Sentimen
Positif (50%)
31 Jan 2025 : 21.27
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Madura, Sumenep

Gaji Tak Jelas, Banyak Petugas Dapur MBG Mundur, Kepala SPPG Sumenep: Itu Relawan, Berhenti Silakan - Halaman all

31 Jan 2025 : 21.27 Views 12

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Regional

Gaji Tak Jelas, Banyak Petugas Dapur MBG Mundur, Kepala SPPG Sumenep: Itu Relawan, Berhenti Silakan - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah petugas dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) memutuskan mengundurkan diri setelah program MBG di Kabupaten Sumenep, Madura dilaksanakan pada Senin (13/1/2025) lalu.

Beberapa petugas memilih berhenti karena beban kerja yang dianggap berat.

Mereka mengaku juga tidak pernah diberi tahu besaran upah yang akan didapatkan bagi petugas dapur MBG.

"Paling berat itu bagian mencuci kotak makanan, mulai dari pukul 13.30 WIB - 01.00 WIB dini hari. Banyak yang berhenti karena tidak kuat dengan jam kerjaannya," tutur narasumber yang meminta namanya tidak disebutkan pada Rabu (29/1/2025), dikutip dari TribunMadura.com.

Ia melanjutkan, setiap petugas dapur MBG memiliki tugas masing-masing.

Mulai dari memasak, menyiapkan makanan, dan mencuci kotak makanan.

Sejak hari pertama program MGB berjalan, terhitung empat petugas mengundurkan diri.

"Tidak mampu dengan beban kerjanya dan saya kira kekurangan orang," sebutnya.

Terkait dengan upah yang akan diterima bagi karyawan dapur MBG, lanjutnya, tidak pernah diberi tahu.

Sebab tidak pernah ada dokumen kontrak gaji pekerjaan apakah harian atau bulanan yang akan diterimanya.

"Tidak ada, tidak disebutkan berapa gaji yang akan diterima. Cuma menurut mereka para pekerja ini hitungannya adalah relawan saja," tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh sepasang suami istri, Moh Farid (56) dan Asia Wulandari (48).

Pasutri warga Desa Pandian, Kecamatan Kota ini berprofesi sebagai pengusaha warung nasi.

Dalam program MBG Sumenep, Farid awalnya bertugas di bagian pemorsian, dan istrinya Wulan, ditugaskan untuk mengolah sayur.

Farid menjelaskan bahwa relawan di bagian sayur bekerja sejak pukul 01.00 WIB hingga selesai.

Wulan memasak sayur bersama relawan lain yang bertugas memasak nasi.

Sementara itu, relawan di bagian pemorsian mulai bekerja sejak pukul 04.00 WIB hingga semua menu selesai dimasak.

Keduanya memutuskan untuk mengundurkan diri setelah dipindahtugaskan ke bagian lain.

Farid mengungkapkan bahwa istrinya memilih mundur karena jam kerja di dapur MBG bersamaan dengan jadwal buka warung nasi mereka yang telah dirintis selama 13 tahun.

Gaji tidak jelas

Alasan lain di balik pengunduran diri mereka adalah tidak adanya kepastian mengenai gaji yang akan diterima selama bekerja di dapur makan bergizi gratis.

Farid mengungkapkan bahwa sejak mengikuti pelatihan di Kodim 0827 Sumenep pada September 2024, tidak ada dokumen yang ditandatangani terkait besaran gaji.

"Tidak ada sama sekali hitam di atas putih," kata Farid, Jumat (31/1/2025).

Farid juga sempat menanyakan kepada Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG), Mohammad Kholilurrahman, mengenai kepastian gaji saat berkunjung ke rumahnya pada 11 Januari 2025.

Namun, dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Farid hanya mengetahui bahwa nominal gaji relawan yang bertugas di malam dan siang hari berbeda.

Hingga mereka berhenti bekerja, Farid tetap tidak tahu berapa gaji yang akan diterima.

Bahkan, setelah pengunduran diri, tidak ada perwakilan dari SPPG Sumenep yang menghubunginya untuk klarifikasi.

"Bahkan, sampai pengunduran diri pun tidak ada perwakilan dari SPPG Sumenep yang menghubunginya untuk klarifikasi," terangnya.

Bersifat relawan

Terpisah, pihak SPPG Sumenep membenarkan adanya sejumlah petugas yang mengundurkan diri.

Menurutnya, data terakhir menunjukkan bahwa ada beberapa relawan yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan, termasuk jam kerja yang dinilai terlalu lama.

"Tidak banyak yang berhenti, hanya satu dua orang saja," tutur Kholil, dikutip TribunMadura.com.

Pihaknya tidak tahu-menahu saat ditanya alasan dari sebagian karyawan dapur MBG Sumenep ini memilih berhenti.

"Tidak tahu alasannya kenapa. Ya gimana lagi kalau sudah mau berhenti," singkatnya.

Semua yang bertugas menyiapkan segala kebutuhan program SPPG itu lanjutnya, hanya sebagai relawan dan tidak ada kontrak yang mengikat.

"Tidak ada kontrak, mereka relawan. Mau berhenti silakan, tidak mau berhenti silakan," katanya.

Data terakhir yang memundurkan diri sebutnya, ada lima relawan dengan berbagai alasan, termasuk jam kerja yang dinilai terlalu lama.

"Relawan yang mengundurkan diri terjadi antara dua pekan setelah program MBG dimulai pada tanggal 13 Januari 2025 lalu," katanya.

Ditanya terkait tidak adanya kepastian gaji atau upah bagi relawan yang bekerja, pihaknya menyebutkan bahwa semua itu menjadi kewenangan Kodim 0827/Sumenep.

Bahkan, seluruh proses rekrutmen relawan dapur MBG itu dilaksanakan oleh Kodim 0827 Sumenep.

"Saya hanya diperkenalkan dengan mereka (relawan). Lalu menjalani program sesuai arahan Badan Gizi Nasional (BGN)," alasannya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunMadura.com dengan judul Karyawan Dapur Makan Bergizi Gratis Sumenep Ramai-ramai Mundur: Beban Kerja Terlalu Berat

(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunMadura.com/Ali Hafidz Syahbana)

Sentimen: positif (50%)