Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Bantul, Gunung, Kulon Progo, Sleman, Yogyakarta
Mas Marrel Ajak Generasi Muda Peduli Air dan Kelestarian Lereng Merapi
Krjogja.com
Jenis Media: News

Krjogja.com - SLEMAN - Kepala Bebadan Pangreksa Loka, RM Gustilanthika Marrel Suryokusumo, menyatakan bahwa air akan menjadi permasalahan besar di DIY dalam 10 hingga 20 tahun mendatang jika tidak ditangani sejak sekarang. Hal tersebut disampaikan Mas Marrel saat penanaman pohon bersama memperingati Hari Menanam Pohon bertema Merawat Alam Menyelamatkan Air untuk Kehidupan di Tankaman Natural Park, Kaliurang Sleman, Rabu (18/12/2024).
Marrel menegaskan, riset telah menunjukkan bahwa air dapat menjadi persoalan serius jika langkah mitigasi tidak segera dilakukan secara kolektif. Masyarakat saat ini cenderung meremehkan karena belum terjadi.
Baca Juga: Datangkan 2 Menteri dan 2 Wamen ke Jogja, IKA Trisakti DIY Jateng Panggil Alumni Bergerak untuk Bangsa
"Karena masalahnya belum terlihat, jadi seolah kurang populer dan kurang mendapat perhatian. Padahal, pada 2022 dan 2023, beberapa wilayah seperti Wonokerto di Kaliurang Barat sudah mengalami dropping air saat musim kemarau," ungkapnya.
Mas Marrel juga menekankan pentingnya menjaga kawasan lereng Gunung Merapi yang berfungsi sebagai water catchment area. Kawasan ini tidak hanya vital bagi Kabupaten Sleman, tetapi juga menjadi sumber air bagi masyarakat Kota Yogyakarta, Bantul hingga Kulon Progo.
"Kawasan ini sangat penting bagi Kraton Yogyakarta, sehingga perlu kesadaran bersama antara masyarakat di Sleman, Jogja, Bantul dan Kulon Progo untuk menjaga kelestarian air di Gunung Merapi," katanya.
Baca Juga: Menteri ATR/Kepala BPN dengan Ketua Umum Muhammadiyah, Bahas Legalisasi Aset dan Pemanfaatannya
Mas Marrel juga mendorong generasi muda untuk peduli terhadap permasalahan air. Menurut dia, kegiatan seperti penanaman pohon dapat menjadi langkah konkret yang berdampak besar di masa depan.
"Jika ada program di sini, saya harap melibatkan anak-anak SMP, SMA atau mahasiswa. Ini kesempatan untuk menanamkan kesadaran sejak dini," sambung Mas Marrel.
Sementara, Kepala BPDAS Serayu Opak Progo, Rochimah Nugrahini, mengatakan bahwa meskipun Tankaman Natural Park yang terletak di lereng Merapi sudah banyak ditumbuhi tanaman, tetap perlu ditambah dengan tanaman yang berfungsi untuk konservasi air. Ada 15 jenis tanaman yang ditanam untuk meningkatkan resapan air ke dalam tanah, seperti pohon pulai, alpukat dan jambu.
"Dengan menanam pohon-pohon ini, harapannya mata air akan tetap lestari. Bahkan, jika belum ada mata air, penanaman pohon secara massal dapat menumbuhkan mata air baru," sambungnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, Kusno Wibowo, mengungkap wilayah Kaliurang, Hargobinangun dan Kapanewon Pakem di Sleman merupakan bagian dari area DAS Progo dan Opak yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Pengelolaan daerah resapan air harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat.
"Kita harus ingat filosofi Memayu Hayuning Bawana"l yang berarti menjaga dunia tetap indah dan lestari, merupakan nilai budaya yang melekat erat di masyarakat Yogyakarta dan berperan penting dalam menjaga kelestarian alam. Filosofi ini mengajak kita untuk senantiasa memelihara lingkungan sebagai bagian dari budaya Yogyakarta yang harus diwariskan kepada generasi mendatang," tandasnya.!
Acara penanaman pohon ini diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan. Sebanyak 50 jenis pohon ditanam dalam kegiatan tersebut sebagai bagian dari upaya pelestarian kawasan Lereng Gunung Merapi.
Kegiatan ini juga merupakan hasil kolaborasi antara Keraton Yogyakarta, KLHK, dan sejumlah instansi terkait. Beberapa di antaranya adalah Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Kehutanan (BBPSIK), Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa, Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Jawa, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta, Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Forum DAS DIY, hingga Balai Pengendalian Perubahan Iklim. (Fxh)
Sentimen: positif (99.2%)