Sentimen
Negatif (100%)
22 Jan 2025 : 12.12
Informasi Tambahan

Hewan: Anjing

Kab/Kota: Banjarnegara, Pekalongan, Semarang

Kasus: mayat

Detik-detik Mencekam saat Korban Longsor di Pekalongan Ditemukan, Mayat-mayat Kaku Penuh Lumpur - Halaman all

22 Jan 2025 : 12.12 Views 81

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Regional

Detik-detik Mencekam saat Korban Longsor di Pekalongan Ditemukan, Mayat-mayat Kaku Penuh Lumpur - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Bencana longsor di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah masih menyisakan duka. Korban terus ditemukan.

Wilayah Petungkriyono porak poranda akibat bencana tersebut.

Kondisi pasca banjir bandang dan longsor sangat mengerikan.


Tim SAR gabungan yang berjibaku melakukan pencarian korban terus

Medan yang ekstrem, kekurangan air bersih, dan cuaca buruk menjadi tantangan besar dalam evakuasi.

Agus Yusuf, anggota tim SAR Bumi Santri Pekalongan, menceritakan pengalamanya membantu evakuasi korban longsor.

Begini detik-detik mencekam saat membantu evakuasi korban longsor.

"Kabar pertama longsor terjadi Senin (20/1/2025) malam bersamaan dengan banjir bandang di Kedungwuni dan Wonopringgo," ungkap Agus Yusuf, Selasa (21/1/2025).

Ia menjelaskan, tim SAR Bumi Santri memilih menunda perjalanan ke Petungkriyono karena kondisi malam hari yang berbahaya.

Tim akhirnya berangkat ke lokasi pada Selasa pagi bersama Basarnas Semarang, BPBD, PMI, dan relawan lainnya.

Setelah perjalanan 2 jam melalui jalur Wanayasa-Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, tim tiba di Petungkriyono dan langsung berkoordinasi dengan pemerintah setempat.

Dari titik terakhir yang dapat dilalui kendaraan, tim harus berjalan kaki sejauh 5 km di jalan berlumpur, penuh batu, dan pohon tumbang.

"Jembatan utama Petungkriyono terputus. Kondisi longsor di berbagai titik semakin menyulitkan evakuasi," tambah Agus.

Cuaca yang tidak menentu juga menjadi kendala.

Relawan bencana saat mengevakuasi korban bencana di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Selasa (21/1/2025). (Dokumentasi BNPB)

Kabut tebal mengurangi jarak pandang hingga 10 meter, sementara hujan deras mengguyur dari siang hingga sore.

Korban yang ditemukan meninggal dunia dalam kondisi terbujur kaku dan penuh lumpur.

Beruntung, sebagian besar korban masih dapat dikenali warga sekitar untuk proses identifikasi.

Saat ini, alat berat belum bisa mencapai lokasi karena akses yang sulit.

Proses evakuasi terpaksa dilakukan secara manual.

Agus mengungkapkan, hingga malam hari ditemukan jenazah perempuan di Desa Kayupuring, namun belum bisa dievakuasi karena medan terjal dan hujan deras.

Data sementara menunjukkan 18 korban meninggal dunia, 10 korban luka-luka, serta kerusakan parah pada lima rumah yang rata dengan tanah.

"Kondisi terparah ada di kafe kopi dan tempat pemancingan di Desa Kasimpar, dengan 25 orang di lokasi saat kejadian. Hanya satu orang selamat, yakni Munandar Rifki (20), meski mengalami patah tulang dan luka berat," ungkap Agus.

Ia berharap cuaca mendukung agar pencarian korban longsor dapat dilanjutkan keesokan harinya.

Hujan Deras Jadi Kencala Evakuasi

Pencarian dan evakuasi korban longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. (Tribunjateng/Dina Indriani)

Proses evakuasi korban longsor yang terjadi di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, masih terus berlangsung.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Bergas Catursasi, mengungkapkan bahwa cuaca hujan yang terus mengguyur wilayah Pekalongan memperburuk upaya evakuasi.

Selain itu, akses menuju lokasi longsor juga terhalang oleh tumpukan tanah yang cukup besar.

"Untuk ke depannya, yang masih tertimbun tanah lebih dalam, kami berharap ada dukungan dari alat berat. Namun, proses mencapainya tidak mudah. Apalagi, di lokasi yang terendam, terdapat juga banjir, sehingga penyelesaiannya harus dilakukan secara bertahap," ujar Bergas pada Selasa (21/1/2025).

Upaya pencarian dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk relawan, Basarnas, dan petugas BPBD Jawa Tengah. Bergas menegaskan bahwa waktu sangat terbatas mengingat kondisi cuaca yang semakin tidak menentu.

“Kita tetap melakukan pencarian karena waktunya tidak panjang. Kita kejar-kejaran dengan cuaca, tidak bisa saling menunggu,” tambahnya.

