Sentimen
Undefined (0%)
8 Jan 2025 : 14.53
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Pesisir Selatan, Solo

Potensi Gempa Megahtrust Selat Sunda Picu Tsunami Besar di Jawa

8 Jan 2025 : 14.53 Views 95

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Potensi Gempa Megahtrust Selat Sunda Picu Tsunami Besar di Jawa

Esposin, SOLO -- Potensi bencana gempa megathrust di wilayah selatan Jawa bisa terjadi kapan saja termasuk pada 2025 dan dapat memicu tsunami besar seperti yang pernah terjadi di Aceh pada 20 tahun silam.

Hal ini disampaikan Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa, sebagaimana dikutip dari laman resmi BRIN, Rabu (8/1/2025). 

Salah satu wilayah yang terdampak tsunami akibat megathrust Selat Sunda itu adalah Jakarta. Gempa besar itu berpotensi memicu tsunami dengan waktu kedatangan sekitar 2,5 jam setelah gempa terjadi. 

"Potensi megathrust ini dapat memicu guncangan gempa yang besar dan tsunami yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam," jelas Peneliti BRIN, Nuraini Rahma Hanifa.

Hasil simulasi yang dilakukan BRIN dan tim peneliti dari berbagai institusi menunjukkan tinggi gelombang tsunami imbas gempa megathrust Selat Sunda diperkirakan mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3-15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.

Menurut Rahma daerah perkotaan seperti Jakarta memiliki kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi guncangan. Dengan demikian, upaya mitigasi juga harus mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.

"Retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan di kawasan padat penduduk, karena goncangan kuat berpotensi menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa," jelasnya.

Gempa megathrust Selat Sunda menjadi ancaman serius karena zona ini bisa disebut bisa pecah kapan saja. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan, megathrust adalah daerah pertemuan antar lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa besar dan tsunami.

Para pakar memperkirakan megathrust bisa 'pecah' secara berulang, namun dengan jeda hingga ratusan tahun.

BMKG menyebut ada kekhawatiran dari ilmuwan Indonesia terhadap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, dua megathrust tersebut sudah lama tidak melepaskan energi besarnya.

Imbauan BNPB 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berharap, masyarakat tidak terlalu cemas menghadapi bencana gempa Megathrust yang sering diisukan akan terjadi pada 2025. 

Hal itu disampaikan Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, dalam Konfrensi Pers bertajuk Kaleidoskop Bencana 2024 & Outlook Potensi Bencana 2025.

Pada 2025, BNPB memberikan perhatian terkait peringatan bencana yang akan diterima masyarakat. Menurut Abdul Muhali, belakangan ini masyarakat sering disajikan informasi tentang bencana besar gempa Megathrust. 
Ini menjadi contoh kasus tentang banjirnya informasi yang tidak berkualitas justru akan membuat masyarakat lalai terhadap bencana.

“Dalam penanggulangan bencana kita mengenal satu pernyataan yaitu, cry wolf effect, yaitu kita berkali-kali menyampaikan sesuatu yang tidak terjadi. Ini kemudian akan menimbulkan sifat abai daripada menciptakan kesiapsiagaan masyarakat,” jelas Abdul Muhali, Selasa (7/1/2025).

Menurut BNPB, sudah ada regulasi yang mengatur tentang cara menyampaikan peringatan bencana kepada masyarakat. Tata cara tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 93 Tahun 2019.

Dalam Perpres tersebut dituliskan dua komponen utama sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, yaitu Komponen Struktur dan Komponen Kultur.

“Bencana adalah urusan bersama, tetapi kita harus melakukan sesuai dengan tugas fungsi kita masing-masing. Ada dua komponen. Komponen Hulu adalah Komponen Struktur, ini adalah komponen monitoring. Di hilirnya ada komponen kultur, yaitu komponen masyarakatnya, komponen komunitasnya,” tambahnya.

Sentimen: neutral (0%)