Sentimen
Positif (100%)
15 Feb 2025 : 23.52
Informasi Tambahan

Agama: Islam

BUMN: BTN

Institusi: MUI

Kab/Kota: Boyolali, Pangkalan Bun, Solo

Tokoh Terkait

Membangun Rumah, Merajut Berkah - Halaman all

15 Feb 2025 : 23.52 Views 52

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Ekonomi

Membangun Rumah, Merajut Berkah - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Di bawah langit senja yang merona, angin sepoi-sepoi menyapu lembut halaman rumah mungil di Ngargorejo, Ngemplak, Boyolali.

Seakan mengiringi doa-doa yang telah lama dipanjatkan, rumah itu kini berdiri kokoh, menjadi saksi perjalanan seorang perantau yang tak kenal lelah dalam mengejar impiannya.

Wiwit Setiyono, lelaki kelahiran Pangkalan Bun, 10 Juli 1986, akhirnya menghirup udara penuh syukur. Bagi banyak orang, rumah bukan hanya tempat berteduh, tetapi juga ladang berkah, tempat di mana keluarga bertumbuh dalam ketenangan dan kasih sayang.

Sejak merantau ke Solo pada tahun 2016, Wiwit telah menanam harapan besar untuk memiliki rumah sendiri.

Namun, seperti banyak pejuang kehidupan lainnya, tantangan finansial sering kali menjadi penghalang. Keinginan itu harus dipendam sementara karena keterbatasan dana untuk uang muka.

Hingga akhirnya, di penghujung tahun 2020, Allah membuka jalan melalui program Kredit Pemilikan Rakyat (KPR) subsidi dari BTN Syariah. Seiring dengan hal itu, BTN Syariah menawarkan promo uang muka alias Down Payment (DP) hanya Rp3 juta all-in.

Hal ini bagi Wiwit bukan sekadar penawaran, tetapi jawaban atas istikharah dan harapan yang selama ini dipanjatkan.

Sebagaimana yang dikatakan dalam buku Wealth and Poverty in the Middle East karya Kiren Aziz Chaudhry, "Property ownership in Islam is not merely a right, but a responsibility. A home should not only provide shelter but should be a source of spiritual and economic stability for a family."

Kutipan ini menggambarkan betapa memiliki rumah bukan sekadar impian, tetapi juga bagian dari tanggung jawab dalam membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Rumah bukan hanya tempat berlindung dari panas dan hujan, tetapi juga menjadi landasan bagi kehidupan yang stabil secara ekonomi dan spiritual.

Lantas bagi seorang Wiwit, rumah bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga bukti nyata dari kerja kerasnya sebagai kepala keluarga dalam memastikan masa depan yang lebih baik bagi istri dan anak-anaknya.

“Dengan adanya rumah yang layak, saya dapat lebih fokus dalam bekerja dan mendidik anak-anaknya dalam lingkungan yang aman dan nyaman,” ujarnya ketika berbincang pada Rabu (12/2/2025).

Adapun rumah pertama Wiwit kala itu dijual dengan harga Rp150.500.000 dan tenor angsuran selama 20 tahun.

Setiap bulan, ia hanya perlu membayar Rp926.000, angka yang dirasa cukup ringan dibandingkan skema cicilan langsung ke developer menurutnya.

Tidak hanya aspek finansial yang menjadi pertimbangannya, tetapi juga kemudahan dan transparansi dalam sistem syariah yang diusung BTN Syariah.

"Prosesnya mudah dan cepat, angsurannya juga lebih ringan dibandingkan bank lain. Itu yang membuat saya yakin," ungkap Wiwit dengan penuh syukur.

Namun, perjalanan sebagai nasabah BTN Syariah bukan tanpa tantangan.

Meski mayoritas pengalaman yang dirasakan cukup memuaskan, Wiwit berharap ke depannya BTN Syariah dapat lebih berperan dalam memastikan kualitas bangunan yang dibiayai benar-benar layak huni.

"Kami ingin rumah yang tidak hanya terjangkau, tetapi juga memiliki kualitas yang baik, sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi keluarga," tambahnya.

