Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UGM
Kab/Kota: Yogyakarta
Kesetaraan pada Ekonomi Perawatan
Espos.id
Jenis Media: Kolom

Ekonomi perawatan (care economy) merujuk pada sektor yang mencakup segala bentuk kerja yang berfokus pada perawatan individu dalam konteks keluarga, masyarakat, maupun dalam struktur pekerjaan yang lebih formal.
Pekerjaan perawatan termasuk merawat anak, mengurus orang lanjut usia (lansia), membersihkan rumah, memasak makanan, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pemeliharaan kesejahteraan dan kesehatan orang lain.
Pekerjaan perawatan sering dianggap sebagai pekerjaan yang "tidak terlihat" atau tidak diakui sebagai bagian ekonomi formal, meskipun kontribusi terhadap stabilitas sosial dan ekonomi sangat besar.
Ekonomi perawatan bukan hanya tentang pekerjaan rumah tangga atau perawatan keluarga, melainkan juga mencakup perawatan yang dilakukan pekerja di sektor publik dan swasta, seperti pengasuh anak, perawat orang lansia, atau pekerja kesehatan lainnya.
Pekerjaan ini bersifat reproduktif, yaitu pekerjaan yang memungkinkan individu hidup dan sehat, namun karena sifatnya yang sangat terkait dengan kehidupan domestik, pekerjaan perawatan sering kali dikaitkan dengan perempuan, seiring konstruksi gender yang membedakan peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Pekerjaan yang dianggap "perawatan" umumnya tidak mendapatkan perhatian yang setara dalam pengakuan sosial dan finansial dibandingkan dengan pekerjaan yang lebih sering dianggap "produktif," seperti pekerjaan di sektor industri atau layanan.
Ekonomi perawatan berfokus pada pemeliharaan kesejahteraan individu dan masyarakat yang rentan, yang melibatkan pekerjaan yang memerlukan keterampilan dan waktu, namun sering kali tidak dihargai dengan baik.
Tanpa adanya sektor perawatan, perekonomian secara keseluruhan akan runtuh karena sektor ini menyediakan dasar bagi kestabilan sosial, kesejahteraan, dan reproduksi tenaga kerja
Meskipun pekerjaan perawatan telah ada sejak zaman dahulu, konsep "ekonomi perawatan" secara formal kali pertama diperkenalkan oleh beberapa ekonom dan feminis pada akhir abad ke-20, seperti Nancy Fraser, Arlie Hochschild, dan Diane Elson.
Mereka memberi kontribusi besar dalam mengkaji dan mendalami topik ini. Mereka menyoroti ketidaksetaraan gender dalam pembagian kerja perawatan sering kali menyebabkan ketidakadilan dan eksploitasi terhadap perempuan.
Mereka juga menunjukkan pekerjaan perawatan, meskipun sangat penting untuk kelangsungan masyarakat, tidak mendapat pengakuan yang layak dalam ekonomi formal.
Arlie Hochschild dalam buku The Second Shift (1989), misalnya, mengkaji perempuan yang bekerja di luar rumah harus kembali ke rumah untuk melakukan pekerjaan perawatan tanpa pembagian yang adil dengan pasangan laki-laki.
Diane Elson mengembangkan teori tentang work of care yang mengategorikan pekerjaan perawatan sebagai pekerjaan yang berkontribusi secara signifikan terhadap kesejahteraan sosial, tetapi kurang mendapatkan pengakuan atau kompensasi yang setimpal.
Keadilan
Salah satu alasan ekonomi perawatan sangat relevan dengan isu kesetaraan gender adalah sebagian besar pekerjaan perawatan dilakukan perempuan, baik di rumah tangga maupun di sektor formal seperti perawatan anak atau orang lansia.
Pembagian kerja berbasis gender ini memperlihatkan ketidaksetaraan dalam distribusi beban kerja domestik yang cenderung dibiarkan tanpa pengakuan atau kompensasi yang adil. Dalam masyarakat yang cenderung patriarki, pekerjaan perawatan sering kali dianggap sebagai kewajiban perempuan.
