Sentimen
Positif (88%)
12 Mar 2025 : 18.31
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Apa Boleh Mengerjakan Amal Ibadah karena Berharap Pahala dari Allah?

12 Mar 2025 : 18.31 Views 12

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Nasional

Apa Boleh Mengerjakan Amal Ibadah karena Berharap Pahala dari Allah?

Jakarta, Beritasatu.com - Dalam ajaran Islam, niat seseorang dalam menjalankan ibadah menjadi aspek yang sangat penting. Muncul pertanyaan, apakah diperbolehkan beribadah semata-mata demi mengharapkan pahala dari Allah Swt? Sebagian kalangan, terutama di lingkungan sufi, berpendapat bahwa ibadah yang dilakukan dengan motivasi memperoleh pahala mencerminkan tingkat keikhlasan yang belum sempurna.

Namun, pandangan ini sering kali menimbulkan kebingungan, terutama bagi masyarakat awam yang umumnya beribadah dengan harapan mendapatkan pahala serta menghindari azab, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an. Artikel ini bertujuan untuk membahas pertanyaan yang kerap muncul dalam benak kita saat menjalankan ibadah sehari-hari, khususnya ketika menunaikan amalan di bulan suci Ramadan.

Pahala dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, mengharapkan pahala saat beramal bukanlah sesuatu yang tercela. Sebaliknya, hal ini dianggap sebagai tindakan yang mulia dan mendapat berkah dari Allah Swt. Mengharapkan pahala dari-Nya sejalan dengan harapan akan balasan di akhirat, yang memiliki nilai ukhrawi dan mencerminkan keikhlasan seorang hamba. Baik generasi saleh terdahulu (salaf) maupun ulama masa kini (khalaf) menjalankan ibadah dengan harapan memperoleh pahala dari Allah Swt, tanpa mengharapkan keuntungan duniawi seperti popularitas, jabatan, atau harta.

Allah SWT menciptakan manusia dengan sifat lemah dan senantiasa memerlukan rahmat serta karunia-Nya. Salah satu bentuk karunia tersebut adalah pahala, yang menjadi bekal utama bagi kehidupan abadi di akhirat. Dengan mengharapkan pahala, seorang hamba menunjukkan kesadarannya akan keterbatasan diri serta ketergantungannya sepenuhnya kepada Allah SWT.

Tingkatan Motivasi dalam Beribadah

Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad menjelaskan bahwa motivasi dalam beribadah dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan:

Al-Rajun: Orang-orang yang beramal karena mengharapkan pahala dari Allah Swt.Al-Khaifun: Orang-orang yang beramal karena takut akan siksa Allah Swt.Al-Arifun: Orang-orang yang beramal semata-mata karena ingin melaksanakan perintah Allah Swt.

Menurut Sayyid Abdullah al-Haddad, tingkatan tertinggi dalam ibadah adalah Al-'Arifun, yaitu mereka yang beribadah semata-mata karena kecintaan dan kepatuhan kepada Allah, tanpa didorong oleh harapan akan imbalan atau rasa takut terhadap hukuman. Namun, hal ini tidak berarti bahwa beribadah dengan motivasi mengharapkan pahala atau takut akan siksa merupakan sesuatu yang rendah.

Beliau menjelaskan bahwa motivasi tertinggi dalam beramal adalah menjalankan perintah Allah semata. Jika seseorang hanya beribadah karena adanya janji pahala, maka tanpa janji tersebut, ia mungkin tidak akan beramal. Demikian pula, jika seseorang beribadah semata karena takut ancaman, maka tanpa adanya ancaman, ia bisa jadi enggan untuk beramal.

Ikhlas dalam Beramal

Ikhlas merupakan salah satu syarat utama agar amal ibadah diterima di sisi Allah Swt. Sikap ikhlas mengandung makna bahwa seseorang melaksanakan ibadah dengan penuh ketulusan, semata-mata untuk mengharap rida Allah, tanpa mencari pujian, penghargaan, atau imbalan dari sesama manusia. Keikhlasan juga mencakup ketaatan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan petunjuk dan ajaran Rasulullah SAW, sehingga setiap amal yang dilakukan tidak hanya bernilai ibadah tetapi juga sesuai dengan syariat Islam yang benar.

Sebagian ulama berpendapat bahwa keinginan untuk mendapatkan pahala dalam beramal dapat mengurangi tingkat keikhlasan seorang hamba. Menurut pandangan mereka, idealnya seseorang beribadah didasarkan pada rasa cinta yang tulus kepada Allah Swt serta keinginan yang mendalam untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan demikian, ibadah yang dilakukan tidak semata-mata didorong oleh harapan akan balasan atau imbalan, tetapi lebih kepada bentuk pengabdian yang murni kepada Sang Pencipta.

Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa mengharapkan pahala tidak bertentangan dengan keikhlasan, asalkan tujuan utama dalam beramal tetap karena Allah Swt. Harapan akan pahala merupakan dorongan yang alami dan manusiawi, yang justru dapat memotivasi seseorang untuk lebih giat dalam beribadah serta meningkatkan kualitas dan kuantitas amalnya. Selama niatnya tetap terfokus pada Allah, mengharapkan balasan dari-Nya tidak mengurangi nilai keikhlasan dalam ibadah.

Sentimen: positif (88.6%)