Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UGM
Kab/Kota: Yogyakarta
Tokoh Terkait
Pemerintah Beberkan Upaya Hadapi Perkembangan Teknologi AI
Medcom.id
Jenis Media: Nasional

Jakarta: Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menekankan sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi penting dalam membumikan pemanfaatan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Pemerintah akan melakukan strategi pendekatan bertahap dalam menghadapi perkembangan teknologi AI. Hal tersebut diungkapkan Menkomdigi dalam diskusi bertajuk Komdigi Menjangkau: Campus, We’re Coming, yang berlangsung di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. “Biasanya, sesuatu untuk kemajuan perlu kita perbincangkan terlebih dahulu dengan para pihak. Setelah ada kesepahaman, barulah kita bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya,” ujar Menkomdigi dalam keterangannya, dilansir Kamis, 12 Desember 2024. Menurut dia, masyarakat harus memahami dan merasa nyaman dengan teknologi baru sebelum mengadopsinya. Pemerintah juga memandang AI bukan sebagai ancaman, tetapi peluang besar sekaligus tantangan. Data menunjukkan AI akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada 2025. Pada saat yang sama akan menciptakan 90 juta pekerjaan baru di bidang seperti pengembangan AI, data sains, dan kolaborasi manusia dengan AI. “Artinya, ada yang hilang, tetapi lebih banyak yang datang. Ini adalah peluang yang harus kita manfaatkan, terutama oleh generasi muda,” tambah Meutya. Etika dan Tanggung Jawab dalam Pemanfaatan AI Di samping itu, Meutya menekankan pentingnya etika dan tanggung jawab pada pengembangan AI. Indonesia pun menjadi negara pertama yang mendorong AI etik, sejalan dengan panduan UNESCO. “Etika dan kreativitas harus berjalan seiring. Teknologi memiliki batasan, dan etika adalah pengendali utama agar manfaatnya tetap optimal,” jelas dia. Pemerintah juga telah mengeluarkan panduan etik dalam bentuk surat edaran. Mulai 2025, pemerintah akan menggelar diskusi dengan para pemangku kepentingan RI untuk meningkatkan regulasi agar lebih kuat dan inklusif. “Kami tidak akan menghambat inovasi teknologi, tetapi mendorong penggunaannya untuk berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi,” tegas Meutya. Indonesia Butuh 9 Juta Talenta Digital Meutya mengatakan Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital hingga 2030 untuk menguasai teknologi digital, termasuk AI. Tantangan ini dinilai pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Namun, dia optimistis karena ada dukungan akademisi, termasuk UGM. Pada 2024, Komdigi telah mencetak satu juta talenta digital baru dan menjangkau 5,6 juta peserta literasi digital. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menambahkan penguasaan teknologi memerlukan peningkatan kapasitas manusia. “AI hanya bisa bekerja dengan data. Tetapi manusia yang mengendalikan, sehingga kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama,” ujar Nezar. UGM Jadi Pusat Inovasi dan Pengembangan AI Sementara itu, Wakil Rektor UGM Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi, Arief Setiawan Budi Nugroho, mengaku bangga UGM menjadi tuan rumah acara diskusi terkait perkembangan teknologi AI. Dengan begitu, UGM bisa mendapat informasi soal strategi pemerintah. “Kehadiran Menteri memungkinkan kami mendengar langsung strategi pemerintah menghadapi tantangan teknologi di masa depan,” ungkap dia. Arief menambahkan UGM memiliki komitmen kuat untuk menjadi aktor penting dalam memanfaatkan AI bagi kepentingan bangsa. UGM terus mendorong penelitian dan pengembangan, termasuk integrasinya dalam sektor kesehatan hingga pendidikan. Salah satu inovasi UGM ialah pemantauan kerusakan jalan tol menggunakan AI, yang mempercepat proses tanpa mengurangi keakuratan. Teknologi ini juga dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit, seperti tumor, malaria, dan penyakit mata, yang meningkatkan akses layanan kesehatan di wilayah terpencil.