Pandangan ini menyebabkan banyak perempuan mengalami beban ganda. Mereka harus menjalani pekerjaan formal sekaligus mengurus pekerjaan rumah tangga dan perawatan keluarga.
Akibatnya, perempuan cenderung terpinggirkan dalam dunia kerja yang lebih luas, mengalami diskriminasi dalam upah, kesempatan kerja, dan akses ke hak-hak sosial dan ekonomi lainnya. Ketidakadilan ini mengarah pada terbentuknya siklus kemiskinan dan ketidaksetaraan yang sulit diputus.
Ekonomi perawatan tidak hanya relevan dengan masalah kesetaraan gender, tetapi juga dengan kebijakan-kebijakan yang mendorong distribusi beban kerja yang lebih adil antara laki-laki dan perempuan, serta memberi ruang bagi peran laki-laki dalam pekerjaan perawatan.
Mendorong laki-laki berperan dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak, misalnya melalui kebijakan cuti paternitas, adalah langkah penting mewujudkan kesetaraan gender dalam pekerjaan perawatan.
Ekonomi perawatan memiliki dampak yang luas terhadap pembangunan ekonomi. Meskipun pekerjaan ini tidak selalu dihargai secara langsung dalam indikator-indikator ekonomi tradisional, seperti produk domestik bruto (PDB), pekerjaan perawatan sangat penting dalam menjaga keberlanjutan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat.
Pekerja perawatan, mayoritas perempuan, memberikan kontribusi sangat besar dalam mendukung ekonomi yang produktif dengan memastikan individu dapat bekerja dalam kondisi yang sehat dan terjaga.
Untuk mencapai pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, penting memberi perhatian yang lebih besar pada sektor ekonomi perawatan. Ini termasuk memberikan perlindungan sosial dan upah yang setara bagi pekerja perawatan, serta memperkenalkan kebijakan yang dapat mengurangi ketidaksetaraan dalam sektor ini.
Investasi dalam sektor perawatan, seperti pengasuhan anak dan perawatan orang lansia, dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Ekonomi perawatan juga sangat penting dalam konteks kesejahteraan sosial, khususnya bagi kelompok rentan seperti anak-anak, orang lansia, penyandang disabilitas, dan individu yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHIV).
Kelompok Rentan
Tanpa pekerjaan perawatan yang memadai, kebutuhan dasar kelompok-kelompok ini akan terabaikan yang pada akhirnya merugikan seluruh masyarakat. Misalnya, di Indonesia, dengan jumlah warga lansia yang semakin meningkat, kebutuhan perawatan jangka panjang menjadi lebih mendesak.
Pengasuhan anak yang memadai juga penting untuk memastikan generasi mendatang dapat tumbuh dengan sehat dan mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam konteks ini, ekonomi perawatan berperan sebagai pilar yang mendukung kestabilan sosial dan pemenuhan hak-hak dasar bagi kelompok rentan.
Merespons ketidaksetaraan ini, Sri Wiyanti Eddyono sebagai koordinator tim penyusun naskah Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Perawatan yang diinisiasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama ILO Indonesia, menekankan pentingnya tujuh isu strategis untuk merespons ketidaksetaraan dalam sektor ekonomi perawatan.
Tujuh isu tersebut mencakup layanan pengasuhan anak, pengasuhan orang lansia, perlindungan pekerja perawatan, perlindungan maternitas, penguatan peran ayah dalam pengasuhan anak, dan kontribusi perlindungan sosial dalam ekonomi perawatan.
Isu-isu ini bertujuan menciptakan sistem perawatan yang lebih adil dan inklusif, sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (SDGs). Peta jalan dan rencana aksi ini, yang diluncurkan pada Maret 2024, menyarankan langkah-langkah yang terintegrasi dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN).
Dimulai dari penguatan fondasi ekonomi perawatan hingga mencapai transformasi ekonomi perawatan yang berkesetaraan gender pada Indonesia Emas 2045.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 20 Maret 2025. Penulis aktif di LBH Yogyakarta dan mahasiswa Magister Hukum Litigasi Universitas Gadjah Mada)
Sentimen: neutral (0%)