Sentimen
Positif (86%)
2 Mar 2025 : 22.36
Informasi Tambahan

Kasus: Maling, pencurian

Sambil Perang Jadi Maling, Tentara Israel Jarah Uang-Emas Rp 463 M dari Suriah, Lebanon, dan Gaza - Halaman all

2 Mar 2025 : 22.36 Views 39

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Sambil Perang Jadi Maling, Tentara Israel Jarah Uang-Emas Rp 463 M dari Suriah, Lebanon, dan Gaza - Halaman all

Sambil Perang Jadi Maling, Tentara Israel Curi Uang-Emas Senilai Rp 463 M dari Suriah, Lebanon, dan Gaza

TRIBUNNEWS.COM - Sambil berperang, para tentara pendudukan Israel (IDF) rupanya memanfaatkan agresi militer yang mereka lakukan untuk menjarah barang-barang dari properti warga di wilayah yang mereka serbu.

Laporan RNTV, Minggu (2/3/2025), mengutip lansiran media Israel Yedioth Ahronoth menyatakan kalau tentara IDF telah mengumpulkan sejumlah besar uang tunai, emas, barang mewah, dan persenjataan dari operasi mereka di Suriah, Lebanon, dan Gaza.

Laporan tersebut merinci, penjarahan secara besar yang dilakukan oleh unit tentara khusus dan prajurit perorangan IDF.

Di antara barang-barang yang disita terdapat uang tunai senilai hampir USD 28 juta, emas batangan, perhiasan mewah, dan sekitar 183.000 senjata.

"Skala penjarahan itu begitu besar sampai-sampai para tentara IDF dilaporkan bercanda tentang tekanan fisik yang mereka alami (saat mengangkut barang jarahan)," kata laporan tersebut.

Unit-unit khusus IDF yang terlibat dalam operasi tersebut bertugas untuk "menyita" aset keuangan dan barang berharga lainnya dari area yang ditetapkan sebagai wilayah "musuh".

Akan tetapi, banyak prajurit perorangan IDF juga terlibat dalam penjarahan atas inisiatif mereka sendiri.

PAMER JARAHAN - Tangkap layar dari Euro-Med Monitor, Minggu (2/3/2025) yang menunjukkan seorang Tentara Israel memamerkan benda yang dia jarah saat agresi militer di Gaza. IDF dilaporkan melepaskan tentaranya di Jalur Gaza tidak hanya untuk membunuh, tetapi juga untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tidak bermoral seperti pencurian properti dan penjarahan selama penggerebekan di rumah-rumah warga sipil Palestina, kata Pemantau Hak Asasi Manusia, Euro-Med.

Menurut Yedioth Ahronoth, persenjataan curian itu sendiri sudah cukup untuk melengkapi pasukan militer kecil.

Inventaris tersebut meliputi rudal, pesawat nirawak, sistem antitank canggih, ribuan alat peledak, dan berbagai jenis senjata api—beberapa masih dalam kemasan aslinya.

Barang-barang sitaan lainnya termasuk senapan runduk, peralatan komunikasi militer, peralatan penglihatan malam, seragam, dan kendaraan.

Di antara barang-barang yang dijarah tersebut juga terdapat barang-barang koleksi bersejarah, seperti senapan langka Perancis dari tahun 1930-an dan pistol unik yang terkait dengan operasi Hizbullah.

Seorang perwira Israel, yang diidentifikasi sebagai 'A', menceritakan tantangan yang dihadapi para prajurit dalam mengangkut barang curian dari Lebanon selatan.

"Awalnya, kami membawa rudal, senjata, dan peti amunisi kembali ke Israel di punggung kami pada malam hari, tetapi itu dengan cepat menjadi terlalu berat. Itu benar-benar membuat punggung kami lelah. Tapi orang-orang kami tangguh," katanya.

Saat ini, koleksi besar barang-barang jarahan disimpan di berbagai 'fasilitas aman' di seluruh Israel.

Fasilitas aman itu, termasuk gudang-gudang yang dirahasiakan dan tempat penyimpanan bawah tanah di Israel.

Pemerintah Pendudukan Israel belum menentukan apa yang akan dilakukan terhadap barang-barang yang disita tersebut.

MENYUSURI BUKIT - Tangkap Layar dari LCBI, Jumat (14/2/2025) menunjukkan pasukan infanteri Israel menyusuri kontur berbukit di perbatasan Lebanon. IDF memperpanjang kehadiran mereka di Lebanon Selatan dalam invasi darat melawan milisi Hizbullah. (LCBI/Tangkap Layar) Mau Oper Senjata Jarahan ke Ukraina

Belakangan, muncul ide untuk mengoper senjata-senjata jarahan itu ke Ukraina untuk membantu negara itu melawan Rusia.

"Telah ada diskusi tentang penyediaan sejumlah senjata ke Ukraina, tetapi rencana ini dilaporkan dibatalkan karena posisi strategis Israel dalam menjaga netralitas, terutama mengingat kepentingan Rusia di Suriah. Selain itu, volume senjata yang dijarah dianggap minimal(kecil) dibandingkan dengan skala upaya perang Ukraina yang sedang berlangsung, yang terus menerima dukungan besar dari Barat," kata laporan tersebut

Meskipun IDF belum secara resmi mengonfirmasi penggunaan kembali bahan peledak yang disita, mereka telah menjajaki kemungkinan menggunakannya untuk memenuhi permintaan IDF akan alat peledak.

Letnan Kolonel Sharon-Katzler, yang mengawasi berbagai aspek operasi ini, menekankan urgensi pemanfaatan bahan-bahan tersebut.

“Contohnya, setelah invasi Hamas ke wilayah barat Negev pada 7 Oktober, kami mempelajari alat peledak yang mereka gunakan dan memperkuat tank dan APC kami,” ungkapnya.

(oln/rntv/euromed/*)

Sentimen: positif (86.5%)