Sentimen
Negatif (100%)
17 Apr 2025 : 06.58
Informasi Tambahan

Kasus: kecelakaan

Tokoh Terkait

Sebelum Meninggal Hotma Sitompul Alami Ganguan Ginjal hingga Cuci Darah, Ini Cara Pencegahannya - Halaman all

17 Apr 2025 : 06.58 Views 66

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Kesehatan

Sebelum Meninggal Hotma Sitompul Alami Ganguan Ginjal hingga Cuci Darah, Ini Cara Pencegahannya - Halaman all

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kabar duka saat ini datang dari dunia hukum Indonesia.


Hotma Sitompul, Pengacara senior yang dikenal dalam menangani berbagai kasus besar ini meninggal dunia Rabu (17/4/2025) kemarin.


Sebelum meninggal, kondisi kesehatan Hotma dilaporkan menurun drastis hingga harus menjalani cuci darah secara rutin.


Kondisi kesehatan yang mengharuskan seseorang menjalani cuci darah umumnya berkaitan dengan gangguan pada fungsi ginjal.


Prosedur ini biasanya dilakukan ketika ginjal tidak lagi mampu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah secara optimal.


Dilansir dari website Kementerian Kesehatan, ginjal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme dalam tubuh.

Semua proses dalam tubuh akan dibuang melalui hati dan ginjal, pembuangan dari ginjal disalurkan melalui urin sedangkan pembuangan dari hati itu melalui anus.


Fungsi ginjal selain memproduksi urin adalah sebagai keseimbangan cairan.


Misal saat suhu udara dingin maka tubuh akan lebih sering buang air kecil, tapi kalau suhu udara panas tubuh akan merasa kekurangan cairan.


Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr. Zulkhair Ali mengatakan kalau ginjal tidak berfungsi maka akan terjadi gagal ginjal.


Ia menyebut penyakit ginjal yang umum dialami adalah batu ginjal, infeksi ginjal, radang ginjal, ginjal karena diabetes, ginjal karena hipertensi, ginjal karena lupus, dan ginjal karena polikistik.


Penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan fungsi ginjal.


Fungsi ginjal dapat dibagi dua, umumnya yaitu gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik. Kemudian pada penyakit ginjal kronik ada fase yang dinamakan akut on kronik


“Yang menarik adalah pada penyakit ginjal akut, gejala pada pasien terlihat berat sekali tapi bisa sembuh sempurna. Sedangkan penyakit ginjal kronik itu pasien tidak merasakan apapun, tidak ada gejala, tapi ketika sudah berat akhirnya harus cuci darah dan tidak bisa disembuhkan kembali,”kata dr Zulkhairi, dilansir dari website resmi, Rabu (16/5/2025).


Penyakit ginjal kronik, lanjutnya, merupakan masalah kesehatan global karena prevalensi gagal ginjal itu semakin hari semakin meningkat.


Tidak hanya itu penyakit tersebut bersifat progresif dan tidak bisa sembuh kembali, tingkat mortalitas yang tinggi, dan memakan biaya mahal.

Ilustrasi dokter ginjal (freepik)


Karenanya perlu dilakukan pencegahan dengan deteksi sedini mungkin terhadap penderita penyakit ginjal.


Pencegahan idealnya dilakukan dari fase normal, yakni menskrining orang-orang yang tidak sakit untuk mengetahui apakah ada faktor risiko terjadinya penyakit ginjal atau tidak.


Kalau sudah ditemukan adanya faktor risiko, maka langkah selanjutnya harus menurunkan faktor risiko tersebut.


Skrining juga dilakukan terhadap pasien-pasien yang sedang mengalami penyakit ginjal.


“Kemudian kalau sudah terjadi kerusakan kita harus melakukan pengobatan, baik melakukan pengobatan terhadap ginjalnya untuk menunda atau memperlambat progresivitas penyakit ginjalnya nya maupun mengobati komorbid yang ada,” ucap dr. Zulkhair.


Namun apabila sudah terjadi gagal ginjal maka harus dilakukan terapi pengganti ginjal atau transplantasi ginjal.


Sebagai langkah pencegahan diperlukan deteksi dini penyakit ginjal dengan mengenali penyebab – penyebab gagal ginjal.


Penyebab penyakit ginjal yang paling sering terjadi adalah hipertensi, diabetes, dan radang ginjal.


Sementara untuk gejala penyakit ginjal kronis antara lain mual, gatal-gatal, sesak napas, anemia, dan hipertensi.


