Sentimen
Positif (80%)
18 Apr 2025 : 08.51
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Hewan: Gajah

Kab/Kota: Shanghai

Restoran di China Tawarkan Hidangan dari Kotoran Gajah Kering yang Sudah Disteril, Harga Rp9 Juta - Halaman all

18 Apr 2025 : 08.51 Views 21

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Restoran di China Tawarkan Hidangan dari Kotoran Gajah Kering yang Sudah Disteril, Harga Rp9 Juta - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah restoran mewah di Shanghai, China memicu kontroversi di media sosial karena menawarkan hidangan yang mereka sebut "autentik."

Restoran itu menawarkan pengalaman menyantap hidangan bernuansa hutan hujan tropis, dengan hidangan yang paling menonjol adalah kotoran gajah yang sudah diproses, dilansir SCMP.

Menurut penelusuran Tribunnews di Douyin, aplikasi TikTok versi China, seorang vlogger makanan dengan nama akun "Diari Makanan Michelle", membagikan pengalamannya bersantap di restoran tersebut pada 7 April 2025.

"Makan kotoran gajah di restoran baru di Shanghai, makan bubur bau, mengunyah daun dan menjilati es batu, makanan ini sangat abstrak sehingga saya ingin mengembalikan uangnya #TikTokLifeFoodSeason #HidanganLokalDiUjungLidah," tulisnya dalam Bahasa Mandarin.

Restoran yang terkenal dengan kulinernya yang ramah lingkungan itu, menyajikan beragam hidangan inovatif.

Hidangan itu di antaranya daun pohon, es batu berlapis madu, dan hidangan penutup yang dibuat dengan cerdik dari kotoran gajah yang sudah dikeringkan dan disterilkan.

VIRAL DI CHINA - Tangkap layar Douyin yang diambil Tribunnews pada 18 April 2025, memperlihatkan kuliner ekstrem kotoran gajah di Shanghai. Restoran mematok harga Rp9 juta untuk hidangan ini beserta belasan hidangan lainnya (Tangkap layar Douyin)

Pelanggan dikenakan biaya 3.888 yuan (Rp9 juta) untuk 15 jenis hidangan hidangan mewah, belum termasuk minuman.

Dua pendiri restoran berasal dari kelompok etnis Blang di China dan yang lainnya dari Prancis.

Mereka mendedikasikan tujuh tahun untuk meneliti hutan hujan lebat di Provinsi Yunnan sebelum "membawa" hutan hujan tersebut ke Shanghai, lapor media lokal Jiupai News.

Dalam unggahannya, sang blogger menjabarkan pengalamannya, dimulai dengan ritual bersantap di mana para tamu memetik daun langsung dari tanaman pot, mencelupkannya ke dalam saus, dan menyantapnya mentah-mentah.

Sementara itu seorang pelayan menjelaskan konsep “masakan fusi ekologis”.

Saat jamuan makan berlangsung, para tamu disuguhi berbagai hidangan yang tidak biasa.

Salah satu sajian tersebut mengharuskan para tamu untuk menjilati madu dan serbuk sari dari es batu.

Hidangan lainnya menampilkan semangkuk lendir hitam, yang dibuat dengan cermat untuk meniru bunga Rafflesia yang bersifat parasit, yang terkenal karena baunya yang busuk.

Pelayan menjelaskan bahwa hidangan tersebut merepresentasikan aroma daging yang membusuk.

Hidangan ini mencapai puncaknya dengan hidangan penutup yang dinamai "Bunga yang Dimasukkan ke Kotoran Gajah".

Hidangan ini berupa kotoran gajah yang sudah dikeringkan, dibuat menyerupai remah-remah renyah, dihiasi dengan parfum herbal, selai buah, serbuk sari, dan sorbet madu.

Untuk benar-benar menikmati hidangan ini secara menyeluruh, para tamu diundang untuk menaiki tangga untuk mengikuti tur hidangan penutup.

Mereka dapat memilih parfum herbal dan selai buah pilihan mereka agar mereka bisa mengkreasikan pengalaman kuliner mereka.

Menurut SCMP, kotoran gajah kaya akan serat tanaman.

Kotoran sering digunakan dalam berbagai produk, termasuk produksi kertas A4.

Undang-Undang Kebersihan Makanan China mengamanatkan bahwa makanan harus tidak beracun, tidak berbahaya, dan memenuhi standar gizi.

Namun masih belum pasti apakah makanan penutup yang terbuat dari kotoran gajah, meskipun telah didisinfeksi, sesuai dengan peraturan ini.

Kuliner yang tidak biasa ini mengejutkan banyak orang di dunia maya.

Seorang komentator berkomentar:

“Benar-benar menjijikkan dan menakutkan. Saya dari Provinsi Yunnan, tetapi kami jelas tidak mengonsumsi kotoran gajah di sini.”

Netizen lain menambahkan: “Orang kaya bisa makan apa saja, dan Shanghai, yang terkenal sebagai Kota Ajaib, benar-benar sesuai dengan julukannya."

"Ini terasa seperti penghinaan dan ujian kepatuhan berskala besar bagi orang kaya.”

Ada pula yang berpikiran positif.

“Ini bukan restoran konvensional; ini lebih mirip dengan tempat eksperimen baru," ujar netizen ketiga.

"Jika Anda mencari pengalaman bersantap yang unik, tempat ini tentu patut dicoba," tambahnya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sentimen: positif (80%)