Menurut relawan PMI, Eko Purwanto, proses evakuasi korban juga terhambat oleh sulitnya akses menuju lokasi longsor. Kendaraan roda empat tidak dapat mencapai titik bencana, sehingga upaya evakuasi memakan waktu lebih lama.

"Saat ini, kami sudah menyiapkan tempat pengungsian untuk menghindari bencana susulan. Namun, informasi mengenai korban yang hilang masih simpang siur, dan kami terus berkoordinasi untuk mendapatkan kepastian," kata Eko.

Bencana longsor mengakibatkan dua rumah dan sejumlah kendaraan tertimbun tanah. Akses jalan menuju Desa Kasimpar terputus setelah dua jembatan rusak. Sebanyak 10 orang yang mengalami luka-luka telah dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Berdasarkan informasi dari BNPB, wilayah Pekalongan masih berpotensi hujan selama tiga hari ke depan, hingga Kamis, 23 Januari 2025.

BNPB mengimbau warga yang tinggal di daerah rawan longsor, terutama di dekat tebing, untuk waspada dan memeriksa kondisi tanah secara berkala.

"Warga juga diimbau untuk mencari lokasi evakuasi jika hujan turun lebih dari dua jam," ungkap BNPB dalam siaran persnya.

Titik Lain Longsor di Pekalongan

Sekda Kabupaten Pekalongan, M. Yulian Akbar, menjelaskan bahwa longsor juga terjadi di beberapa titik lain di wilayah tersebut, termasuk di Desa Tlogohendro dan Gumelem.

Longsor telah memutus akses menuju Petungkriyono, dan tim SAR gabungan sedang berupaya mengirimkan bantuan logistik ke daerah terdampak.

"Jembatan untuk akses utama terputus, lalu longsor juga masih ada. Kemungkinan yang bisa dilewati adalah melalui Wanyasa, Banjarnegara," jelas Yulian.

Yulian juga mengungkapkan bahwa salah satu korban yang meninggal adalah Sekdes Kasimpar.

"Satu keluarga, yang sudah ditemukan, sekdes dan anaknya, meninggal dunia," ungkapnya.

Desa Kasimpar menjadi lokasi dengan jumlah korban terbanyak akibat longsoran tebing yang menimbun rumah-rumah warga, termasuk rumah Sekdes.

Meskipun data jumlah pengungsi belum dapat dipastikan, Yulian melaporkan bahwa beberapa warga telah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sementara pihaknya terus menyiapkan dapur umum untuk membantu warga terdampak.

"Sementara ada yang mengungsi, tapi datanya belum ada. Ini kami sedang menyiapkan dapur umum. Nanti akan kami update lagi datanya," tambah Yulian. Sebagian warga yang mengungsi memilih berlindung di rumah keluarga atau tetangga terdekat.

Hingga Rabu 22 Januari, 600 Petugas Gabungan Dikerahkan

Sebanyak 600 petugas gabungan dan empat anjing pelacak dikerahkan pada hari kedua evakuasi dan pencarian korban hilang longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Rabu (22/1/2025).

Dandim 0710/Pekalongan, Letkol Inf. Rizky Aditya, mengungkapkan bahwa operasi pembersihan dan pencarian korban terus dilakukan oleh tim gabungan.

"Yang akan kita bersihkan yang pertama adalah akses menuju lokasi, di sana ada tiga titik longsoran kecil di jalan.

Tim gabungan tersebut terdiri dari 600 personel dan empat anjing pelacak," tuturnya.

Lebih lanjut, Letkol Inf Rizky Aditya menjelaskan bahwa upaya pencarian difokuskan di dua lokasi utama, yaitu rumah Pak Carik dan Cafe Allo.

Selain itu, tim juga menyusuri aliran sungai yang menuju ke Sungai Welo, karena dikhawatirkan ada korban yang hanyut terbawa arus.

"Kejadian ini mengakibatkan banyak korban, jadi di bawah sana ada dua rumah, yaitu rumah pendeta dan rumah Pak Carik, serta satu kafe. Ketiga bangunan utama ini menjadi pusat bencana," tambahnya.

Rumah Pak Carik menjadi tempat berteduh sementara bagi orang-orang yang menuju ke Petungkriyono ketika hujan deras turun.

Mereka merasa aman berlindung di sana karena lokasinya jauh dari tebing.

Sedangkan di Cafe Allo, sedang berlangsung acara keluarga yang juga menunggu hujan reda.

Sementara itu, rumah pendeta yang juga terdampak longsor tidak terdapat penghuni saat kejadian.

Desa Kasimpar yang berada di dekat lokasi longsor dinyatakan aman, longsor tidak merusak pemukiman di desa tersebut.

Letkol Inf Rizky menyebut fokus pencarian berada di rumah Pak Carik dan Cafe Allo, dengan perkiraan sementara jumlah korban yang berada di lokasi tersebut sekitar 20 hingga 30 orang.

(TribunJateng.com/Kompas.com)

Sentimen: negatif (100%)