Sentimen
Negatif (99%)
2 Feb 2025 : 21.01
Informasi Tambahan

Kasus: penganiayaan

Kronologi Lengkap Pria Samosir Dikeroyok hingga Nyaris Ditenggelamkan ke Danau Toba Gara-gara Hoaks - Halaman all

2 Feb 2025 : 21.01 Views 17

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Regional

Kronologi Lengkap Pria Samosir Dikeroyok hingga Nyaris Ditenggelamkan ke Danau Toba Gara-gara Hoaks - Halaman all

TRIBUNEWS.COM, SAMOSIR - Nyawa pria berinisial HH berusia 22 tahun ini terjadi di Desa Lumban Suhi-suhi Toruan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumut nyaris melayang.

Ia menjadi korban pengeroyokan warga, Kamis (30/1/2025) lalu.

Kejadian bermula diduga diprovokasi oleh warga yang bernama Friska Evalina Simanihuruk (FES) yang dilanjutkan dengan siaran langsung di media sosial Facebook.

Dalam siaran langsung itu Friska Evalina Simanuhurok mengatakan, HH adalah pelaku penculikan anak padahal itu tidak benar.

Rumor penculikan anak ini pun dibantah Polres Samosir.

Kasi Humas Polres Samosir, Bripka Vandu P. Marpaung, meminta agar masyarakat lebih bijak dalam menyebarkan informasi.

“Kami mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya dan menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.

Klarifikasi dari pihak kepolisian sangat penting agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat,” ujarnya.

Kronologi kejadian menurut polisi

Berdasarkan penyelidikan kepolsian terhadap kasus ini, pada Kamis, 30 Januari 2025, sekitar pukul 15.00 WIB, HH bertemu dengan pacarnya ES, seorang pelajar SMA, di sebuah ladang setelah pulang sekolah.

HH meminta izin untuk meminjam ponsel ES.

Setelah memeriksa ponsel hingga baterainya habis, ES meminta ponselnya kembali namun HH menolak, yang memicu adu mulut di antara keduanya.

ES kemudian berteriak minta tolong sembari keduanya saling tarik-menarik ponsel.

Warga sekitar yang mendengar teriakan tersebut segera datang untuk membantu.

HH yang ketakutan, langsung melarikan diri dari lokasi kejadian.

Di tengah situasi yang kacau, Friska Evalina Simanihuruk, seorang warga yang menyaksikan kejadian tersebut langsung melakukan siaran langsung di Facebook.

Tanpa memverifikasi kejadian, ia langsung mengklaim dan menarasikan bahwa HH adalah seorang penculik anak.

Narasi provokatif yang memperburuk keadaan.

Dalam siaran langsung tersebut, ia memberi keterangan yang sangat menyesatkan, dengan caption: "Penculik Anak Tertangkap di Samosir!"

Video ini cepat menyebar di media sosial dan grup WhatsApp.

Hal itu pun memicu kepanikan serta kemarahan warga, yang segera menganggap HH sebagai pelaku penculikan anak.

Warga yang terprovokasi langsung bergerak menuju lokasi kejadian dan menghadang HH, yang tengah ketakutan dan berusaha melarikan diri.

Tanpa memberikan kesempatan bagi HH untuk menjelaskan, warga mulai menyerangnya secara brutal.

HH dipukul dan ditendang secara membabi buta, bahkan perutnya ditusuk menggunakan bambu berukuran besar lalu diseret ke Tepi Danau Toba dan nyaris ditenggelamkan.

Polisi yang menerima laporan segera turun tangan.

HH, yang sudah babak belur dan lemah akhirnya diamankan dan dibawa ke Polres Samosir.

Saat dibawa ke kantor polisi, HH dalam kondisi sangat buruk, dengan luka-luka di wajah dan tubuh.

Piket SPKT Polres Samosir membawa HH ke Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga untuk mendapatkan perawatan medis.

Keluarga Korban Minta Penyebar Hoaks Diproses Hukum

Kepolisian Samosir segera melakukan penyelidikan dan mengonfirmasi bahwa HH bukan pelaku penculikan anak melainkan terduga pelaku diduga melakukan penganiayaan terhadap pacarnya, ES.

Polisi juga menegaskan bahwa provokasi dalam siaran langsung oleh Friska Evalina Simanihuruk yang menyebut HH sebagai penculik anak adalah penyebab utama pengeroyokan tersebut.

Keluarga HH mengecam keras tindakan tersebut dan menyampaikan bahwa Friska Evalina Simanihuruk harus diproses secara hukum atas penyebaran hoaks yang mengakibatkan tindakan pengeroyokan.

Mereka merasa aksi yang dilakukan oleh warga tersebut tidak hanya mencederai hukum tetapi juga membahayakan nyawa orang yang belum terbukti bersalah.

“Ini semua terjadi karena hoaks yang disebarkan oleh Friska. Jika saja tidak ada siaran langsung itu, adik kami tidak akan dikeroyok seperti ini. Kami ingin keadilan,” ujar N Rumapea, sepupu korban. (Tribun Medan/Arjuna Bakkara)

Sentimen: negatif (99%)