Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Kab/Kota: Boyolali, Solo, Yogyakarta
Tokoh Terkait

Adi Setiawan
Okupansi Hotel di Boyolali Lesu selama Libur Nataru, Ini Kata PHRI
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, BOYOLALI -- Tingkat keterisian atau okupansi hotel di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah lesu selama momentum Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 yang baru saja usai.
Padahal biasanya Desember menjadi bulan panen bagi bisnis perhotelan karena banyak orang yang berlibur dan menginap di hotel.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Boyolali, Prasetyo Adi Setiawan, mengatakan biasanya Desember menjadi high season atau musim tinggi untuk pemesanan hotel.
Biasanya pada Desember orang akan menghabiskan liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) bersamaan dengan libur sekolah.
“Tapi realita di lapangan, Desember 2024 di momentum Nataru menurun. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, yang biasanya Boyolali jadi pusat untuk pulang kampung dari orang perantauan. Jadi memang trennya turun, bahkan sampai tahun baru, banyak kamar yang kosong,” kata dia kepada Espos.id, Rabu (8/1/2025).
Adi menyampaikan biasanya pada saat libur Nataru, okupansi hotel bisa mencapai 100%. Bahkan, hotel harus menolak pemesanan karena sudah penuh.
Namun okupansi hotel di Boyolali hanya sekitar rata-rata 60%-70%. Padahal, biasanya H-2 Natal sudah banyak reservasi.
Bahkan, biasanya pada peak season hotel menaikkan tarif hingga 20% dan ludes.
Pada Nataru 2025, hotel hanya menaikkan sekitar 10% harga akan tetapi masih belum terjual habis.
Adi mengatakan rata-rata hotel di Boyolali pada momentum Nataru dipesan oleh orang asli Boyolali yang pulang kampung akan tetapi memiliki keterbatasan tempat di rumah orang tuanya.
Ia menduga penyebab turunnya okupansi hotel karena daya beli masyarakat menurun.
Adi mengatakan pada 2024 terdapat agenda besar yaitu Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Dua agenda tersebut, sebut Adi, berpengaruh terhadap perputaran ekonomi.
“Peristiwa ini tidak hanya terjadi di Boyolali, di Solo dan Yogyakarta juga sama. Euforianya enggak seperti tahun-tahun kemarin,” kata dia.
Selain itu, ia menduga ada faktor dari pembangunan jalan tol yang membuat mobilitas masyarakat lebih cepat.
Terlebih, saat ini sudah ada tol hingga Prambanan sehingga masyarakat memilih langsung pulang dan tidak menginap.
Akhir Januari 2024 terdapat libur panjang Imlek, Adi berharap ada kenaikan okupansi hotel di Boyolali saat itu.
Namun berkaca dari lesunya okupansi momen nataru 2024, ia tidak ingin berharap banyak.
Ke depan, Adi berharap pemerintah kabupaten (Pemkab) dapat mendatangkan bintang tamu malam tahun baru yang membuat penggemarnya mau datang ke Boyolali.
Ia mengatakan pada pergantian tahun baru 2025 memang ada agenda kemeriahan dari musisi lokal.
“Bisa saja ke depannya selain band, tapi ada nilai budaya dan lain-lain. Sehingga, ada event attraction dari Pemkab Boyolali yang lebih gebyar dan hidup, biar lebih menarik agendanya saat malam tahun baru seperti di Solo. Jadi bukan hanya sekadar memberikan panggung untuk band tapi semua unsur,” kata dia.
Hal senada disampaikan Sales Marketing Manager Hotel Maxone Loji Kridanggo Boyolali, Clarita Hera, mengamini okupansi hotelnya cenderung lesu dibanding tahun sebelumnya.
Padahal, biasanya saat peak season, okupansi hotel mencapai 100%. Namun, pada momen nataru 2024/2025 sekitar 95,31%.
Ia menjelaskan masih ada sisa kamar tipe twin. Kebanyakan pemesan meminta jenis kamar king bed karena banyak tamu dari kalangan keluarga.
“Biasanya kami juga bisa jual harga bundling kamar dan dinner. Namun, tahun ini pengunjung banyak yang memilih harga kamar include breakfast saja, tanpa dinner,” kata dia.
Ia menduga penyebabnya karena daya beli masyarakat yang turun.
Bersamaan dengan libur sekolah saat daya beli turun, lanjut Hera, mereka lebih memilih berlibur ke tempat yang dekat dengan lokasi wisata.
“Saran kepada pemerintah, promosi wisata makin dihidupkan, tempat wisata, dan event-event dibuat agar menarik orang untuk datang ke Boyolali. Diharapkan juga ada kerja sama dari pengelola wisata atau pemilik usaha kepariwisataan dengan pemerintah sehingga Boyolali semakin dikenal di kalangan banyak orang,” kata dia.
Sentimen: neutral (0%)