Di tengah dinamika kehidupan yang terus berkembang, sistem KPR syariah menjadi solusi yang dirasa lebih menenangkan.

Tanpa riba, dengan proses yang lebih transparan, serta sistem yang lebih adil bagi para nasabahnya, BTN Syariah hadir memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk memiliki rumah impian mereka tanpa beban yang berlebihan.

Kisah Wiwit Setiyono bukan hanya tentang perjuangan seorang pria dalam meraih rumah impian, tetapi juga tentang keyakinan bahwa Allah selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya yang berusaha.

Dengan sistem KPR syariah yang lebih ringan dan transparan, impian memiliki rumah kini bukan sekadar angan-angan, melainkan sebuah kenyataan yang bisa diraih dengan ikhtiar dan doa.

Kini, Wiwit dan keluarganya melangkah penuh harapan. Rumah yang kini mereka tempati bukan hanya bangunan dari bata dan semen, melainkan wujud nyata dari berkah, kesabaran, dan keyakinan bahwa setiap rezeki telah tertulis oleh-Nya.

Dengan keikhlasan dan tawakal, setiap keluarga bisa merajut impian mereka, membangun rumah, dan merangkai berkah dalam naungan-Nya.

Capaian BTN Syariah di Solo Raya

Pembiayaan KPR oleh BTN Syariah di wilayah Solo Raya terus menunjukkan pertumbuhan positif dari tahun ke tahun.

Data mencatat bahwa pencapaian KPR Non-Subsidi dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan, dengan angka sebagai berikut:

Tahun 2022: Rp 30,307 miliar Tahun 2023: Rp 37,792 miliar Tahun 2024: Rp 60,169 miliar

Kenaikan ini mencerminkan pertumbuhan rata-rata sebesar 141,95 persen setiap tahunnya. Sementara itu, untuk KPR Subsidi, angka pembiayaan menunjukkan tren yang fluktuatif:

Tahun 2022: Rp 142,338 miliar Tahun 2023: Rp 162,565 miliar Tahun 2024: Rp 161,650 miliar

Penurunan angka pembiayaan KPR Subsidi di tahun 2024 disebabkan oleh kuota KPR Subsidi FLPP yang telah habis pada bulan Juni 2024.

Meski demikian, BTN Syariah Solo Raya tetap berkomitmen untuk terus meningkatkan realisasi pembiayaan, khususnya KPR Subsidi, guna mendukung program pemerintah dalam mewujudkan target pembangunan 3 juta rumah bagi masyarakat Indonesia.

KPR Subsidi Masih Mendominasi

Branch Manager BTN Syariah Surakarta, Tony Ardiansyah, mengungkapkan bahwa KPR Subsidi masih mendominasi dibandingkan dengan KPR Non-Subsidi di wilayah Solo Raya.

Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap hunian terjangkau masih sangat tinggi.

Dalam persaingan industri perbankan syariah, BTN Syariah memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan bank lain.

Salah satu keunggulan utama adalah sistem angsuran tetap hingga lunas, yang didasarkan pada akad Murabahah atau Musyarakah Mutanaqisah (MMQ).

Skema ini memungkinkan nasabah untuk merencanakan keuangan dengan lebih baik dibandingkan dengan sistem angsuran floating yang umum diterapkan oleh bank konvensional.

BTN Syariah Solo Raya turut aktif dalam mendukung program pemerintah terkait pembangunan 3 juta rumah.

Berdasarkan pencapaian dari tahun ke tahun yang terus meningkat, target realisasi pembiayaan KPR Subsidi pada tahun 2025 ditetapkan hampir empat kali lipat dibanding tahun 2024.

Langkah ini menjadi bagian dari komitmen BTN Syariah dalam mendorong kepemilikan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Dalam hal demografi nasabah, BTN Syariah mencatat bahwa segmen terbesar peminat KPR berasal dari kalangan milenial.

Generasi ini semakin aktif dalam mencari hunian yang terjangkau dengan skema pembiayaan yang stabil dan menguntungkan.

Dengan berbagai program unggulan yang ditawarkan, BTN Syariah Solo Raya terus berupaya menghadirkan solusi pembiayaan perumahan yang sesuai dengan prinsip syariah dan kebutuhan masyarakat.

