Sentimen
Informasi Tambahan
Event: vaksinasi
Hewan: Sapi
Kab/Kota: Sragen
Kasus: covid-19
Sragen Dapat 2.000 Dosis Vaksin, PMK Marak Lagi Gegara Ternak Tak Dibooster
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, SRAGEN—Maraknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak, khususnya sapi, di wilayah Kabupaten Sragen pada 2024-2025 ini disebabkan tidak adanya vaksin booster pada populasi sapi. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen mendapat bantuan vaksin sebesar 450 dosis pada tahap I dan pada tahap II akan mendapat tambahan 2.000 dosis. Vaksinasi hanya diperuntukan bagi sapi yang benar-benar sehat.
Penjelasan itu diungkapkan Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen, drh. Suparno, saat ditemui Espos, Rabu (15/1/2025) siang. Suparno menyampaikan DKP3 sudah mendapatkan bantuan disinfektan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) sebanyak 12.500 liter. Bantuan tersebut, kata dia, sudah cukup untuk pencegahan penularan PMK di 20 kecamatan.
Suparno menjelaskan selain bantuan disinfektan, DKP3 Sragen juga mendapat bantuan vaksin sebanyak 450 dosis pada tahap pertama dan sudah habis disuntikan pada sapi-sapi yang benar-benar sehat. Kemudian pada tahap kedua nanti, jelas dia, DKP3 Sragen juga mendapat tambahan 2.000 vaksin dari Pemprov Jateng. Dia menerangkan jatah 2.000 dosis vaksin itu juga diberikan kepada 2.000 ekor sapi yang benar-benar sehat.
“Jadi tidak bisa setiap sapi divaksin karena ada efek samping. Sapi yang divaksin harus betul-betul sehat dan layak untuk divaksin,” ujar Suparno.
Suparno terus berkoordinasi dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian di Jakarta terkait dengan penanganan PMK. Dia juga berkomunikasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jateng. Dia menyatakan DKP3 secara paralel bersama-sama dengan kementerian dan Pemprov Jateng untuk segera menyelesaikan masalah kasus PMK, khususnya di Sragen.
“PMK ini pernah muncul pada 2022 dan kemudian hilang. Yang menjadi permasalahan itu sebenarnya bukan hanya di Sragen. Waktu 2022 itu, pencegahan PMK salah satunya dilakukan dengan vaksinasi. Daya tahan atau kekebalan pada vaksin itu hanya enam bulan. Ternak akan memiliki kekebalan kesehatan jangka panjang bila dilakukan vaksin booster sehingga tidak kambuh lagi. Para peternak ketika sudah vaksinasi maka dianggap sudah cukup. Jadi seperti Covid-19, ternak pun butuh vaksin booster,” jelas dia.
Dia mengungkapkan Pemkab Sragen tidak kurang-kurang menyediakan vaksin. Sekarang ayo-ayo vaksin. Para peternak, ujar dia, enggan vaksin karena ada efek macam-macam. Akhirnya Suparno mengaku tidak bisa memaksa para peternak. Sekarang saat PMK ramai kembali, jelas dia, maka banyak peternak yang menginginkan sapi-sapinya divaksin.
“Di 20 kecamatan masih ada laporan PMK yang masuk ke DKP3 sehingga ada data sebaran penyakitnya. Para peternak jangan khawatir sebenarnya penyakit PMK itu bisa disembuhkan 90%. Kadang-kadang peternak tidak sabar sehingga sapi baru sakit terjadi semacam panic selling sehingga khawatir dan pilihan terakhirya dijual atau disembelih. Makanya para peternak harus diedukasi dan dipahamkan bahwa semua ternak yang kena PMK bisa disembuhnya,” ujar Suparno.
Menurut dia, ketika banyak kasus sapi mati karena PMK membuat warga juga ikut panik. Dia menjelaskan sapi mati itu ada dua hal setelah dianalisis. Dari populari sapi di Sragen sebanyak 63.000 ekor, jelas Suparno, yang mati karena sakit hanya 50-an ekor dan ada 50-an yang disembelih paksa. Sebenarnya puluhan ekor sapi itu dipelihara dengan baik dan sabar maka masih bisa sembuh.
“PMK itu bukan penyait zoonosis. Sapi yang terjangkit PMK itu masih layak dikonsumsi tetapi dibuang bagian kaki dan dan congornya. Kendala DKP3 dalam pengawasan ternak itu hanya berjalan di jalan lintas Provinsi Jateng. Kendala lainnya, banyak ternak-ternak di pingiran yang lewat jalan tol. Kami berkoordinasi dengan Polda Jateng untuk patroli jalan tol dalam pengawasan PMK. Tempatnya kalau di Sragen kemungkinan di exit tol Sambungmacan. Dalam tim itu ada unsur Polri, TNI, dan organisasi kemasyarakatan,” jelasnya.
Sentimen: neutral (0%)