Sentimen
Positif (100%)
21 Apr 2025 : 12.38
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait

Monolog Gibran Bahas Bonus Demografi dan Film Jumbo Peroleh 'Dislike' 27 Ribu, Like 'Hanya' 2.400 - Halaman all

21 Apr 2025 : 12.38 Views 55

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Nasional

Monolog Gibran Bahas Bonus Demografi dan Film Jumbo Peroleh 'Dislike' 27 Ribu, Like 'Hanya' 2.400 - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Video monolog Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang membicarakan bonus demografi di Indonesia hingga soal populernya film animasi produksi Visinema Pictures berjudul Jumbo menjadi perbincangan publik.

Namun, ternyata video berdurasi 6 menit 19 detik itu tampaknya tidak memperoleh respons positif dari warganet.

Pasalnya, jumlah dislike lebih banyak ketimbang like yang diperoleh pada video tersebut.

Berdasarkan pantauan Tribunnews.com pada Senin (21/4/2025) sekira pukul 12.10 WIB, total dislike mencapai 27 ribu.

Sementara itu, total like atau jempol ke atas tak sampai separuhnya, yaitu hanya 2.400.

Tak hanya itu, komentar negatif juga membanjiri kolom komentar dalam video tersebut.

Salah satu warganet dengan akun bernama joniganteng499 menilai Gibran hanya"riding the wave" atau ikut arus ketika mengapresiasi kesuksesan film animasi Jumbo dalam video tersebut.

Diketahui, Jumbo masuk sebagai salah satu film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan total penonton hingga Sabtu (19/4/2025) yang mencapai 5 juta penonton.

Film yang disutradarai oleh komika Ryan Andriandhy tersebut menggeser film horror berjudul Sewu Dino (2023) di posisi sembilan.

"Gibran 'riding the wave': dia memakai narasi kesuksesan generasi muda seperti film Jumbo, padahal pemerintah tidak berperan dalam produksinya," tulisnya.

Lalu, ada akun bernama @SFwanCh yang menganggap pernyataan Gibran dengan mengapresiasi kesuksesan film Jumbo berbanding terbalik dengan pernyataan sebelumnya ketika dirinya menggembar-gemborkan perlunya belajar artificial intelligence (AI).

Pasalnya, produksi film Jumbo murni dilakukan oleh ratusan animator tanpa adanya bantuan dari AI.

"Gembar gembor AI, giliran animasi buatan animator lokal hype langsung numpang ambil ketenaran, padahal pemerintah gada ngasih bantuan apapun ke animatornya tapi si sales ai ini kek paling berjasa," tulis akun tersebut.

Isi Video Gibran

Sementara, dalam video tersebut, Gibran membicarakan bonus demografi di Indonesia dalam rentang waktu 2030-2045.

Banyaknya anak muda Indonesia tersebut membuat Gibran meminta agar momentum tersebut jangan dilewatkan.

"Indonesia akan mendapatkan puncak bonus demografi di tahun 2030 sampai tahun 2045. Sebuah kondisi yang terjadi hanya satu kali dalam sejarah peradaban sebuah bangsa," kata Gibran dalam video tersebut.

Gibran menjelaskan bahwa penduduk usia produktif di suatu negara lebih besar, sehingga memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan arah kemajuan.

"Ini adalah kesempatan emas untuk mengelola bonus demografi, agar tidak menjadi sekadar bonus," kata dia.

Gibran berkata bonus demografi bisa menjadi jawaban untuk masa depan Indonesia.

Ia lantas memberikan contoh beberapa anak muda Indonesia yang sudah mulai menjadi jawaban dari tantangan yang ada.

Pertama, film animasi Indonesia yang berjudul Jumbo, karya rumah produksi Visinema Pictures ternyata sudah ditonton oleh empat juta penonton.

Kedua, Timnas U-17 Indonesia akhirnya untuk pertama kalinya berhasil lolos kualifikasi Piala Dunia 2025.

"Film Jumbo ini karya animator muda Indonesia yang saat ini sudah mencapai 4 juta penonton. Serta akan ditayangkan di 17 negara, yakni Asia dan Eropa. Ini menjadi era baru industri animasi Indonesia," tuturnya.

"Timnas U17 kita untuk pertama kalinya lolos via kualifikasi ke Piala Dunia dan menjadi satu-satunya wakil dari Asia Tenggara. Ini adalah kekuatan kita sebagai generasi muda, kita harus selalu siap dan mempersiapkan diri," tandasnya.

Dianggap Sarat Motif Politis

Di sisi lain, peneliti senior Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menilai monolog Gibran tersebut sarat akan motif politis.

“Nah, tampaknya Wapres, melalui tim medianya, mencoba menarik perhatian publik, khususnya kalangan muda, dengan mengusung tema bonus demografi yang disampaikan secara monolog tersebut,” kata Lili pada Minggu (20/4/2025).

Dia mengatakan motif politis tersebut semakin terlihat ketika Gibran yang notabene adalah seorang wapres tinggal menunggu perintah dari Presiden Prabowo Subianto lantaran statusnya sebagai pembantu presiden.

Lili juga menilai pemilihan tema yaitu bonus demografi bisa menjadi bumerang bagi mantan Wali Kota Solo tersebut.

Pasalnya, alih-alih menjawab keresahan generasi muda, justru bisa saja dianggap sebagai alat pencitraan.

“Bisa jadi publik merespons negatif karena, seperti diketahui, bila berbicara secara langsung, tidak sebagus bicara secara monolog tersebut. Tentu kalau dianggap negatif, dianggap angin lalu saja, dianggap bagian dari pencitraan,” kata Lili.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Rakli/Faryyanida Putwiliani)

Sentimen: positif (100%)