Sentimen
Positif (98%)
4 Apr 2025 : 08.02
Informasi Tambahan

BUMN: PT Jasa Marga

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Gunungkidul, Yogyakarta

Kasus: PHK

Tokoh Terkait

Penurunan Arus Mudik Lebaran 2025: Analisis Data dan Penyebabnya Otomotif 4 April 2025

4 Apr 2025 : 08.02 Views 12

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

Penurunan Arus Mudik Lebaran 2025: Analisis Data dan Penyebabnya
                                
                                    
                                        
                                            Otomotif                                            
                                        
                                        
                                            4 April 2025

Penurunan Arus Mudik Lebaran 2025: Analisis Data dan Penyebabnya Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah pengamat menyampaikan bahwa terjadi penurunan arus mudik Lebaran pada tahun 2025. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang memengaruhinya. Salah satu analisis penyebab penurunan arus mudik tahun ini diungkap oleh Ki Darmaningtyas, peneliti inisiatif strategis dari Instran (Institut Studi Transportasi). Menurutnya, meskipun ada kebijakan seperti WFA (Work from Anywhere) yang memberi fleksibilitas waktu liburan, kenyataannya kebijakan tersebut tidak terlalu berdampak pada peningkatan jumlah pemudik. Justru, beberapa faktor lain seperti efisiensi anggaran, penurunan daya beli, dan ketidakpastian ekonomi menjadi alasan utama menurunnya jumlah kendaraan dan pemudik. “Hal itu terlihat dari kondisi di lapangan, di daerah-daerah tujuan pemudik. Di wilayah DIY misalnya, baik di Kota Yogyakarta maupun Kabupaten Gunungkidul yang saat arus mudik dan saat Lebaran dipadati dengan kendaraan pribadi, utamanya mobil berpelat polisi non-AB, musim mudik 2025 ini terlihat sepi,” ujar Darmaningtyas dalam keterangan resmi, Kamis (3/4/2025). “Sejumlah testimoni yang melakukan perjalanan pada H-2 sampai H-1 melewati Tol Trans Jawa dari arah Jawa Timur misalnya, menyatakan sangat lancar, termasuk kendaraan yang mengarah ke Jawa Timur pun tergolong sepi,” kata dia. Adanya penurunan ini terlihat jelas di beberapa titik penting, seperti di Tol Trans Jawa, yang sebelumnya selalu dipadati kendaraan pada musim mudik. Berdasarkan data PT Jasa Marga (Persero) yang dihimpun dari Pintu Tol Ciawi 1, Cikampek Utama 1, Kalihurip Utama 1 (Jawa Barat), dan Cikupa, antara H-5 sampai H-1, arus mudik 2024 dengan 2025 menunjukkan adanya penurunan selama kurun waktu H-5 sampai H-1. Pada arus mudik 2024 ada 1.045.330 unit kendaraan, sedangkan pada arus mudik 2025 terdapat 1.004.348 kendaraan atau turun sebanyak 40.982 kendaraan. Namun, puncak arus mudik tetap ada pada H-3, yaitu sebanyak 231.511 (2024) menjadi 255.027 kendaraan. Artinya, kebijakan WFA sebetulnya tidak berpengaruh signifikan. Yang ada pengaruh sepertinya adalah libur lebih awal, hal itu terlihat dari pergerakan pada H-10 dan H-9 yang meningkat cukup signifikan, yaitu dari 93.568 unit (H-10, 2024) menjadi 161.893 (H-10, 2025) dan dari 116.579 unit (H-9, 2024) menjadi 166.948 unit (H-9, 2025). Sebaliknya, meski jumlah kendaraan turun, jumlah penumpang kapal di Pelabuhan Merak justru sedikit meningkat. Menandakan bahwa meskipun jumlah kendaraan berkurang, orang masih memilih untuk bepergian, meskipun mungkin dengan moda transportasi yang lebih terjangkau atau lebih praktis. Berdasarkan hasil pantauan PT ASDP (Persero) dalam kurun waktu H-10 (21/3) sampai H (31/3), apabila pada mudik Lebaran 2024 terdapat 225.637 kendaraan roda empat yang menyeberang dari Pelabuhan Merak, maka pada tahun ini menjadi 225.400 kendaraan roda empat, atau turun 0,1 persen. Namun, jumlah penumpang naik 3 persen, dari 859.521 (2024) menjadi 885.828 (2025). Penurunan jumlah pemudik tahun 2025 ini sebetulnya sudah Darmaningtyas prediksi sejak sebelum puasa, ketika pemerintah menerapkan kebijakan efisiensi anggaran. Ia juga mengatakan, dampak efisiensi anggaran itu sangat luas dan berpengaruh terhadap minat warga untuk melakukan mudik Lebaran. Fenomena ini turut mengungkapkan bagaimana kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah berperan besar dalam kebiasaan mudik masyarakat. “ASN-ASN muda, yang masih punya tanggungan angsuran rumah dan kendaraan, pasti memilih tidak mudik, karena selama 3 bulan terakhir mereka tidak mendapatkan tambahan penghasilan, baik dari perjalanan dinas ataupun kegiatan seremonial, dan konsultansi,” ucap Darmaningtyas. “Mereka lebih baik mengefisienkan pendapatannya untuk membayar cicilan rumah dan kendaraan, sehingga memilih tidak mudik. Bagi kaum lansia, minat untuk bepergian amat dipengaruhi oleh berita-berita mengenai cuaca ekstrem,” ujarnya. Sedangkan untuk sektor swasta, banyak perusahaan melakukan PHK. Hotel-hotel dan tempat-tempat hiburan juga sepi pengunjung, dan ini berdampak pada turunnya kesejahteraan karyawan sehingga mereka tidak bisa mudik. “Mereka lebih baik menghemat pendapatannya untuk kelangsungan hidup berikutnya sambil menunggu kepastian nasib mereka,” kata Darmaningtyas.   Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (98.8%)