Keuangan Syariah

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya mendorong pertumbuhan industri keuangan syariah dengan meningkatkan daya saing keuangan syariah melalui berbagai regulasi dan program inisiatif yang telah dan akan diterbitkan.​

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara menyampaikan hal itu dalam sambutannya pada Pertemuan Tahunan (Ijtima' Sanawi) Dewan Pengawas Syariah Tahun 2024 di Jakarta.

Mirza mengatakan, menindaklanjuti amanat UU P2SK dalam penguatan keuangan syariah, OJK telah menerbitkan beberapa ketentuan antara lain sembilan POJK di perbankan syariah, tujuh SEOJK perbankan syariah, satu POJK pasar modal syariah, satu POJK tentang Produk Asuransi dan Saluran Pemasaran Produk Asuransi serta satu POJK Industri Penjaminan Syariah.

"Dengan penerbitan regulasi yang dimaksud, diharapkan Dewan Pengawas Syariah dapat mengoptimalkan perannya antara lain dalam peningkatan tata kelola industri jasa keuangan syariah serta penguatan peran keuangan syariah yang berdaya saing tinggi," kata Mirza.

Menurutnya, pada tahun ini OJK sedang menggagas pembentukan Komite Pengembangan Keuangan Syariah (KPKS) yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi proses pengambilan keputusan dalam pengembangan dan penguatan keuangan syariah, meningkatkan percepatan penyusunan peraturan yang mengatur kegiatan usaha atau produk dan jasa syariah, dan mendukung integrasi kebijakan OJK dalam pengembangan dan penguatan keuangan syariah.

Ditambahkan Mirza, dalam mengembangkan sektor jasa keuangan syariah, OJK berpegangan pada beberapa prinsip antara lain menciptakan level of playing field yang sama bagi keuangan syariah, memberikan penegasan dan kepastian hukum, serta meningkatkan comparative advantage dengan menonjolkan keunikan keuangan syariah.

Dalam catatan OJK, industri keuangan syariah telah menorehkan kinerja yang cukup baik dengan total aset sebesar Rp2.742,28 triliun per Agustus 2024.

Total aset untuk sektor perbankan syariah mencapai Rp902,39 triliun, sektor industri keuangan non-bank syariah sebesar Rp163,47 triliun, dan sektor pasar modal syariah sebesar Rp1.676,42 triliun.

Capaian tersebut meningkat sebesar 12,91 persen (yoy) dari tahun sebelumnya. Perkembangan yang positif ini menunjukkan bahwa sektor keuangan syariah memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam acara itu juga menjelaskan bahwa untuk mendorong pertumbuhan industri keuangan syariah diperlukan kegiatan edukasi keuangan syariah yang masif kepada masyarakat.

"Kita perlu melakukan edukasi dan memperluas inklusi keuangan syariah sehingga terjadi financial well-being serta memasyarakatkan ekonomi dan keuangan syariah," kata Friderica.

Menurutnya, untuk mendorong industri keuangan syariah, OJK sudah membentuk kelompok kerja literasi dan inklusi keuangan syariah (LIKS) untuk meramu program pengembangan kegiatan edukasi keuangan syariah ke depan.

"Kita akan terus meramu program untuk tingkatkan literasi inklusi keuangan supaya semakin meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah Indonesia," kata Friderica.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia H. Amirsyah Tambunan dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa aktivitas perkembangan ekonomi dan keuangan syariah yang telah berjalan selama ini merupakan modal sosial yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk mengangkat masa depan yang lebih baik dan prospektif.

“Oleh karena itu, kita semua dituntut untuk saling mendukung, saling bergandengan tangan untuk menjaga sustainable perkembangan ekonomi dan keuangan syariah," tambah Amirsyah.

Amirsyah berharap MUI sebagai tenda besar umat Islam dapat jadi bagian dari kekuatan dalam melakukan literasi dan edukasi dan sosialisasi bersama komponen lainnya sehingga nantinya jadi bagian literasi yang ingin membuka mata dunia dalam pengembangan industri keuangan syariah.

(*)

Sentimen: positif (100%)