Sentimen
Negatif (100%)
17 Apr 2025 : 18.01
Informasi Tambahan

Kab/Kota: New York, Roma, Serang

Pemimpin Oposisi Israel: Netanyahu Takut Serang Iran, padahal Sudah Didesak - Halaman all

17 Apr 2025 : 18.01 Views 27

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Pemimpin Oposisi Israel: Netanyahu Takut Serang Iran, padahal Sudah Didesak - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM – Yair Lapid, seorang pemimpin oposisi Israel, mengklaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pernah takut menyerang Iran.

Lapid mengaku pernah mendesak Netanyahu agar menyerang fasilitas fasilitas perminyakan Iran pada bulan Oktober 2024. Sayangnya, Netanyahu menolak desakan itu.

“Menghancurkan industri minyak Iran akan meruntuhkan ekonominya dan pada akhirnya akan menumbangkan rezim itu. Netanyahu takut dan mencegahnya,” kata Lapid di akun media sosial X miliknya pada hari Kamis, (17/4/2025).

Dikutip dari i24 News, eks Perdana Menteri Israel Naftali Bennet turut mengkritik Netanyahu. Dia merasa Netanyahu hanya mengancam menyerang saja.

“Doktrin mantan Perdana Menteri Menachem Begin dalam persoalan nuklir adalah menyerang dan menghancurkan, seperti kasus di Irak dan Suriah,” kata Bennet.

“Doktrin Netanyahu ialah mengancam, mengancam, mengancam dan membocorkan bahwa dia menginginkannya, tetap tidak diizinkan.”

Bennet mengklaim saat ini Amerika Serikat, sekutu utama Israel, punya posisi kuat, sedangkan Iran dan proksi-proksinya lemah, hampir tak berdaya.

NETANYAHU - Foto ini diambil dari Instagram Netanyahu pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam unggahan Instagram-nya pada 10 Desember 2024 yang menuliskan terima kasih kepada pendukung Israel. (Instagram @b.netanyahu)

Sementara itu, Benny Gantz yang menjadi pemimpin Partai Persatuan Nasional mendesak agar Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.

“Israel harus, dan bisa, melenyapkan prospek kemampuan nuklir Iran,” kata Gantz di X hari Kamis.

“Rezim Iran adalah ahlinya mengulur waktu. Berkoordinasi erat dengan sekutu besar kita, Amerika Serikat (AS), saatnya mengubah Timur Tengah.

Israel ingin serang Iran, tetapi dicegah AS

Baru-baru ini Presiden AS Donald Trump dilaporkan mencegah serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.

The New York Times menyebut Trump lebih memilih mendukung kesepakatan dengan Iran guna membatasi program nuklir.

Narasumber pejabat AS yang didapatkan media terkenal itu mengatakan Israel sebenarnya berencana menyerang Iran pada bulan Mei mendatang. Tujuannya adalah mengurangi kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir.

Menurut media itu, bantuan AS diperlukan tidak hanya untuk melindungi Israel dari aksi balasan Iran, tetapi juga untuk memastikan serangan itu berhasil.

Namun, Trump telah memberi tahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa dia tidak akan mendukung serangan ke Iran. Hal itu disampaikan Trump ketika Netanyahu berkunjung ke Gedung Putih beberapa waktu lalu.

The Times of Israel, dengan mengutip The New York Times, menyebut penolakan Trump membantu Israel menyerang Iran dipicu oleh adanya perpecahan internal di dalam pemerintahan Trump.

Di satu sisi, ada pejabat yang menginginkan tindakan militer lebih tegas terhadap Iran. Di sisi lain, ada yang mewaspadai munculnya perang lebih besar di Timur Tengah.

Dalam pertemuan dengan Netanyahu, Trump juga mengatakan AS bakal memulai negosiasi dengan Iran supaya mencegah negara Timur Tengah itu memiliki senjata nuklir.

Iran tak bahas persoalan nonnuklir

Sabtu pekan lalu AS dan Iran menggelar pembicaraan di Oman. Kedua belah pihak menyebut pembicaraan itu “positif”.

Iran mengatakan pembicaraan selanjutnya akan akan digelar pekan ini di Kota Roma, Italia. Awalnya Iran menginginkan pembicaraan kembali dilakukan di Oman.

Trump sudah berulang kali mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Iran jika kesepakatan dengan Iran gagal tercapai.

Sementara itu, dikutip dari Euro News, para pejabat Iran memperingatkan bahwa mereka bisa mengupayakan pengembangan senjata nuklir dengan uranium yang telah dikayakan.

Menteri Luar Negeri Iran mengatakan AS mengambil sikap yang kontradiktif dalam perundingan.

“Pengayaan (uranium) itu nyata dan isu yang bisa diterima dan kami siap membangun keyakinan mengenai kekhawatiran yang bisa muncul,” kata Araghchi.

Dia mengatakan Iran harus tetap memiliki fasilitas pengayaan uranium.

Adapun utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan kesepakatan dengan Iran hanya bisa rampung jika ada kesepakatan yang diinginkan Trump.

“Iran harus berhenti dan melenyapkan fasilitas pengayaan uranium dan program nuklir yang dijadikan senjata,” kata Witkoff di media sosial X.

Sentimen: negatif (100%)