Jakarta: Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menekankan sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi penting dalam membumikan pemanfaatan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Pemerintah akan melakukan strategi pendekatan bertahap dalam menghadapi perkembangan teknologi AI.
Hal tersebut diungkapkan Menkomdigi dalam diskusi bertajuk Komdigi Menjangkau: Campus, We’re Coming, yang berlangsung di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
“Biasanya, sesuatu untuk kemajuan perlu kita perbincangkan terlebih dahulu dengan para pihak. Setelah ada kesepahaman, barulah kita bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya,” ujar Menkomdigi dalam keterangannya, dilansir Kamis, 12 Desember 2024.
Menurut dia, masyarakat harus memahami dan merasa nyaman dengan teknologi baru sebelum mengadopsinya. Pemerintah juga memandang AI bukan sebagai ancaman, tetapi peluang besar sekaligus tantangan.
Data menunjukkan AI akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada 2025. Pada saat yang sama akan menciptakan 90 juta pekerjaan baru di bidang seperti pengembangan AI, data sains, dan kolaborasi manusia dengan AI.
“Artinya, ada yang hilang, tetapi lebih banyak yang datang. Ini adalah peluang yang harus kita manfaatkan, terutama oleh generasi muda,” tambah Meutya.
Etika dan Tanggung Jawab dalam Pemanfaatan AI
Di samping itu, Meutya menekankan pentingnya etika dan tanggung jawab pada pengembangan AI. Indonesia pun menjadi negara pertama yang mendorong AI etik, sejalan dengan panduan UNESCO.
“Etika dan kreativitas harus berjalan seiring. Teknologi memiliki batasan, dan etika adalah pengendali utama agar manfaatnya tetap optimal,” jelas dia.
Pemerintah juga telah mengeluarkan panduan etik dalam bentuk surat edaran. Mulai 2025, pemerintah akan menggelar diskusi dengan para pemangku kepentingan RI untuk meningkatkan regulasi agar lebih kuat dan inklusif.
“Kami tidak akan menghambat inovasi teknologi, tetapi mendorong penggunaannya untuk berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi,” tegas Meutya.
Indonesia Butuh 9 Juta Talenta Digital
Meutya mengatakan Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital hingga 2030 untuk menguasai teknologi digital, termasuk AI. Tantangan ini dinilai pekerjaan rumah besar bagi pemerintah.
Namun, dia optimistis karena ada dukungan akademisi, termasuk UGM. Pada 2024, Komdigi telah mencetak satu juta talenta digital baru dan menjangkau 5,6 juta peserta literasi digital.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menambahkan penguasaan teknologi memerlukan peningkatan kapasitas manusia.
“AI hanya bisa bekerja dengan data. Tetapi manusia yang mengendalikan, sehingga kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama,” ujar Nezar.
UGM Jadi Pusat Inovasi dan Pengembangan AI
Sementara itu, Wakil Rektor UGM Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi, Arief Setiawan Budi Nugroho, mengaku bangga UGM menjadi tuan rumah acara diskusi terkait perkembangan teknologi AI. Dengan begitu, UGM bisa mendapat informasi soal strategi pemerintah.
“Kehadiran Menteri memungkinkan kami mendengar langsung strategi pemerintah menghadapi tantangan teknologi di masa depan,” ungkap dia.
Arief menambahkan UGM memiliki komitmen kuat untuk menjadi aktor penting dalam memanfaatkan AI bagi kepentingan bangsa. UGM terus mendorong penelitian dan pengembangan, termasuk integrasinya dalam sektor kesehatan hingga pendidikan.
Salah satu inovasi UGM ialah pemantauan kerusakan jalan tol menggunakan AI, yang mempercepat proses tanpa mengurangi keakuratan. Teknologi ini juga dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit, seperti tumor, malaria, dan penyakit mata, yang meningkatkan akses layanan kesehatan di wilayah terpencil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(AGA)
Sentimen: positif (100%)