Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Tiongkok
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Jangan Panik, Ini Jurus Tenang ala Investor Cerdas
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Ekonomi

PIKIRAN RAKYAT - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan hebat begitu perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka kembali pada Selasa, 8 April 2025, usai libur panjang Idulfitri.
Dari level 6.510,62 pada penutupan Kamis, 27 Maret 2025, IHSG langsung anjlok hingga 9,19% ke level 5.912,06, yang mendorong BEI mengambil langkah trading halt atau penghentian sementara perdagangan.
Kondisi ini dipicu oleh gejolak global yang sudah lebih dulu terjadi selama masa libur Lebaran. Amerika Serikat menerapkan tarif impor baru yang menargetkan berbagai negara, termasuk Indonesia.
Tiongkok pun langsung merespons dengan kebijakan balasan. Selain itu, nilai tukar Rupiah di pasar luar negeri sempat melemah hingga menembus Rp17.000 per dolar AS (sekitar USD 1 = Rp17.000), menambah tekanan pada pasar saham domestik.
Emosi Vs Logika: Pelajaran dari Gejolak IHSG
Tim Bursa Efek Indonesia menekankan bahwa gejolak seperti ini bukan hal baru dan seharusnya tidak membuat investor panik. Dalam kondisi seperti ini, ketenangan dan konsistensi adalah kunci utama.
“Panik adalah musuh terbesar investor,” ucap Tim BEI dalam keterangan tertulis yang diterima Pikiran-Rakyat.com pada Rabu 16 April 2025.
“Jangan mengambil keputusan spontan yang didorong ketakutan. Evaluasi dulu portofolio dan pastikan strategi investasi masih sesuai dengan tujuan jangka panjang," ujarnya menambahkan.
Pasar saham bergerak dalam siklus: naik, turun, lalu naik lagi. Sejarah menunjukkan bahwa penurunan tajam sering kali diikuti oleh pemulihan signifikan. Saat ini, banyak saham berkualitas yang diperdagangkan di bawah nilai wajarnya, dan itu bisa menjadi peluang emas bagi investor jangka panjang.
Mengapa Emosi Bisa Mengalahkan Logika?
Gejolak pasar seperti yang dialami IHSG memicu reaksi emosional, terutama pada investor yang belum terbiasa menghadapi volatilitas. Dalam dunia investasi, ada sejumlah bias psikologis yang kerap memengaruhi keputusan:
Fear of Missing Out (FOMO)
Investor merasa takut tertinggal dan membeli saham tanpa analisis, hanya karena melihat indeks sempat naik. Loss Aversion
Ketakutan kehilangan membuat investor menjual saat harga jatuh, padahal mungkin saham tersebut masih solid secara fundamental. Overconfidence
Rasa percaya diri berlebihan mendorong investor meremehkan risiko, sehingga membeli atau menjual tanpa dasar yang kuat. Herd Mentality
Mengikuti arus mayoritas tanpa pertimbangan pribadi, misalnya menjual hanya karena orang lain menjual.
“Behavioral finance penting dipahami. Ini bukan sekadar angka, tapi juga soal bagaimana psikologi memengaruhi keputusan kita,” kata Tim BEI.
“Investor sukses adalah mereka yang bisa mengendalikan emosi, bukan yang selalu untung," tuturnya menambahkan.
Strategi Menghadapi Volatilitas
Di tengah tekanan pasar, ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan investor:
Evaluasi ulang strategi investasi. Apakah masih sesuai dengan tujuan jangka panjang seperti dana pensiun atau pendidikan anak? Diversifikasi portofolio. Jangan menaruh semua aset di saham saja. Kombinasikan dengan obligasi, reksa dana, atau aset lainnya. Manfaatkan harga rendah. Jika saham berkualitas turun, ini bisa jadi waktu yang tepat untuk mengoleksi aset dengan harga diskon. Konsultasikan dengan perencana keuangan. Jika ragu, pendapat profesional bisa membantu menilai ulang strategi berdasarkan profil risiko.
“Tenang bukan berarti pasrah,” ucap Tim BEI.
“Justru saat pasar bergejolak, inilah momen untuk refleksi, bukan reaksi spontan," ujarnya menambahkan.
Belajar dari Krisis Sebelumnya
Krisis finansial global 2008 dan pandemi COVID-19 tahun 2020 memberikan pelajaran penting. Kedua periode tersebut sempat mengguncang pasar saham global dan menyebabkan IHSG anjlok tajam.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun setelahnya, pasar kembali pulih dan bahkan mencetak rekor tertinggi baru. Investor yang tetap tenang dan konsisten saat krisis akhirnya memetik hasil dari kesabaran dan disiplin mereka.
Penutup: Kendalikan Emosi, Kuasai Strategi
Mengelola emosi adalah keterampilan penting dalam dunia investasi. Ketika IHSG turun tajam seperti saat ini, jangan buru-buru panik atau ikut-ikutan arus. Jadikan momen ini sebagai kesempatan untuk belajar, mengevaluasi, dan memperkuat strategi keuangan jangka panjang.
Ingat, pasar selalu bergerak. Dan investor terbaik adalah mereka yang tetap tenang saat badai datang.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News
Sentimen: positif (80%)