Sentimen
Positif (99%)
9 Okt 2024 : 16.45
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung, Malang, Semarang, Ungaran

4 Cerita Naomi Tersesat 2 Hari di Gunung Slamet, Bertahan dengan Sepotong Roti Regional

9 Okt 2024 : 16.45 Views 2

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

Cerita Naomi Tersesat 2 Hari di Gunung Slamet, Bertahan dengan Sepotong Roti Tim Redaksi SEMARANG, KOMPAS.com - Naomi Daviola Setyani (17) ditemukan selamat usia tersesat di Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah selama hari, sejak Minggu 6 Oktober 2024 hingga Selasa 8 Oktober 2024. Pelajar SMKN 3 Kota Semarang itu menceritakan pengalamannya bertahan hidup ketika hilang di gunung. Dia mengaku kehilangan jejak rombongan saat turun puncak. Dia mengikuti kelompok pendakian bersama yang didapati dari TikTok. Sebanyak tiga kelompok berangkat pukul 23.45 WIB, Sabtu 5 Oktober 2024. Kelompok satu dan dua masing-masing terdiri dari 20 orang. Lalu kelompok tiga tiga orang. "Awalnya aman saja, naik puncak sesuai jalur, sampai Pos 9 di Pelawangan jam 10 pagi (Minggu), terus naik puncak jam 12 siang," ungkap Naomi saat ditemui di rumahnya di daerah Genuk, Kota Semarang, Rabu (9/10/2024) siang. Setibanya di puncak Gunung Slamet, dia yang merupakan anggota kelompok tiga berjalan meniti medan terjal itu dengan tiga orang lainnya di barisan paling belakang. Sementara tiga anggota di depannya bergerak cepat dan sudah menuruni puncak saat Naomi dan tiga anggota mendaki puncak gunung tertinggi di Jateng itu. "Sisa berempat, kita naik puncak, terus turun. Sampai pertengahan saya enggak kuat, terus istirahat sebentar duduk di batu sekitar jam 2 siang," lanjut dia. Dia terus memantau di depannya masih terlihat anggota lelaki berambut pirang yang sebelumnya saling berswafoto di atas puncak. Lalu di belakang Naomi ada sejoli anggota kelompoknya yang asyik menikmati perjalanan berdua. Naomi terus menegok ke depan dan ke belakang untuk mengecek keberadaan anggota kelompoknya itu. Namun pada tengokan ketiga, seketika ketiga anggota kelompoknya menghilang dari pandangannya. Remaja yang baru menginjak 17 tahun itu kaget saat kehilangan jejak rombongannya. Dia pun segera berusaha mencari petunjuk untuk menyusul teman-temannya. "Saya panik, saya teriak-teriak, minta tolong. Depan saya full hutan, padahal harusnya ada jalur pendakian, saya bingung harus gimana, harus lewat mana," cerita dia dengan mata berkaca-kaca. Kemudian dia mencoba turun ke arah hutan untuk mencari jalan keluar. Namun dirinya tak menemukan petunjuk apa pun. Dia justru terjatuh di semak-semak dan terluka. "Saya balik naik ke atas, saya berhenti di suatu jalan, lihat-lihat sekitar, mulai hujan saya neduh, tiduran sampe malem," sambung Naomi. Akhirnya dia tidur di atas batu dengan posisi duduk dan kepala bersandar menunduk ke depan di atas treking pol. Saat terbangun seitar pukul 06.30 WIB Senin, (7/10/2024) dia melihat ada gundukan tanah di depan batu itu. Dia tak menghiraukan hal itu dan menikmati suasana matahari terbit di atas gunung. Lalu dia melihat burung yang seakan memberi petunjuk. Saat diikuti, burung itu tak membawanya keluar. Beruntung Naomi masih memiliki persediaan 6 potong roti sobek dan sisa air mineral dalam botol 1,5 liter. Setiap hari dia hanya melahap 1 potong roti untuk bertahan di sana. "Sehari makan satu potong, karena kan saya enggak tahu berapa lama di sana, jam 4 sore Senin hujan, saya berhenti berteduh, kepala nyandar di pohon, bangun jam 8 malam," beber dia. Lalu dia mengaku melihat sorotan senter tanpa suara saat beristirahat di bawah pohon. Namun dia tidak berani untuk mencari sumber cahaya dan memilih beristirahat. Selama tersesat, dia terus memikirkan keluarganya dan juga anak-anak didik yang diajar di sekolah minggu di gereja. Dia juga terus berdoa pada Tuhan agar diberi petunjuk. "Itukan Minggu saya harus dampingin anak-anak di gereja, kalau ninggal mereka enggak enak. Saya juga kepikiran kelaurga, punya adek dua masih kecil, enggak mungkin saya ninggalin, terus mama papa susah-susah nyekolahin masak anaknya hilang gitu aja, nenek juga dari kecil ngerawat saya," lanjut dia. Ditemukan tim SAR Pukul 06.00 WIB Selasa (8/10/2024) dia terbangun melihat sunrise di hari berikutnya. Lalu dia makan dan minum, kemudian melanjutkan tekad pencarian jalan keluar. Kali ini dia mengikuti tiga burung hingga sekitar pukul 09.00 WIB. Lantaran lelah, dia berhenti sejenak bagian di atas. Saat itulah dia mendengar suara Tim SAR yang mencarinya. Menurut pencarian tim, posisinya berada di sekitar pos 7. "Saya denger suara, 'Mbak Vio' kamu di mana, saya lega banget sudah ditolong sama bapaknya, saya langsung peluk, bapaknya juga nangis, kami turun ke bawah buka jalur, soalnya Bambangan ke Gunung Malang agak nyeleweng," ungkap sosok yang juga dipanggil Vio. Akhirnya sekitar pukul 15.00 WIB dia berhasil kembali ke base camp bersama Tim SAR. Di sana kedua orang tuanya langsung menyambut Naomi dengan pelukan hangat dan tangis kebahagiaan. Dia pun dibawa ke RS Muhammadiyah terdekat untuk mendapat infus pengganti cairan selama kelelahan karena tersesat di gunung. "Pas ketemu hati saya langsung plong. Pelajarannya, restu orangtua itu lebih penting dan utama," pesan ibu Naomi, Dwi Ningsih Veronika (40) kepada putri kesayangannya. Ningsih mengungkapkan putrinya pamit untuk kegiatan pramuka, tapi Naomi justru mendaki Gunung Slamet. Padahal sang ibu telah melarangnya naik gunung karena ini telah memasuki musim penghujan dan sebelumnya juga sudah mendaki Gunung Ungaran dan Andong. Dia juga sangat aktif di kegiatan pramuka. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (99.6%)