Sentimen
Undefined (0%)
14 Jan 2025 : 17.28
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Dukuh, Sragen

Bendung Winong Tak Jelas, Petani Tunggul Sragen Inisiasi Bangun Talang Irigasi

14 Jan 2025 : 17.28 Views 22

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Bendung Winong Tak Jelas, Petani Tunggul Sragen Inisiasi Bangun Talang Irigasi

Esposin, SRAGEN—Air menjadi persoalan yang utama bagi petani di wilayah Desa Tunggul, Glonggong, dan Gondang, Sragen, pascajebolnya Bendung Winong yang menjadi hulu dari daerah irigasi (DI) Kedung Duren. Sejak bendung itu jebol diterjang banjir berdampak pada putusnya sistem irigasi bagi 786,87 hektare sawah di tiga desa tersebut.

Hingga pertengahan Januari 2025 ini belum ada kejelasan kapan bendungan itu dibangun pemerintah. Para petani di Desa Tunggul yang jumlahnya 1.000-an orang itu berinisiasi membangun talang air irigasi secara swadaya.

Para petani di desa itu membentuk panitia tingkat desa. Semula inisiasi pembuatan talang air irigasi itu sempat ditawarkan ke Desa Glonggong dan Gondang tetapi tidak mendapatkan respons. Akhirnya, para petani di Desa Tunggul berswadaya sendiri untuk membangun talang air irigasi agar pada Musim Tanam II yang dimulai Maret 2025 nanti para petani dapat menggarap sawah dengan kecukupan air.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tani Rahayu Desa Tunggul, Sragen, Teguh Widodo, saat berbincang dengan Espos.id, Selasa (14/1/2025), mengungkapkan awalnya ada rencana penggunaan pompa listrik untuk irigasi tetapi para petani menolak lantaran beratnya operasional dan petani juga tidak memiliki pengetahuan untuk perawatan atau maintenanece. Dia menerangkan para petani Tunggul akhirnya bersepakat untuk membangun irigasi dengan sistem talang air.

“Talang air yang dimaksud menggunakan drum berdiameter 60 cm dan panjangnya sekitar 200 meter. Air irigasi itu diambilkan dari aliran Sungai Mondokan yang mengalir sepanjang tahun. Gambarannya nanti di model seperti jembatan gantung karena talang air itu nanti melintas di atas sungai utama yang mengarah ke Bendung Winong. Kami tidak khawatir terkena banjir dari atas karena aliran sungai ke Bendung Winong itu sudah membuat aliran yang dalam dan curam serta cukup lebar,” jelas Teguh seraya menunjukkan lokasi sungai yang dimaksud.

Sungai yang dalam dan curam itu merupakan sungai yang hulunya dari Waduk Gebyar di Dukuh Bayut, Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen. Jembatan Mondokan yang melintang di sungai tersebut putus dan sekarang ambrol di kedua fondasinya sehingga jalan cor beton di abutmen jembatan itu menjadi menggantung. Lebar jembatan yang putus semua hanya 15 meter sekarang melebar hingga lebih dari 30 meter.

“Petani Tunggul belum mendapat kepastian kapan Bendung Winong itu dibangun secara permanen. Atas dasar itulah inisiasi talang air irigasi menjadi solusi sementara yang diambil petani. Bendung Winong jebol itu dampaknya lebih besar ke sektor ekonomi warga Tunggul yang bertumpu di sektor pertanian karena tidak ada irigasi. Petani tanpa air tidak bisa bekerja. Target kami Februari, irigasi harus sudah mengalir,” ujar Teguh yang juga anggota panitia pembangunan talang air irigasi Desa Tunggul.

Dia menjelaskan sumber dananya nanti dari pihak ketiga dengan kebutuhan anggaran senilai Rp200 juta. Dia menyampaikan pembangunan talang air irigasi ini diinisiasi langsung dari Pemerintah Desa Tunggul karena dari pihak Glonggong dan Gondang menolak. Dia menyampaikan di Tunggul itu ada 1.000-an orang petani dengan hamparan sawah seluas 412 hektare.

Dia mengungkapkan perwakilan para kelompok tani dan perwakilan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) serta Muspika diundang ke Balai Desa Tunggul untuk sosialisasi terkait dengan inisasi talang air irigasi tersebut, Selasa siang.

Kepala Desa Tunggul, Suntoro, menjelaskan para pengurus P3A dan petani dikumpulkan untuk diajak berembuk untuk mencari solusi atas kebutuhan air bagi pertanian, yaitu dengan pembangunan talang air irigasi. Dia mengungkapkan kebutuhan anggaran awalnya bisa sampai Rp700 juta tetapi dengan sistem yang disederhanakan dan ditekan sehingga ketemu kebutuhan anggaran Rp150 juta-Rp200 juta.

“Kebutuhan anggaran itu dimintakan pihak ketiga dan petani berswadaya dengan membayarnya saat panen padi. Kami menargetkan akhir Januari ini, irigasi bisa mengalir karena kebutuhan air bagi petani sudah mendesak sekali. Kondisi tanaman padi sekarang yang kurang air pasti berdampak pada menurunnya produktivitas gabahnya. Dengan talang air irigasi itu diharapkan menjadi solusi bagi petani dalam pengolahan lahan,” jelas Suntoro.

Sentimen: neutral (0%)