Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: bandung, Hongkong, Jatinegara, Surabaya
Kasus: pencurian
Tokoh Terkait
Sonneveld, dari Pahlawan Jadi Penipu
Detik.com
Jenis Media: News
Mereka hanya tahu bahwa Meneer Sonneveld orang kaya, apalagi melihat riwayat pekerjaannya, juga seorang mantan tentara KNIL yang menerima tanda jasa dari Kerajaan Belanda. Sampai akhirnya, sikap mereka berubah usai membaca pemberitaan sejumlah koran pada awal September 1913.
Hampir semua koran yang ada di Hindia Belanda melaporkan tentang kasus pencurian uang nasabah di Bank Escompto, Batavia. Koran Deli Courant (edisi 5 September 1913) dan de Sumatra Post (edisi 6 September 1913) melaporkan, Sonneveld telah mencuri atau menggelapkan uang nasabah sebesar 122.000 gulden. Tapi versi lain melaporkan uang yang digelapkan mencapai total 220.000 gulden.
Pada 1913, nilai 122 ribu gulden mungkin bisa membeli emas seberat 73 kilogram. Saat itu, untuk 1 gram emas dihargai 1,67 gulden. Bila dikonversi ke masa sekarang, 1 gram emas seharga Rp 1,366 juta atau 1 kilogram seharga Rp 1,366 miliar. Maka jumlah 73 kilogram emas nilainya bisa mencapai Rp 99,718 miliar. Nilai cukup fantastis di masa itu.
Karena cara kotor menggelapkan uang nasabah diketahui oleh pihak Bank Escompto (NIEM), Sonneveld dan istrinya kabur ke luar kota. Polisi Batavia lalu menetapkan pasangan suami-istri itu sebagai buronan dan menyebarluaskan deskripsi fisiknya di sejumlah koran dan tempat umum.
De Sumatra Post pada 6 September 1913 mewartakan ciri-ciri fisik Sonneveld, yakni berusia 45 tahun, berkulit cokelat, berdarah Belanda, ada bekas luka di pipi kanan dan lutut. Sonneveld dan istrinya Caritas diketahui pergi dari Batavia menuju Bandung menggunakan kereta api dari Meester Cornelis (sekarang Jatinegara, Jakarta Timur).
Di Bandung mereka sempat menginap di sebuah hotel selama beberapa hari. Lalu melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Koran Bataviaasch Nieuswblas pada 7 September 1913 melaporkan, selama perjalanan di kereta api, Sonneveld sempat bertemu dengan seorang temannya, yaitu Williemse, seorang pemilik rumah makan di Batavia.
Kepada temannya itu Sonneveld mengatakan dirinya akan pergi menuju Hongkong dari Surabaya. Alasannya akan studi banding ke kantor Bank Escompto cabang Hongkong. Williemse melaporkan apa yang diceritakan Sonneveld kepada polisi. Namun Sonneveld dan istrinya sudah pergi dengan menumpang kapal berbendera Jepang, Banri Maru.
Dikutip dari koran Pinang Gazette and Straits Chronicle, 16 September 1913, otoritas di Singapura menerima telegram dari Batavia tentang pelarian Sonneveld dan Caritas menggunakan kapal Banri Maru. Beberapa hari kemudian, Sonneveld dan istrinya ditangkap setelah kapal berbendera Jepang itu berlabuh di pelabuhan Hongkong.
Sentimen: negatif (98.5%)