Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Colorado, Glodok, Lombok
Cerita Budi Wongso Jadi Pemandu Wisata di Kawasan Pecinan Glodok, Berawal Dari Senang Bantu Orang - Halaman all
Tribunnews.com
Jenis Media: Metropolitan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lahir dan besar di kawasan Glodok, Jakarta Barat membuat Budi Wongso, seorang pemandu wisata lokal beretnis Tionghoa punya nilai jual lebih untuk ia tawarkan bagi wisatawan mancanegara yang hendak menjelajahi Pecinan Glodok.
Ia memulai karir sebagai pemandu wisata secara mandiri sejak 2016 silam.
Mulanya, tak ada niat sama sekali bagi Budi untuk menjadi pemandu wisata.
Latar belakang dan pengalaman menjadi pemandu wisata pun tak dimiliki sebelumnya.
Semua hanya bermodalkan niat ingin membantu yang tumbuh di dalam dirinya serta ketertarikannya dalam bersosialisasi dengan banyak orang.
Saat bertemu dengan Budi, ia baru saja selesai melakukan sembahyang menyambut Tahun Baru Imlek di Vihara Dhama Jaya Toasebio kawasan Tamansari, Glodok, Jakarta Barat, Rabu (29/1/2025).
Ia mengenakan baju merah, senada dengan lilin dan lentera di vihara. Rambutnya bergaya comb over.
“Sebenarnya awal-awal mungkin 2016-an tidak berminat untuk jadi seorang tour guide,” ujar Budi berbagi cerita dengan Tribunnews.com.
Diawali pertemuannya dengan wisatawan asing yang tampak kebingungan, menjadi jalan bagi Budi untuk terus bergelut di dunia pemandu wisata lokal hingga saat ini.
“Enggak sengaja ada turis datang, saya coba bantu. Mereka senang, jadi saya juga senang bisa bantu orang. Saya tinggal di sini, apa sih yang bisa saya bantu di Glodok,” ujar Budi.
“Ya mungkin jalannya seperti itu. Ketemu turis satu-satu, lama-lama akhirnya mereka bilang ‘kenapa kamu enggak bikin, karena kamu bisa, kamu bikin sendiri’. Jadi akhirnya sampai sekarang saya senang ketemu orang, bantu orang,” sambungnya.
Saat berbincang dengan Tribun, Budi juga menunjukkan sebuah tautan yang ia gunakan untuk promosi.
Tampak di dalamnya beberapa testimoni wisatawan yang pernah menggunakan jasanya.
Rata-rata berasal dari negara Eropa seperti Jerman, Prancis, hingga Swiss.
Namun, ada pula yang dari Lombok, Brunei Darussalam, hingga Colorado.
Budi biasanya mengajak wisatawan untuk menikmati jajanan khas di pecinan, menjelajahi tempat-tempat bersejarah, hingga menyaksikan perayaan Tahun Baru Cina dan Cap Go Meh.
Selain itu, ia juga memasukkan beberapa tempat makan yang dikelola warga lokal dalam rangkaian destinasinya.
“Buat saya, pertama kita bantu turisnya, kedua tenant di sini. Kadang-kadang ada tenant di sini yang mungkin kurang orang tahu. Saya bawa ke sana,” jelasnya.
“Yang penting asal dia punya produk kualitas bagus, saya ajak ke sana, selama ini tamu yang saya bawa semuanya bilang bagus,” Budi menambahkan.
Berharap Bantuan Pemerintah
Menjadi pemandu wisata mandiri tentu juga tidak gampang buat Budi.
Saingan bermodal besar tentu tak sedikit.
Hingga saat ini, perjuangannya untuk terus dapat bersaing masih terus diupayakan.
Ia pernah ikut program pemerintah untuk pembiayaan modal kerja, tapi ditolak.
“Saya pernah coba cari bantuan dana. Kan ada KUR (Kredit Usaha Rakyat) ya. Tapi gini KUR itu meminta bahwa ia melihat banyak (testimoni jasa). Nah kita kan baru mulai, tapi (minta) reviewnya sudah 5 bintang. Mereka gak mau,” tuturnya.
“Jadi mereka yang melihat cuma statistik. Jadi itu memperlambat kita punya usaha,” tambahnya.
Besar harapan Budi terhadap pemerintah untuk dapat menengok lebih jauh lagi terhadap pihak-pihak seperti dirinya dalam hal melakukan usaha pemandu wisata mandiri.
Dengan begitu, selain jasanya, tempat-tempat wisata yang jadi destinasi juga akan terdampak dari sisi kualitas atas semakin banyaknya wisatawan yang bekunjung.
“Harapannya, enggak cuma statistik. Tapi boleh bank atau pemerintah tau dari UMKM, ada pihak yang mau survei. Lihat nih kalau ada permintaan seperti local guide,” ucapnya.
Sentimen: positif (99.9%)