Sentimen
Negatif (100%)
21 Feb 2025 : 09.51
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Tokoh Terkait

Faksi Palestina: Kerugian Tentara Israel Jauh Lebih Banyak dari yang Diumumkan - Halaman all

21 Feb 2025 : 09.51 Views 23

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Faksi Palestina: Kerugian Tentara Israel Jauh Lebih Banyak dari yang Diumumkan - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Sumber dari berbagai faksi perlawanan Palestina menegaskan bahwa kerugian tentara Israel di Gaza jauh lebih besar dari angka yang dilaporkan secara resmi oleh pemerintah Israel.

Dalam pernyataan terpisah kepada The New Arab, para pejuang perlawanan Palestina mengklaim bahwa mereka telah menyebabkan banyak korban di pihak tentara Israel, terutama selama konfrontasi darat di Gaza.

Pejabat Hamas secara terbuka mengatakan bahwa militer Israel sengaja mengecilkan jumlah kerugian mereka.

Hanya dalam pertempuran di Gaza Utara saja, Hamas mengklaim ratusan tentara Israel tewas.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina, Mohammed al-Hindi, menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada dalam "ilusi".

Ia menegaskan bahwa setiap negosiasi di masa depan harus mencakup penghentian total pertempuran.

Pemimpin Hamas, Khaled Meshaal, juga menegaskan bahwa kelompoknya tetap mampu mempertahankan perlawanan meskipun menghadapi perang berkepanjangan.

"Hamas akan bangkit dari keterpurukan seperti yang selalu terjadi," ujarnya, seraya menekankan bahwa mereka masih memiliki kekuatan untuk menyerang tentara Israel.

Di sisi lain, Netanyahu berulang kali menyatakan bahwa aksi militer Israel telah melemahkan Hamas dan Jihad Islam secara signifikan, membuat mereka mengalami kemunduran selama bertahun-tahun.

Namun, analis independen berpendapat bahwa ketergantungan Israel pada serangan udara menunjukkan bahwa mereka menghadapi perlawanan yang jauh lebih kuat dari yang diperkirakan.

Kerugian Tentara Israel

Statistik resmi Israel mengklaim bahwa sejak dimulainya serangan darat di Gaza, 401 tentara Israel telah tewas, sehingga total korban militer menjadi 831, dengan lebih dari 5.590 tentara terluka.

Dari jumlah tersebut, 2.535 tentara terluka sejak invasi darat dimulai.

Menurut surat kabar Israel Maariv, total korban militer Israel sejak 7 Oktober 2023 mencapai 891, termasuk 390 di Gaza, 50 di Lebanon, 11 di Tepi Barat, 37 di Israel Utara, dan 65 lainnya dalam insiden operasional.

Laporan juga menunjukkan peningkatan bunuh diri di kalangan tentara Israel.

Pada tahun 2023, 27 tentara mengkhiri hidup, dan 21 kasus tambahan tercatat sejak awal 2024.

Pada bulan Desember 2023, media Haaretz melaporkan adanya perbedaan besar antara jumlah tentara yang terluka yang dilaporkan oleh militer dengan catatan rumah sakit.

Data dari Kementerian Kesehatan Israel menunjukkan bahwa jumlah tentara terluka mencapai 10.548, jauh lebih tinggi dari yang diumumkan oleh militer, yakni 1.593.

Selain itu, Haaretz melaporkan bahwa sekitar 1.000 tentara terluka dirawat di pusat rehabilitasi setiap bulan.

Media Israel lainnya juga menyatakan bahwa jumlah korban militer Israel mungkin lebih tinggi karena pemerintah berupaya mengendalikan persepsi publik dan menjaga moral warganya.

Keluarga tentara Israel semakin mengkhawatirkan kurangnya transparansi terkait kondisi sebenarnya di medan perang.

Seorang pejabat senior di Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengatakan kepada The New Arab bahwa meskipun Israel memiliki keunggulan militer, para pejuang perlawanan menggunakan taktik gerilya yang sangat efektif di medan perang perkotaan, menyebabkan kerugian signifikan bagi Israel.

Seorang pejuang perlawanan, yang berbicara secara anonim, mengatakan:

"Setiap hari, para pejuang kami melakukan banyak serangan, mulai dari penyergapan konvoi militer hingga menembaki tentara musuh."

"Semua operasi ini didokumentasikan dengan cermat."

"Penggunaan terowongan bawah tanah, alat peledak rakitan, dan rudal anti-tank telah membuat pasukan Israel kesulitan menguasai wilayah di Gaza," tambahnya.

Pejuang dari Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina, juga menyuarakan hal serupa.

Ia mengatakan bahwa ketidakmampuan Israel untuk terlibat langsung dalam pertempuran menyebabkan mereka meningkatkan serangan terhadap warga sipil.

Hamas dan Jihad Islam bukan satu-satunya faksi yang bertempur.

Pejuang dari Fatah dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) juga berpartisipasi dalam perlawanan.

Seorang pejuang Fatah mengatakan, "Perbedaan politik menghilang di tengah perang. Misi kami adalah membela rakyat dan melawan pendudukan."

Koordinasi yang erat antara faksi-faksi perlawanan mengarah pada serangan yang lebih terorganisir, termasuk penggunaan drone untuk pengintaian dan serangan.

Menurut pejuang Fatah, kemajuan dalam taktik ini telah berkontribusi pada peningkatan kerugian militer Israel.

Profesor Saeed Shaheen, seorang analis politik Palestina, mengatakan bahwa meningkatnya korban di pihak Israel memberikan tekanan pada pendudukan tersebut untuk menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi.

"Meningkatnya jumlah korban memaksa Israel mempertimbangkan pendekatan yang lebih hati-hati," katanya.

Ia juga menekankan bahwa tekanan diplomatik dari Amerika Serikat turut berperan dalam mencapai gencatan senjata.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sentimen: negatif (100%)