Sentimen
Negatif (100%)
12 Mar 2025 : 09.12
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jeddah, Moskow

Serangan Drone Terbesar Ukraina ke Rusia, Disebut 'Tamparan' untuk Trump, Putin Diminta Balas - Halaman all

12 Mar 2025 : 09.12 Views 35

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Serangan Drone Terbesar Ukraina ke Rusia, Disebut 'Tamparan' untuk Trump, Putin Diminta Balas - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM – Rusia mengatakan Ukraina melancarkan serangan drone besar-besaran ke Rusia, Selasa malam, (12/3/2025).

Serangan itu bahkan diklaim sebagai serangan drone terbesar Ukraina sejak perang Ukraina-Rusia meletus tahun 2022 lalu.

Dikutip dari ABC News, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya berhasil menembak jatuh 343 drone Ukraina dalam semalam.

Ratusan drone itu dijatuhkan di sepuluh wilayah Rusia. Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin mengatakan sistem pertahanan udara di Moskow dikerahkan untuk menghadapi gelombang serangan drone.

Dilaporkan ada 91 drone yang ditembak jatuh di langit Ibu Kota Rusia itu. Sementara itu, ada enam drone yang dijatuhkan di dekat PLTN Kursk.

Lewat Telegram, Sobyanin mengatakan serangan Ukraina di Moskow sangatlah besar.

Adapun Gubernur Oblast Moskow, Andrei Vorobyiv menyebut setidaknya ada orang yang tewas. Beberapa gedung tinggi, rumah, dan toko rusak karena serangan itu.

Mengenai jumlah korban luka, Kementerian Kesehatan Rusia mengatakan ada 20 lebih, tiga di antaranya adalah anak-anak.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengecam serangan Ukraina dan menyebutnya sebagai “serangan teroris”.

Sementara itu, menurut Dmitry Peskov selaku juru bicara Kremlin, serangan tersebut sudah dilaporkan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia menyebut Ukraina menargetkan fasilitas warga sipil.

Badan Udara Federal Rusia mengatakan penerbangan ditangguhkan di semua bandara di Moskow.

Ketika ditanya apakah serangan itu ditujukan untuk mengganggu pembicaraan tentang gencatan senjata, Peskov mengklaim belum ada perundingan.

“Belum ada negosiasi. Sejauh ini Amerika Serikat, dalam pernyataan mereka, berusaha memahami seberapa siap Ukraina dalam pembicaraan perdamaian. Belum ada negosiasi, jadi tidak ada yang diganggu,” kata Peskov.

Di sisi lain, militer Ukraina belum buka suara mengenai serangan terbaru ke Moskow itu.

Serangan itu dilancarkan saat juru runding AS dan Ukraina bersiap melakukan pembicaraan perdamaian di Kota Jeddah, Arab Saudi.

Hubungan AS dengan Ukraina memburuk dalam beberapa minggu terakhir. Presiden AS Donald Trump mendesak Ukraina untuk membuat konsesi demi kesepakatan damai.

Trump juga meminta Ukraina menandatangani perjanjian kontroversial tentang akses AS terhadap mineral langka di Ukraina. Perjanjian itu dijadikan imbalan atas bantuan militer AS kepada Ukraina.

“Tamparan” untuk Trump

Media Eurasian Times menyebut serangan besar Ukraina itu sebagai “tamparan di wajah Trump”.

Serangan tersebut terjadi pada malam sebelum pembicaraan antara Ukraina dan AS di Arab Saudi. Menurut media itu, pemilihan waktu serangan bukanlah tanpa alasan atau kebetulan sematan.

Sehari sebelumnya seorang pejabat Ukraina mengatakan delegasi Ukraina berencana mengusulkan gencatan senjata di udara dan laut dengan Rusia.

Serangan itu diduga bertujuan untuk memberi tahu delegasi AS dan Rusia tentang pentingnya gencatan senjata di udara.

“Sinyal untuk Putin mengenai pentingnya gencatan senjata di udara,” kata Kepala Pusat Pemberantasan Disinformasi Ukraina Andriy Kovalenko.

Narasumber Ukraina mengklaim serangan menaargetkan fasilitas strategis, termasuk fasilitas penyimpanan minyak dan tempat produksi militer.

Staf Umum Ukraina melaporkan serangan itu mencapai hingga jarak 680 mil ke dalam wilayah Rusia. Diduga serangan itu juga ditujukan untuk mengganggu pasokan logistik dan infrastruktur.

Namun, apabila keterangan Rusia tentang jumlah drone yang dijatuhkan tepat, efektivitas serangan Ukraina jauh berkurang karena menghadapi sistem pertahanan Rusia.

Sementara itu, Leonid Slutsky selaku Ketua Komite Urusan Internasional Duma (parlemen Rusia), menyebut serangan itu mungkin ditujukan untuk mengganggu negosiasi yang dilakukan di Arab Saudi.

Slutsky mengingatkan pernyataan Putin sebelumnya bahwa dia akan selalu membalas tindakan seperti itu.

Sementara itu, seoranga anggota dewan Rusia meminta Putin untuk membasnya dengan rudal Oreshnik.

“Keputusannya terserah kepada Panglima Tertinggi, tetapi saya pikir akan masuk akal untuk meluncurkan Oreshnik,” kata dia.

(*)

Sentimen: negatif (100%)