Sentimen
Kenapa Harga Saham Bisa Naik Turun Drastis? Ini Jawabannya
Medcom.id
Jenis Media: Ekonomi

Jakarta: Pernah ngalamin saham yang kelihatannya oke banget, tiba-tiba anjlok tanpa peringatan? Atau sebaliknya, saham yang tadinya sepi peminat, tahu-tahu melejit gila-gilaan dalam semalam?
Tenang, kamu nggak sendiri. Pergerakan harga saham memang bisa terasa seperti roller coaster, naik tajam, turun mendadak, dan seringkali bikin jantung deg-degan.
Tapi sebenarnya, apa sih yang bikin harga saham bisa berubah begitu cepat?
Yuk, kita kupas tuntas secara ringan dan mudah dipahami seperti yang tim Medcom.id rangkum dari Newsletter Pintar Saham.
1. Harga Saham = Permintaan dan Penawaran
Ini hukum paling dasar. Kalau banyak yang mau beli, harga naik. Kalau banyak yang mau jual, harga turun. Sesimpel itu.
Tapi tunggu dulu, di balik permintaan dan penawaran ini ada banyak faktor yang memengaruhi keputusan investor. Di sinilah cerita sebenarnya dimulai.
2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Saham yang diburu biasanya berasal dari perusahaan dengan kinerja kinclong. Laba naik, utang terkendali, dan prospek cerah? Sudah pasti menarik minat investor.
Sebaliknya, kalau laporan keuangan jeblok atau manajemen dinilai kurang solid, investor bisa buru-buru cabut. Makanya, setiap rilis laporan keuangan bisa langsung menggerakkan harga saham.
3. Sentimen Pasar: Irasional tapi Berpengaruh
Kadang, bukan angka yang bicara, tapi persepsi. Isu merger, pengunduran diri direksi, atau bahkan cuitan dari tokoh populer bisa bikin pasar heboh. Padahal, dari sisi fundamental belum tentu ada perubahan besar.
4. Kebijakan Suku Bunga dan Kondisi Ekonomi
Saat suku bunga naik, investor cenderung pindah ke instrumen yang lebih aman seperti deposito dan obligasi. Tapi ketika suku bunga rendah, saham jadi incaran karena return-nya lebih menjanjikan.
Jadi, keputusan Bank Indonesia soal BI rate patut kamu perhatikan kalau nggak mau ketinggalan momentum.
5. Aksi Trader dan Investor Institusi
Harga saham juga bisa naik-turun dalam jangka pendek karena aksi beli-jual dari trader harian atau institusi besar. Mereka punya strategi sendiri, dan pergerakan mereka bisa menciptakan volatilitas tinggi yang nggak selalu mencerminkan nilai perusahaan.
6. Ekspektasi Pasar
Kadang ekspektasi lebih penting daripada fakta. Misalnya, jika pasar berharap laba naik 50 persen, tapi perusahaan cuma naik 40 persen, harga bisa turun karena dianggap “nggak sesuai harapan.”
Sebaliknya, jika ekspektasinya rendah dan hasilnya di atas dugaan, pasar bisa bereaksi positif secara mengejutkan.
Jadi, apa yang sebenarnya bikin harga saham naik atau turun? Jawabannya adalah gabungan antara data, sentimen, ekspektasi, hingga kondisi global.
Itulah kenapa menjadi investor nggak cukup cuma paham teknikal. Kamu juga perlu melihat “cerita” di balik angka. Karena yang menggerakkan pasar bukan hanya logika tapi juga emosi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(ANN)
Sentimen: positif (72.7%)