turkson akan menjadi paus kulit hitam pertama dalam sejarah modern dan paus Afrika pertama sejak Paus Gelasius I pada abad ke-5.

4. Peter Erdo (Hongaria) Usia: 72 tahun Posisi: Uskup Agung Esztergom-Budapest Peluang: 6:1

Dikenal sebagai ahli hukum kanonik dan pemikir konservatif, Kardinal Erdo mewakili arus Gereja yang ingin kembali pada tradisi teologis yang lebih ketat. Ia aktif dalam mendorong perlindungan doktrin tradisional, terutama terkait keluarga, gender, dan liturgi.

"Beberapa suara dalam Gereja ingin menyeimbangkan kembali antara kasih dan kebenaran moral. Erdő mewakili kecenderungan itu," tutur Prof. Traina.

Namun, keberpihakannya yang kuat terhadap ortodoksi mungkin menjadi hambatan di tengah tren global menuju keterbukaan.

5. Angelo Scola (Italia) Usia: 82 tahun Posisi: Mantan Uskup Agung Milan Peluang: 8:1

Meskipun usianya melampaui batas usia memilih paus (80 tahun), Kardinal Scola masih disebut dalam daftar kandidat karena pengaruhnya yang besar dan sejarahnya sebagai runner-up pada konklaf 2013.

Scola dikenal karena ketegasan intelektual dan kedekatannya dengan teologi Yohanes Paulus II. Ia menjadi simbol kubu tradisionalis yang merindukan kepemimpinan tegas dalam hal moralitas dan liturgi.

“Waktu saya mungkin sudah lewat,” ucap Scola dalam wawancara dengan Corriere della Sera beberapa tahun lalu.

“Tetapi saya percaya pada suara Roh Kudus," ujarnya menambahkan.

Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Konklaf untuk memilih paus baru akan dimulai dalam rentang 15 hingga 20 hari setelah kematian Paus Fransiskus. Selama masa itu, para kardinal akan menghadiri misa pemakaman dan menjalani novemdiales — sembilan hari berkabung yang juga menjadi ajang diplomasi internal.

Michelle Dillon dari University of New Hampshire menekankan pentingnya masa itu.

“Akan ada banyak pertemuan informal di sela-sela misa dan peringatan. Di sanalah kesepakatan awal biasanya terbentuk," tuturnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari NewsWeek.

Begitu mayoritas dua pertiga suara diperoleh di Kapel Sistina, asap putih akan membubung dari cerobong, menandakan bahwa Gereja memiliki pemimpin baru. Nama dan sosok paus baru kemudian akan diumumkan dari balkon Basilika Santo Petrus dalam prosesi "Habemus Papam".***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

Sentimen: positif (100%)