Sentimen
Undefined (0%)
14 Jan 2025 : 18.37
Informasi Tambahan

Hewan: Ayam

MBG untuk Anak Disabilitas Perlu Libatkan Orang Tua

14 Jan 2025 : 18.37 Views 26

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

MBG untuk Anak Disabilitas Perlu Libatkan Orang Tua

Espos.id, JAKARTA - Orang tua perlu dilibatkan dalam pengelolaan Makan Bergizi Gratis yang disalurkan ke sekolah-sekolah luar biasa (SLB) karena ada hal-hal khususu terkait diet anak yang harus diperhatikan. Hal ini disampaikan Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) Kikin Tarigan, Selasa (14/1/2025). "Orang tua anak dengan disabilitas itu bisa dilibatkan, terutama terkait dengan jenis makanan yang harus disesuaikan, karena ada beberapa disabilitas ini ada dietnya," kata Kikin.

Kikin memaparkan terdapat sejumlah ketentuan khusus terkait makanan yang boleh dikonsumsi oleh anak dengan disabilitas, misalnya makanan dengan kandungan gluten, kasein, fenol, serta bahan tambahan makanan yang dapat memicu munculnya sikap agresif bagi anak penyandang autisme. Di samping itu, lanjutnya, terdapat pula pantangan untuk mengonsumsi makanan olahan seperti daging/ayam olahan siap saji bagi penyandang down syndrome, kemudian larangan konsumsi permen dan ikan bermerkuri bagi anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian (ADHD), dan lain sebagainya.

"Jangan sampai tujuan baik ini malah berdampak enggak baik, anak-anaknya menjadi gagal diet," ujarnya.

Dalam pelaksanaan Program MBG, Kikin menekankan pemerintah perlu menerapkan tiga prinsip utama, yakni tak ada satupun yang tertinggal (no one left behind), partisipasi bermakna termasuk pelibatan orang tua, serta perlakuan dan perlindungan lebih bagi kelompok rentan. "Disabilitas ini adalah situasi khusus yang harus juga diperhatikan secara khusus juga. Artinya, mungkin bagi sebagian orang akan beranggapan ini ini merepotkan, tapi ini memang haknya mereka untuk mendapatkan perlakuan secara khusus," tutur Kikin Tarigan.

Dalam kesempatan terpisah Tenaga Ahli Komisi Edukasi Badan Gizi Nasional (BGN) Dedi Supriyadi mengatakan menu yang disiapkan, termasuk di sejumlah SLB di Indonesia, pada awal penerapannya ini mengacu kepada angka kecukupan gizi anak. Di kemudian hari ia berharap kepada kepala SLB yang terlibat untuk dapat melapor terkait apa yang bisa dimakan dan apa yang tidak kepada pihak-pihak terkait. "Mungkin kalau bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, diharapkan sekolahnya melapor ke dapur, ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait apa-apa saja yang bisa mereka konsumsi. Sehingga, mungkin nanti dalam hal pelayanan dan juga pemberian makanannya disajikan secara khusus," ucapnya.

Sentimen: neutral (0%)