Sentimen
Positif (86%)
24 Mar 2025 : 10.37
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jabodetabek, Palembang

Tokoh Terkait

BMKG Sebut Gas Rumah Kaca Tingkatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi

24 Mar 2025 : 10.37 Views 10

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

BMKG Sebut Gas Rumah Kaca Tingkatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi

BMKG Sebut Gas Rumah Kaca Tingkatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) mengungkapkan, peningkatan suhu permukaan dan konsentrasi gas rumah kaca berpengaruh terhadap bertambahnya kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. "Yang meningkat adalah intensitas, frekuensi, dan durasinya,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam acara Refleksi Banjir Jabodetabek : “Strategi Tata Ruang dan Mitigasi Cuaca Ekstrem,” Senin (24/3/2025). “Ini korelatif dengan kenaikan suhu permukaan. Dan nanti data menunjukkan semuanya korelatif dengan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca," kata dia. BMKG mencatat tren curah hujan ekstrem di berbagai wilayah Indonesia terus mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir. Grafik menunjukkan bahwa jumlah kejadian hujan ekstrem yang melampaui 150 mm dalam 24 jam terus bertambah seiring waktu. "Jadi ada benang merah yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara peningkatan emisi gas rumah kaca, kenaikan suhu udara, dan peningkatan kejadian ekstrem," kata Dwikorita. BMKG juga menyoroti bahwa kenaikan suhu udara dapat mempercepat siklus hidrologi, yang pada akhirnya memperburuk kondisi ekstrem, baik dalam bentuk banjir (ekstrem basah) maupun kekeringan (ekstrem kering). Contohnya, pada banjir yang terjadi di Jabodetabek, citra satelit menunjukkan bahwa awan kumulonimbus yang memicu hujan ekstrem di wilayah tersebut justru lebih kecil dibandingkan dengan awan kumulonimbus yang terbentuk di Palembang, Lampung, dan Kalimantan Barat. "Kita lihat dampak dari banjir yang paling parah di Jabodetabek, padahal kumpulan awannya itu paling kecil," kata Dwikorita. "Di waktu yang sama, ada dua kumulonimbus yang lebih besar, hampir dua kali lipat, di Palembang dan Lampung serta di Kalimantan Barat. Tetapi, banjirnya tidak sedahsyat yang terjadi di Jabodetabek," ujar dia. BMKG menekankan pentingnya kesadaran terhadap perubahan lingkungan dan tata ruang untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi di masa depan. Dia menegaskan penting untuk memperhatikan kondisi tata ruang dan lingkungan untuk mencegah kondisi-kondisi yang memicu banjir yang lebih parah. "Mohon jangan diabaikan pentingnya tata ruang yang memperhatikan perubahan lingkungan. Ini harus segera dibahas bersama," kata Dwikorita. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (86.5%)