Sayangnya gejala ini baru muncul setelah tahap lanjut atau pada stadium lanjut. Pada stadium awal gejala sama sekali tidak terlihat atau tidak terasa.


Oleh karena itu solusinya adalah harus melakukan pemeriksaan secara berkala, secara rutin.


Terutama bagi faktor risiko menderita penyakit ginjal antara lain usia di atas 50 tahun, penderita diabetes, penderita hipertensi, perokok, obesitas, dan ada riwayat keluarga yang menderita penyakit ginjal.


“Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun,” ucapnya.


Penyebab Hotma Sitompul Sempat Cuci Darah 


Diketahui beberapa kali Hotma Sitompoel melakukan cuci darah sebelum meninggal dunia.


Cuci darah atau dialisis adalah perawatan bagi orang dengan kondisi ginjal yang sudah tidak lagi berfungsi.


Bila mengalami gagal ginjal, ginjal tidak lagi bisa menyaring darah sebagaimana mestinya.

Kebutuhan untuk cuci darah meningkat secara signifikan dari tahun 2007 hingga 2020, dengan cuci darah menjadi prosedur yang paling banyak dilakukan pada tahun 2021. (HANDOUT)


Penyakit ginjal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu akut dan kronis.


Penyakit ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan berpotensi kembali normal bila penyebabnya telah diatasi.


Sedangkan penyakit ginjal kronis berlangsung perlahan-lahan selama tidaknya tiga bulan dan dapat menyebabkan gagal ginjal permanen.


Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: riwayat keluarga, penyakit ginjal, kelahiran prematur, usia, trauma atau kecelakaan, jenis penyakit tertentu (Lupus, Anemia, Kanker, AIDS, Hepatitis C dan Gagal Jantung Berat).


Faktor risiko yang dapat dimodifikasi Diabetes (tipe2), Hipertensi, Konsumsi Obat, Pereda Nyeri, Napza Radang Ginjal.


Penyakit ginjal menjadi salah satu yang paling diperhatikan di negara ini.


Selain angka pasien yang cukup tinggi, penyakit ginjal juga menelan angka pengobatan yang tidak sedikit.

Kasus ginjal di Indonesia

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit ginjal di Indonesia sebesar 0,38 persen atau 3,8 orang per 1000 penduduk.


Diketahui, umumnya masyarakat Indonesia baru memeriksakan diri jika penyakit sudah berada di stadium lanjut.


Menurut Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso I Wayan Nariata sebagian besar penyakit ginjal tidak bergejala sama sekali.


Namun, pada tahap agak lanjut, ada beberapa gejala yang bisa dicurigai sebagai penyakit ginjal.


"Di awal biasanya sama sekali tidak ada gejala. Tapi begitu lebih lanjut, biasanya ada beberapa yang bisa kita kenali," ungkapnya pada talk show kesehatan di Kementerian Kesehatan, Senin (14/5/2024).


Pertama, muncul keluhan kaki bengkak. Sebagian orang berpikir jika kaki bengkak karena berdiri terlalu lama.


Padahal, kondisi ini bisa jadi pertanda jika cairan di dalam tubuh sulit dikeluarkan karena ginjal yang bermasalah.


Kedua, tubuh mudah lemas dan pusing. Biasanya, dokter dalam hal ini akan melakukan pemeriksaan adanya dugaan dari penyakit lain.


Tanda yang ketiga adalah jarang buang air kecil.


"Biasanya (volume urine) normal 1.500-2000 cc perhari. Tiba-tiba berkurang, misalnya kurang dari 400 cc per hari," ungkapnya pada talk show kesehatan, Kementerian Kesehatan, Senin (14/5/2025).


Keempat, muncul rasa gatal-gatal di seluruh tubuh dan tidak kunjung membaik jika diberi obat kulit biasa.


Terakhir, pada stadium lanjut muncul rasa mual dan muntah-muntah.


Untuk mencegah penyakit ginjal sampai ke stadium lanjut, dr Nariata menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dini atau skrining.

Skrining bisa menggunakan pemeriksaan darah dan urine.


"Sebenarnya sangat sederhana dari pemeriksaan urine. Nanti kita bisa lihat apakah ada protein di urine. Secara awam bilangnya ada kebocoran protein," jelasnya.


Selain protein, perlu dicurigai adanya kerusakan ginjal jika ditemukan adanya darah pada urine. Kondisi ini disebut sebagai hematuria.


Dengan melakukan pemeriksaan, kita menjadi tahu apakah sudah ada gangguan atau belum pada ginjal.

Sentimen: negatif (100%)