Home Sweet Loan - Krjogja
Krjogja.com
Jenis Media: News

KRjogja.com - BERANGKAT dari film besutan sineas Indonesia yang rilis di bioskop beberapa bulan lalu, film yang menceritakan seorang anak bungsu yang masih tinggal bersama orang tua, keluarga saudara kandung, bahkan keponakannya. Menjadi hal wajar bagi seorang karyawan muda jika ingin memiliki rumah sendiri, meski dibayangi fenomena 'sandwich generation' yang harus menjaga orang tua di hari tuanya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan "12,75 juta rumah tangga yang saat ini ada masih tinggal di rumah yang bukan miliknya, bisa ngontrak, numpang di rumah orang tua, mertua, saudara, atau tinggal di rumah rusak tak layak huni". Masalah klasik yang dialami sebagian karyawan muda di Indonesia adalah ketidakmampuan memiliki rumah. Harga rumah melambung lebih cepat dari pertumbuhan gaji, daya beli terbatas, persyaratan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menyangkut jaminan dan bunga kredit tinggi, sampai sulitnya menyisihkan gaji bahkan sekedar membayar uang muka pembelian rumah.
Keberpihakan Perusahaan
Perusahaan lebih memprioritaskan pembekalan literasi keuangan bagi karyawan yang akan pensiun. Mengingat kebutuhan mendesak kelompok ini agar mampu mengelola tabungannya untuk mencukupi kebutuhan hidup di masa pensiun. Sebaliknya, karyawan muda yang belum mempunyai literasi keuangan memadai kurang mendapatkan perhatian, apalagi di tengah gempuran gaya hidup saat ini.
Annamaria Lusardi dan Olivia S. Mitchell (2023) yang mengemukakan financial literacy framework menekankan literasi keuangan sebagai bentuk investasi human capital yang secara signifikan meningkatkan kesejahteraan finansial individu. Atas dasar itu, perusahaan perlu merancang pelatihan literasi keuangan yang menekankan pengetahuan dasar, keterampilan, dan perubahan perilaku karyawan muda dalam mengelola keuangan.
Keberpihakan perusahaan melalui Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan literasi keuangan bagi kelompok karyawan muda. Sebab karyawan muda dihadapkan pada tantangan finansial yang berbeda, khususnya membangun kebiasaan menabung, seperti untuk membeli rumah pertama. Perusahaan perlu memperkenalkan literasi keuangan yang inklusif untuk membangun kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan sejak dini, seperti pengelolaan gaji bagi karyawan muda, strategi menabung untuk uang muka rumah, manajemen utang, manajemen aset, serta investasi. Melalui alat bantu digital seperti aplikasi pengelolaan keuangan, karyawan muda dapat lebih mudah melacak pengeluaran, menyusun anggaran, dan menyimpan dana untuk tujuan besar seperti pembelian rumah. Selain itu, pemahaman literasi keuangan dapat mengubah perilaku penggunaan uang yang konsumtif dan jangka pendek sebab tidak semua karyawan muda punya ambisi besar untuk memiliki rumah dan tidak menganggap rumah sebagai hal penting untuk diperjuangkan.
Program Bantuan Perusahaan
Kim Cameron, Jane Dutton, dan Robert Quinn dalam Positive Organizational Scholarship (2003) mengemukakan aspek positif organisasi seperti keunggulan, kebahagiaan, dan potensi manusia, dengan tujuan menciptakan kesejahteraan dan kinerja tinggi di tempat kerja. Sebagai wujud penerapan teori kesejahteraan karyawan, perusahaan dapat menerapkan praktik-praktik positif di organisasi untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Kerjasama dengan lembaga pembiayaan untuk menawarkan bunga lebih rendah atau memberikan subsidi sebagian bunga kredit, menawarkan jangka waktu kredit lebih panjang, atau memberikan kredit tanpa agunan. Perusahaan dapat juga memberikan insentif tambahan seperti bantuan biaya administrasi pembelian rumah. Program bantuan perusahaan ini dapat mengurangi stres finansial karyawan muda agar membantu karyawan muda merasa lebih stabil secara finansial, sekaligus meningkatkan kenyamanan dan kebahagiaan.
Penutup
Segala upaya perusahaan dapat berjalan dengan baik jika kesejahteraan karyawan menjadi prioritas perusahaan dengan komitmen kuat dari manajemen puncak. Dengan memadukan financial literacy framework dan teori kesejahteraan karyawan, perusahaan dapat memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan finansial dan psikologis karyawan muda. Langkah strategis ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memperkuat keterikatan karyawan muda dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, investasi dalam literasi keuangan dan dukungan kesejahteraan akan menjadi aset penting bagi keberlanjutan organisasi. (Theresia Agung Maryudi Harsiwi, SE., M.Si., Wakil Dekan II dan Dosen FBE UAJY)
Sentimen: positif (100%)