Sentimen
Negatif (88%)
17 Apr 2025 : 17.37
Informasi Tambahan

Hewan: Anjing

Kab/Kota: Solo

Kasus: HAM, kecelakaan

Tokoh Terkait

Sejarah Oriental Circus Indonesia: Dari Akrobat Kostrad Hingga Dituduh Lakukan Penculikan Anak   - Halaman all

17 Apr 2025 : 17.37 Views 123

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Metropolitan

Sejarah Oriental Circus Indonesia: Dari Akrobat Kostrad Hingga Dituduh Lakukan Penculikan Anak   - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Oriental Circus Indonesia (OCI) ternyata memiliki jejak panjang dalam sejarah hiburan rakyat di tanah air.

Pendiri OCI, Tony Sumampau, menceritakan bagaimana kelompok sirkus yang dirintis keluarganya tumbuh hingga melegenda di Indonesia.

“Waktu itu tahun 60-an, Indonesia lagi ramai karena G30S. Nah di saat itulah ABRI membutuhkan tenaga hiburan," kenang Tony saat berbincang dengan media di Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).

"Kostrad itu dulu punya band yang top. Itu digabung, akrobatnya dari kami, band-nya dari mereka. Kami tampil di banyak tempat, pakai pesawat Hercules ke daerah-daerah buat hibur tentara,” imbuhnya.

Pada saat itu, Tony mengatakan jika kelompok sirkusnya banyak tampil di berbagai pangkalan militer seperti Kodam, Korem, bahkan di hanggar milik AU.

Dari pengalaman itulah muncul gagasan untuk membuat tenda pertunjukan sendiri, yang menjadi cikal bakal OCI seperti yang dikenal sekarang.

Pada mulanya, OCI hanya menampilkan pertunjukan akrobatik. Namun kedatangan Royal Indian Circus pada tahun 1971 mengubah segalanya.

“Royal Indian Circus itu sudah punya hewan singa, simpanse. Kami kalah bersaing. Padahal saya dari kecil sudah biasa pelihara anjing galak. Akhirnya kami ambil singa pertama dari Sriwedari, Solo,” tutur Tony.

Sejak saat itu, OCI mulai menampilkan atraksi dengan hewan, termasuk singa dan harimau. Namun perjalanan tidak selalu mulus.

Pada tahun 1974, Tony mengaku mengalami kecelakaan saat melatih harimau hingga mengalami kelumpuhan tangan kanannya.

“Saya digigit harimau tahun 1974, tangan ini sarafnya putus. Sampai akhirnya harus operasi di Australia, disambung-sambung sarafnya,” ujarnya.

Selama masa pemulihan di Australia, Tony sempat bekerja di African Lion Safari dan belajar bagaimana pengelolaan taman safari.

Di sinilah cita-cita membangun Taman Safari Indonesia mulai tumbuh, meski Tony menegaskan jika OCI dan Taman Safari adalah dua lembaga yang berbeda dan tidak saling terkait.

Bantah Tudingan Penculikan

Terkait isu terbaru mengenai dugaan penculikan anak di OCI, Tony secara gamblang menjelaskan jika sebagian anak yang tampil di sirkus merupakan anak-anak dari panti asuhan yang dibesarkan oleh orang tuanya sejak bayi.

Anak-anak tersebut, lanjut Tony, didapatkan dari sebuah Panti Asuhan di Kalijodo, Jakarta Barat.

“Orang tua saya itu suka menampung anak. Dari bayi, entah anak siapa, saya tanya 'ini anak dari mana?' katanya dari panti asuhan. ‘Panti asuhannya di mana?’ Di daerah Kalijodo. Dia bilang, ‘saya suka sumbang uang buat panti asuhan, kadang kalau penuhnya anak-anaknya, dibawa ke rumah,’” ujar Tony.

Anak-anak tersebut, kata Tony, dibesarkan dalam keluarga besar mereka hingga usia sekitar 6–7 tahun, sebelum akhirnya dilatih menjadi bagian dari kelompok sirkus.

“Jadi dari bayi tumbuh lama, dibesarkan sampai usia 6-7 tahun, baru kami bawa ke sirkus dan kami latih,” lanjutnya.

Tony pun membantah keras tudingan bahwa anak-anak tersebut diculik. Dia menyebut mereka berasal dari latar belakang sulit, termasuk hubungan gelap atau tidak diketahui ayahnya.

“Setahu saya itu anak-anak dari hubungan gelap. Bapaknya pasti nggak ada yang tahu, ibunya tahu, panti asuhan tahu. Tapi memang kejadiannya seperti itu,” kata Tony.

Pada tahun 1997, tim independen yang terdiri dari Komnas HAM dan sejumlah tokoh hukum bahkan sempat menelusuri asal-usul anak-anak OCI.

Sentimen: negatif (88.9%)