Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Tokoh Terkait
Rupiah Ditutup Menguat 0,28%, Jadi Rp16.485 per Dollar AS
Espos.id
Jenis Media: Bisnis

Espos.id, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.485 per dollar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (20/3/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan menguat 0,28% atau 46 poin. Pada saat yang sama, indeks dollar AS terpantau naik 0,21% ke posisi 103,64. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia hari ini juga menguat ke level Rp16.491 per dollar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.528 per dollar AS.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,17%, dollar Taiwan menguat 0,09%, won Korea Selatan melemah 0,01%, peso Filipina menguat 0,14%, ringgit Malaysia menguat 0,33%, serta rupee India menguat 0,09%. Sejumlah mata yang di Asia lainnya melemah seperti dollar Hong Kong yang melemah 0,01%, dollar Singapura melemah 0,17%, baht Thailand melemah 0,2%, serta yuan China melemah 0,13%.
FX strategist di OCBC, Christopher Wong, mengatakan meskipun sentimen membaik rupiah tetap menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan Asia tahun ini, turun lebih dari 2% terhadap dollar AS. Faktor pendorongnya adalah karena investor khawatir akan keberlanjutan fiskal dan ketidakpastian seputar rencana belanja ambisius Presiden Prabowo Subianto. Selain itu, pergerakan rupiah dipengaruhi spekulasi mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Christopher juga menilai tensi perang bea masuk yang meningkat telah menghambat pertumbuhan dan perdagangan global, sekaligus mengikis kepercayaan pasar. Kondisi tersebut telah menekan mata uang Asia menjelang batas waktu tarif timbal balik pada 2 April 2025. Investor juga mengurangi posisi short pada dollar Singapura dan rupiah ke level terendah sejak 11 Juli 2024 serta 12 Desember 2024.
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi respon serius pemerintah mencegah stagnasi ekonomi. “Pemerintah serius merespon gejolak di pasar keuangan melalui langkah-langkah yang akan diambil guna mencegah stagnasi ekonomi dan dukungan BI (Bank Indonesia) memberi ruang penurunan suku bunga,” ujarnya. Menurut Rully, sentimen terhadap respon pemerintah ditangkap secara positif dari para pelaku pasar. Hal ini tergambar dari membaiknya pasar saham dan kenaikan harga obligasi negara. Penurunan yield obligasi negara di kisaran 1-2 basis points (bps) untuk tenor 2,5 tahun dan 10 tahun. Selain itu, IHSG BEI dibuka menguat 63,85 poin atau 1,01% ke posisi 6.375,51.
Di samping itu, penguatan kurs rupiah juga dipengaruhi pernyataan dovish dari Federal Reserve (The Fed). Gubernur The Fed Jerome Powell memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS diturunkan dari 2,1% menjadi 1,7%. Penurunan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) diperkirakan dari posisi saat ini 4,25-4,50 basis points (bps) saat ini menjadi 3,75-4,00 bps. Berdasarkan informasi Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), The Fed sudah diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan FFR di kisaran 4,25% - 4,50%.
Sementara, pengamat valuta asing Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan hari ini, rupiah dipengaruhi sejumlah sentimen. Dari luar negeri, pasar sedikit lega dengan pengumuman suku bunga acuan The Fed yang tidak ada tindakan drastis dalam menghadapi perang dagang. Kemudian, risiko global meningkat setelah Israel melancarkan serangan ke Gaza. Dari dalam negeri, tercatat defisit APBN Rp31,3 triliun atau 0,13% dari produk domestik bruto (PDB). Adapun, defisit APBN tahun ini ditargetkan 2,53% terhadap PDB. Defisit terjadi saat belanja lebih tinggi dari pendapatan.
Untuk perdagangan besok, Jumat (21/3/2025) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.470 - Rp16.570 per dollar AS.
Sentimen: neutral (0%)