Sentimen
Undefined (0%)
14 Jan 2025 : 16.34
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Yamaha

Kab/Kota: Dukuh, Gunung, Ngawi, Sragen

1.000 Orang Melintas di Jembatan Darurat Jateng-Jatim di Sragen Setiap Hari

14 Jan 2025 : 16.34 Views 33

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

1.000 Orang Melintas di Jembatan Darurat Jateng-Jatim di Sragen Setiap Hari

Esposin, SRAGEN—Terik matahari belum begitu tinggi. Gunung Lawu terlihat kekar dengan lekuk-lekuk perbukitan hijau kebiruan terlihat jelas di sebelah tenggara.

Hamparan padi menghijau seperti permadani. Anak-anak sekolah berlalu-lalang mengendarai motor, baik dari arah Jawa Tengah (Jateng) ke Jawa Timur (Jatim) dan sebaliknya. 

Dua provinsi di Jawa itu hanya dibatasi aliran sungai yang hulunya di Gunung Lawu. Lalu lintas warga di dua provinsi itu hanya dihubungkan sebuah jembatan darurat terbuat dari bambu atau sesek sepanjang 10 meter dan lebar 1,2 meter di wilayah Dukuh Munggur, Desa Tunggul, Kecamatan Gondang, Sragen.

Selasa (14/1/2025) yang cerah. Jarum jam masih menunjuk pukul 06.30 WIB. Dua orang warga berjaga di sisi timur jembatan darurat yang selesai dibangun pada Sabtu (11/1/2025) sore. Satu orang bertugas membawa kardus bertuliskan “Sukarela” dan satu orang lagi berjaga untuk membantu warga yang takut melewati jembatan kecil itu. Setiap warga yang hendak melintas sudah menyiapkan uang kertas senilai Rp2.000 dan dimasukkan ke dalam kardus sukarela itu. Bagi pelajar tak ada satu pun yang memberikan uang recehnya untuk mengisi kardus sukarela tersebut.

Seorang ibu-ibu tiba-tiba berhenti dan memasukkan uang Rp2.000. Ia mengendarai motor Yamaha Nmax. Ia takut melintas karena rok yang dikenakannya terlalu ketat sehingga tidak leluasa untuk menahan motornya. Ia pun meminta bantuan penjaga untuk menyeberangkan motornya melewati jembatan itu, sedangkan si ibu itu memilih jalan kaki melewati jembatan.

Bahkan seorang bapak-bapak mengantar anaknya sekolah pun tak berani melewati jembatan saat berboncengan. Anaknya yang sudah pelajar SMK di wilayah Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jatim, itu diminta turun untuk jalan kaki saat melintasi jembatan itu.

Apa pun kondisinya keberadaan jembatan darurat  itu sangat membantu warga di Jateng dan Jatim, tepatnya warga di wilayah Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, dan wilayah Kecamatan Gondang serta Sambirejo Kabupaten Sragen, Jateng. Dalam sehari jumlah kendaraan yang lewat di jembatan itu bisa mencapai 1.000-an motor. Tak hanya pelajar yang lewat tetapi para guru, pegawai puskesmas, pedagang sayuran, pedagang tempe, dan buruh melewati jembatan darurat itu.

“Dalam sehari itu ada 1.000-an orang yang lewat jembatan ini. Fungsi jembatan ini sangat vital sebagai askes ekonomi dan akses pendidikan. Para pedagang keliling itu kulakan di Pasar Gondang dan berkeliling sampai ke wilayah Sambirejo, Sragen, dan Sine, Ngawi. Jembatan ini menghubungkan dua provinsi. Warga bergantian berjaga di pos jembatan selama 24 jam untuk membantu warga yang lewat ketika membutuhkan bantuan,” jelas salah satu pejaga jembatan yang juga inisiator pembangunan jembatan sesek itu, Sumarno, saat berbincang dengan Espos, Selasa pagi.

Seorang pedagang sayur keliling asal Desa Wonosari, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Susanto, 36, berjualan keliling selama tujuh tahun. Dia biasa kulakan di Pasar Gondang dan kemudian dijual keliling dari desa ke desa di wilayah Tunggul, hingga desa-desa di Kecamatan Sambirejo. Susanto biasanya berkeliling lewat jalur Gamping, Jambeyan, Sambirejo, dengan jarak tempuh cukp jauh karena jalurnya memutar.

“Selisihnya antara lewat jaur Sambi-Gamping dan lewat jembatan darurat di Munggur ini sekitar 5 km. Sebelum ada jembatan darurat ini sehari bisa habis Rp25.000 untuk transportasi, makan, dan minum. Sejak ada jembatan sesek itu, saya lebih hemat Rp5.000 karena sehari cukup beli bahan bakar minyak senilai Rp20.000,” ujar dia.

Susanto baru lewat jembatan darurat itu mulai Senin (13/1/2025). Dia biasa berangkat ke Pasar Gondang sekitar pukul 03.00 WIB untuk kulakan. Semua dagangan itu dijual keliling dan biasanya pukul 11.00 WIB sudah pulang. “Kalau bisa habis semua, saya bisa untung bersih Rp200.000.

Seorang warga Dukuh Ngrejeng, Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, Wagiyanto, 50, mengaku lumayan sudah ada pembangunan jembatan darurat karena sangat membantu masyarakat, khususnya bagi para siswa yang berangkat sekolah. “Saya sendiri amat terbantu dengan jembatan ini. Saya biasa antar anak sekolah di wilayah Desa Glonggong, Goindang. Saya biasanya lewat Tempursari, seperti yang membutuhkan waktu 30 menit. Keberadaan jembatan darurat ini sangat membantu masyarakat karena aksesnya lebih mudah. Pelayanan kami lebih cepat di SMPN 1 Sragen 

Seorang pelajar Kelas II di SMK Ngawi, Jawa Timur, Fathir, juga merasa terbantu denga jembatan sesek itu, meskipun kecil. Dia biasanya lewat Gamping, Jambeyan, yang jaraknya 15 km dari rumahnya. Kalau lewat jembatan sesek, kata dia, lebih cepat karena turun dan tinggal hanya 10 km.

“Kami berharap jembatan yang permanen segera dibangun untuk membantu akses ekonomi dan pendidikan warga Sragen-Ngawi,” kata dia. 

Seorang warga Tunggul, Gondang, Sragen, Sastra Paiman, 65, yang semula mengantar istrinya jualan ke Pasar Ketanggung Ngawi, juga merasa terbantu dengan keberadaan jembatan darurat itu. Sastra kemudian pulang mencari rumput bagi ternak kambingnya.

“Kalau lewat jembatan sesek ini lebih cepat sekitar 1 km. Kalau dulu memutar yang jaraknya 3 km. Kami berterima kasih jembatan darurat ini tetap dibangun. Rumah [saya] Pokoh," ujarnya. 

Sentimen: neutral (0%)